Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marak Jasa Mudik Ilegal, Mengapa Bisa Muncul dan Bagaimana Cara Menghentikannya?

Kompas.com - 01/05/2020, 08:54 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah resmi melarang mudik Lebaran bagi masyarakat di tengah pandemi virus corona. Larangan tersebut mulai berlaku, Jumat, 24 April 2020.

Pada awalnya, larangan mudik berlaku bagi TNI-Polri dan ASN. Namun dalam perkembangannya masyarakat pun diminta untuk tidak mudik guna menekan penyebaran wabah virus corona.

Meski dilarang, masih banyak masyarakat yang nekat mudik. Tak hanya itu, bahkan ada yang sampai menyediakan jasa mudik ilegal.

Baca juga: Kenali Masa Inkubasi Virus Corona di Dalam Tubuh, Berapa Lama?

Dilansir Kompas.com Kamis (30/4/2020), bisnis jasa penyelundupan pemudik adalah angkutan mudik gelap yang dilakukan sejumlah oknum.

Penawarannya langsung melalui beberapa media sosial, seperti grub Facebook.

Beberapa waktu lalu juga sempat viral foto penumpang yang duduk di bagasi bus AKAP demi terhindar razia dan sampai ke kampung halaman.

Baca juga: Setop Penyebaran Virus Corona, Anggota dan PNS Polri Dilarang Mudik

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak

Lalu mengapa muncul jasa mudik ilegal di Indonesia?

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono melihat ada 2 bentuk ekspresi dari jasa mudik, yaitu:

  1. Jasa mudik yang terkait dengan ekonomi pasar
  2. Jasa mudik yang terkait dengan ekonomi moral

Adapun yang terkait dengan ekonomi pasar artinya penumpang membayar untuk bisa naik angkutan truk, sembako, obat-obatan, atau angkutan yang berselang.

Angkutan berselang maksudnya hanya perjalanan pendek seperti Solo-Sragen, Ngawi-Madiun, dan lain-lain.

"Artinya jasa mudik ini ada karena kebutuhan dari masyarakat dan jumlahnya cukup besar, serta mereka (penyedia jasa mudik) punya kesempatan untuk mensuplai kebutuhan itu maka terjadilah jasa mudik," ujar Drajat pada Kompas.com, Kamis, (30/4/2020).

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

Bersifat ekonomi moral

Polisi menghalau bus yang membawa pemudik di tol Jakarta-Cikampek untuk keluar ke Gerbang tol Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (24/4). Akses transportasi mobil pribadi dan bus angkutan penumpang dari tol Jakarta Cikampek menuju Karawang ditutup mulai Jumat (24/4) pukul 00.00 WIB. Antara/Fakhri Hermansyah Polisi menghalau bus yang membawa pemudik di tol Jakarta-Cikampek untuk keluar ke Gerbang tol Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (24/4). Akses transportasi mobil pribadi dan bus angkutan penumpang dari tol Jakarta Cikampek menuju Karawang ditutup mulai Jumat (24/4) pukul 00.00 WIB.

Tapi ada juga jasa mudik yang sifatnya ekonomi moral.

Hal itu terjadi ketika orang-orang yang memiliki kendaraan dimintai tolong untuk menumpang oleh para pemudik.

Para pemudik tidak ditarik biaya karena pemilik kendaraan merasa empati terhadap kebutuhan kultural yang harus dipenuhi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Tren
8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

Tren
4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

Tren
7 Cara Cek Pemadanan NIK-NPWP Sudah atau Belum, Klik ereg.pajak.go.id

7 Cara Cek Pemadanan NIK-NPWP Sudah atau Belum, Klik ereg.pajak.go.id

Tren
Perbandingan Rangking Indonesia Vs Tanzania, Siapa yang Lebih Unggul?

Perbandingan Rangking Indonesia Vs Tanzania, Siapa yang Lebih Unggul?

Tren
Kenali Beragam Potensi Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan

Kenali Beragam Potensi Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan

Tren
Mempelajari Bahasa Paus

Mempelajari Bahasa Paus

Tren
7 Potensi Manfaat Buah Gandaria, Apa Saja?

7 Potensi Manfaat Buah Gandaria, Apa Saja?

Tren
Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Tren
Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Tren
Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Tren
Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Tren
Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Tren
Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Tren
Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com