Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Corona Menerkam Pariwisata dan Ilmu Kepepetisme

Kompas.com - 13/07/2020, 09:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDUSTRI yang paling parah terdampak pagebluk Corona adalah pariwisata yang secara langsung terkait pada industri perhotelan, kuliner, biro perjalanan dan terutama industri penerbangan yang dengan sendirinya terkait langsung dengan industri pesawat terbang, industri bandara, industri teknologi penerbangan, industri ticketing, industri sekuriti penerbangan, industri perawatan pesawat terbang dan lain-lain dan sebagainya.

Eropa

Akibat sangat tergantung pada industri pariwisata maka Yunani merupakan negara Eropa pertama yang terpaksa resmi membuka diri demi mengundang kedatangan para turis dari mancanegara sementara negara lain masih menutup pintu gerbang masing-masing rapat-rapat.

Namun upaya mendatangkan para wisatawan mancanegara ke Yunani ternyata sia-sia belaka karena para turis masih enggan berpergian ke luar dari negeri masing-masing sebab masih menderita Coronafobia.

Demikian pula upaya pusat-pusat wisata di Italia Selatan mendatangkan turis gagal total akibat Italia telanjur tersohor sebagai negara yang paling parah terpapar Covid-19.

Pendek kata Coronafobia memicu fobia-fobia lainnya yang menyebabkan masyarakat takut melakukan perjalanan wisata dengan meninggalkan negeri masing-masing.

Masyarakat Jerman memilih berkunjung ke destinasi wisata di dalam negeri Jerman sendiri akibat tidak percaya pada sistem pelayanan kesehatan di luar negeri Jerman.

Juga akibat enggan menempuh perjalanan dengan pesawat terbang yang penuh beban kendala rimba belantara peraturan protokol kesehatan.

Amerika Serikat

Berdasar data Tourism Economics kerusakan pada ekonomi Amerika Serikat (AS) terdampak prahara Corona terutama terjadi akibat pembatalan penerbangan yang dilakukan para turis China yang merencanakan kunjungan ke Amerika Serikat.

Diduga akibat pembatalan kunjungan para wisatawan hanya dari China saja memerosotkan omzet pariwisata AS pada 2020 sekitar 28 persen dibandingkan dengan 2019.

Hotel AS kehilangan sekitar 4 juta malam yang biasa dihuni para wisatawan China.

Dengan merosotnya kunjungan turis China akibat Coronafobia, AS akan kehilangan sekitar 10.300.000.000 dolar AS atau sekitar Rp 145.000.000.000.000 dengan kurs 1 dolar AS = Rp 14.500.

Gubernur New York, Andrew Cuomo mengkhawatirkan daerahnya akan kehilangan 13.3 miliar dolar AS akibat pagebluk Corona.

Diduga baru pada tahun 2023 potensi industri pariwisata AS diharapkan akan pulih kembali seperti sediakala apabila tidak ada kendala lain yang mendadak muncul. Apalagi jika Donald Trump terpilih kembali menjadi presiden AS maka tidak bisa diduga apa saja kreasi baru Trump yang memang selalu kreatif bikin masalah itu.

Kepepetisme plus triwikrama

Bagaimana Indonesia?

Berdasar kesaktian kepepetisme bangsa Indonesia yang secara empiris telah terbukti dalam sejarah menghadapi musibah nasional senantiasa mampu bangkit kembali dari keterpurukan maka dapat diyakini bahwa industri pariwisata Indonesia mampu bangkit kembali dari keterpurukan akibat prahara Corona.

Bangsa Indonesia pasti mampu bangkit kembali untuk berjaya di khasanah pariwisata dunia seperti sebelum prahara Corona.

Di dalam kondisi kritis akibat kepepet saya hakulyakin bangsa Indonesia akan habis-habisan mengerahkan segenap kesaktian kepepetisme plus triwikrama demi rawe-rawe rantas malang-malang putung maju tak gentar membangun kembali kejayaan industri pariwisata Nusantara di atas puing-puing kehancuran akibat angkara murka pagebluk Corona. Merdeka!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com