KOMPAS.com - Hari ini, saya dan sebagian dari kita sudah #dirumahaja untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah. Kita memasuki pekan ketiga untuk upaya baik memutus rantai penyebaran virus corona.
Apakah rantai penyebaran Covid-19 terputus? Tidak sepenuhnya memang. Terlihat dari kurva jumlah kasus positif Covid-19 masih naik dari hari ke hari dan belum melandai seperti setiap hari diupdate pemerintah.
Lantas, apakah upaya kita bersama memutus rantai penyebaran virus corona dengan #dirumahaja sia-sia?
Saya merasa tidak sia-sia juga. Kita perlu upaya lebih gigih lagi, lebih disiplin lagi, lebih serentak lagi dan lebih terkoordinasi untuk hasil yang lebih baik mengatasi Covid-19.
Karena itu, usulan sejumlah daerah untuk melakukan karantina wilayah perlu kita dukung dengan persiapan matang. Banyak satuan lebih kecil di daerah sudah menerapkan dengan kearifannya sendiri-sendiri.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah tengah berkoordinasi untuk memungkinkan hal ini. Peraturan Pemerintah tengah disiapkan agar segala sesuatunya bermanfaat baik untuk melindungi warga dari bahaya, bukan sebaliknya.
Oya, apa kabarmu sepekan lalu? Menerapkan hal-hal baru terus-menerus selama dua pekan pasti ikut mengubah perilaku juga. Perilaku hidup bersih, misalnya.
Selama dua pekan ini, kamu pasti lebih peduli kesehatan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kamu pasti lebih mengenali tubuhmu sendiri karena intensitas perhatiannya meningkat.
Semua ini tentu baik. Tidak hanya karena upaya kita bersama melawan virus corona, tapi untuk menjaga kesehatan kita secara keseluruhan.
Terkait bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah, kamu pasti mendapati satu titik di mana kebosananan memuncak. Lumrah alias manusiawi sekali. Saya dan banyak teman saya mengalaminya juga.
Saat kita sanggup mengatasi titik kebosanan itu, kemampuan kita mengatasi kebosanan berikutnya akan naik tingkatnya.
Sambil meningkatkan kemampuan mengatasi bosan sambil tetap di rumah dan mempraktikkan hal-hal baik untuk melandaikan kurva, saya bantu update beberapa berita pekan lalu.
Seperti kita ketahui, berita duka datang dari Rumah Sakit Slamet Riyadi, Solo. Ibunda Presiden Joko Widodo, Sujiatmi Notomiharjo (77) meninggal dunia setelah berjuang melawan kanker sejak 4 tahun lalu.