"Saking pedulinya masyarakat satu dengan yang lain, saling berbagi informasi. Informasi jadi terdistribusi semakin banyak. Malah itu menyebabkan ketidakpastian," tambahnya.
Infodemik
Kecemasan dan kepanikan masyarakat itu disebut Firman sebagai ketidakseimbangan informasi publik.
Akibatnya, banyak orang tiba-tiba memborong makanan dan masker, seperti yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir. Menurut Firman, hal itulah yang menjadi kekhawatiran baru WHO.
"Selain endemik yang bisa membunuh orang, justru banyaknya informasi membuat seseorang tidak terkendali. Itulah infodemik, yaitu ledakan informasi yang menjadi sesuatu itu tidak pasti. Itu selalu menyertai," tutupnya.
Oleh karena itu, Firman menganggap pemerintah tidak cukup hanya menunjuk juru bicara dan protokol penanganan virus, tapi juga ada satuan tugas (satgas) untuk memantau pembicaraan-pembicaraan apa yang berkembang di publik.
"Jadi yang belum ada di antara langkah pemerintah adalah mengikuti gejolak kecemasan publik. Itu tidak bisa dijamin dengan jubir dan dashboard informasi," tutupnya.
Baca juga: Panduan Lengkap Menghadapi Wabah Virus Corona
Firman menyebut, publik perlu memperoleh informasi yang sahih dan update. Namun demikian, menurutnya bukan jumlah informasi yang sebanyak banyaknya yang diperlukan.
"Informasi berkualitas yang harus dikonsumsi. Caranya pilih sumber-sumber terpercaya, yang mampu menyajikan keadaan sebenarnya dengan sederhana dan masuk akal," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.