Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Gerakan Masyarakat NTT Melawan Corona

Kompas.com - 05/08/2020, 11:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


DI tengah suasana pesimis akibat pagebluk Covid 19 merajalela, terberitakan sebuah berita optimis dari Kupang.

Masyarakat setempat bergotong-royong mendukung pemerintah provinsi NTT mengembangkan biomolekuler melawan angkara murka Corona.

Berita tersebut menggelorakan semangat optimisme bukan hanya untuk NTT namun untuk seluruh Indonesia.

Biomolekuler

Menurut aktivis kemanusiaan NTT, DR Elcid Li, sejak awal Mei 2020 kerabat kerja Laboratorium Biomolekuler FAN (Forum Academica NTT) dipimpin oleh Fima Inabuy PhD, ilmuwan biomolekuler lulusan Washington State University, aktif melakukan sosialisasi pentingnya pool test atau tes massal.

Bersama tim Fima aktif mengunjungi kantor demi kantor untuk mencari kemungkinan dukungan pemerintah terhadap insiatif ini.

Sejak awal Juni 2020 Fima Inabuy telah melatih 16 orang laboran yang siap bekerja di laboratorium biomolekuler selama satu minggu.

Meskipun saat itu belum ada satu pun komitmen dari pemerintah daerah yang mendukung hadirnya laboratorium biomolekuler. Pelatihan para laboran langsung diikuti dengan penyusunan SOP (Standard Operational Procedure) pengelolaan laboratorium.

Bersama tim kecil mereka telah selesai menyusun seluruh SOP laboratorium biomolekuler. Upaya ini dilakukan dalam kapasitas mereka sebagai relawan.

Kerja gratis selama 4 bulan terakhir ini merupakan komitmen mereka bahwa berhadapan dengan revolusi pandemi, solidaritas warga adalah kunci untuk keluar dari krisis.

Berdasarkan perhitungan angka riil hasil survei seluruh distributor utama alat-alat laboratorium, setidaknya satu laboratorium biomolekuler membutuhkan dana sebesar Rp 4,4 miliar.

Jumlah ini sudah termasuk biaya operasional yang membiayai para operator laboratorium.

“Ini dana riil, tidak perlu ditenderkan agar biaya tidak semakin membengkak jumlahnya,” kata Elcid menambahkan.

Karena menurutnya, jika dana memang tidak ada atau terbatas maka urusan cari dana dari pihak ketiga harus diminimalisir atau tidak perlu dibisniskan.

Pulkam

Selain Fima Inabuy PhD, satu lagi ahli biomolekuler asal NTT juga memutuskan pulang kampung demi membantu warga NTT yaitu Alfredo Kono PhD, doktor biomolekuler asal NTT.

“Edo Kono ini sejak masih berstatus mahasiswa ITB sudah menjadi anggota Forum Academia NTT, dan kami senang ia pulkam mengabdi untuk warga, setidaknya untuk 6 bulan,” kata Jonatan Lassa, moderator Forum Academia NTT yang saat ini menjadi staf pengajar di Charles Darwin University.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com