Artaban memohon kepada serdadu itu untuk membatalkan angkara murkanya dengan memberikan batu permata terakhir yang tersisa.
Akibat menolong perempuan nahas tersebut, Artaban terlambat tiba di bukit Golgota. Yesus Kristus sudah wafat di tiang salib.
Artaban yang sudah lanjut usia langsung lemah-lunglai dan terjungkal jatuh akibat putus asa. Ia merasa gagal menjumpai Yesus.
Mendadak sesosok cahaya terang-benderang menghampiri Artaban sambil bertanya kepadanya kenapa berduka.
Artaban lirih berbisik bahwa dia berduka sebab merasa hidupnya sia-sia belaka akibat gagal berjumpa dengan Juru Selamat Umat Manusia.
Sang Cahaya bersabda bahwa sebenarnya Artaban telah empat kali berjumpa dengan Yesus Kristus, yaitu ketika menolong korban perampokan di padang pasir, menolong ibu dan anak dari pembantaian serdadu Herodes di Bethlehem, mendukung masyarakat penderita kusta membangun desa kumuh, dan menyelamatkan perempuan Yahudi dari perkosaan serdadu Romawi di lorong Via Dolorosa.
Kisah Artaban menyadarkan saya bahwa Tuhan senantiasa hadir pada saat manusia mempersembahkan kasih sayang kepada sesama manusia.
Tuhan hadir pada saat para dokter dan perawat tulus-ikhlas siap mengorbankan jiwa raga demi menyelamatkan kesehatan dan nyawa para pasien Covid-19.
Tuhan hadir pada saat masyarakat mempersembahkan sumbangsih sembako, air minum, masker kepada sesama masyarakat yang membutuhkannya.
Tuhan hadir pada saat para pejabat tinggi mengikhlaskan gaji mereka demi disumbangsihkan untuk mengurangi beban derita para rakyat yang sedang menderita akibat pagebluk Corona.
Tuhan hadir pada saat para mahasiswa menghadirkan lembaga daring untuk secara online membantu para petani menjual produk pertanian masing-masing akibat pasar tradisional tutup karena prahara Covid-19.
Tuhan hadir pada saat para pasien Covid-19 yang sembuh menyumbangsihkan darahnya untuk didayagunakan sebagai plasma konvalesen demi menyembuhkan para pasien Covid-19 yang belum sembuh.
Tuhan hadir pada saat para petani pedesaan sengaja datang ke kota untuk menyerahkan sumbangsih hasil pertanian mereka kepada warga kurang mampu di perkotaan yang tidak bisa mudik akibat pagebluk Corona.
Tuhan hadir pada saat para pejuang kemanusiaan ikhlas mengorbankan harta benda bahkan jiwaraga masing-masing demi membantu mengurangi penderitaan rakyat yang belum bisa ikut menikmati nikmatnya kemerdekaan bangsa Indonesia di masa pagebluk Corona.
Tuhan hadir pada saat para warga Indonesia tanpa batasan SARA saling membantu, saling mendukung dan saling menolong dengan sesama warga Indonesia bahkan juga warga asing yang kebetulan berada di Indonesia pada masa malapetaka Covid-19.
Segenap peristiwa kemanusiaan adiluhur itu menyadarkan saya bahwa Tuhan senantiasa hadir pada saat manusia mempersembahkan kasih sayang kepada sesama manusia.
Di sisi lain, saya juga tersadarkan bahwa yang hadir pada saat manusia melampiaskan kebencian kepada sesama manusia, pasti bukan Tuhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.