"Saat mengetahui diri kita ada di situasi yang lebih memiliki kebebasan daripada jika kita memilih di rumah, fakta ini sulit untuk diproses," ungkap Taylor.
"Kehidupan dan pekerjaan di sini sangat erat kaitannya. Kita sangat beruntung dapat melanjutkan hidup dan pekerjaan kita," tambah Taylor.
Baca juga: KKP Bandara Soekarno-Hatta: Tes Cepat Virus Corona Gratis Hanya untuk WNI yang Repatriasi
Taylor akan pergi pada April 2021. Namun, ia harus melihat kondisi sebelum menguatkan rencana kepulangannya ke Inggirs.
"Mereka mengatakan, menghabiskan satu musim di Antartika mengubahmu. Tapi, saya tidak bisa berhenti bertanya-tanya, apakah dunia berubah lebih banyak saat ini daripada kita," kata dia.
Nelson juga mengungkapkan perasannya. Ia dijadwalkan untuk pergi pada awal April, tetapi kemudian memperpanjang masa tinggalnya "hingga kru bantuan musim dingin tiba".
Baca juga: Update Corona di Papua: Total 321 Kasus Positif, Paling Banyak di Mimika
Ketika ia, Taylor, dan lainnya akhirnya kembali ke rumah, mereka akan disambut oleh dunia dengan cara yang berbeda, cara hidup baru yang mereka saksikan dari jauh.
Hal-hal sederhana yang mampu mereka nikmati di sini mungkin akan menjadi kenangan yang sulit dilakukan kembali.
"Kita masih bersosialisasi sesuka hati, tanpa rasa takut, berpelukan, duduk berdekatan. Kita tidak harus takut jika seseorang batuk. Saya sangat berterima kasih untuk itu dan mencoba benar-benar menghargai saat-saat ini," ungkap Taylor.
"Dan saat kita pergi dari sini, kita akan meninggalkan semuanya. Saya mencoba untuk terus mengingat seperti apa rasa bebas dan aman ini. Jadi, saya tidak akan melupakannya nanti," kata Taylor.
Baca juga: Hari Perawat Internasional, Berikut Kisah-kisah Perawat Selama Pandemi Corona
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.