Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencegahan Virus Corona, Deteksi Suhu dan Penggunaan Termometer Tembak...

Kompas.com - 04/03/2020, 09:16 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak diidentifikasi pada akhir Desember silam, virus corona jenis baru ini telah menginfeksi 92.8600 orang dan menewaskan 3.162 orang hingga Rabu (4/3/2020).

Kendati demikian, pasien yang dikabarkan sembuh juga mengalami peningkatan signifikan hingga 48.252 orang.

Saat ini, deteksi dini virus corona kerap dilakukan dengan pemeriksaan suhu tubuh seseorang.

Bahkan, sejumlah fasilitas umum seperti bandara, perkantoran hingga istana melakukan prosedur pengecekan suhu tubuh seseorang untuk pencegahan terkait penyebaran virus corona.

Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), salah satu upaya untuk mengetahui dan mencegah penyebaran virus corona yakni dengan pemeriksaan suhu yang dilengkapi dengan termometer inframerah genggam atau dikenal dengan "termometer tembak".

Adapun termometer ini digunakan oleh petugas untuk memeriksa orang-orang tanpa harus melakukan kontak langsung.

Baca juga: Update Terbaru Virus Corona Seluruh Dunia: Tembus 76 Negara, 48.252 Sembuh, 3.162 Meninggal

Lantas, apakah penggunaan "termometer tembak" dapat dipercaya untuk mencegah penyebaran virus corona?

Termometer inframerah genggam ini telah muncul sebagai perangkat populer untuk menyaring orang-orang yang demam selama wabah virus corona.

Meskipun termometer ini dapat dengan cepat mengukur suhu permukaan tanpa menyentuh kulit manusia, para ahli mengatakan, menggunakan perangkat non-kontak untuk menghindari penyebaran infeksi kurang akurat.

"Secara umum, termometer inframerah jarak jauh telah terbukti kurang dapat diandalkan," ujar profesor kedokteran di Universitas Nebraska, James Lawler kepada SCMP.

"Seperti termometer kontak kontak kulit, ada masalah termasuk berkeringat dan kehilangan panas yang dapat memengaruhi pembacaan suhu," lanjut dia.

Menurutnya, termometer telinga elektronik dan termometer oral mungkin lebih akurat, namun diperlukan waktu lebih lama untuk mengetahui hasil pembacaan suhu.

Tak hanya itu, dua termometer tersebut juga menimbulkan risiko kontaminasi silang yang lebih tinggi.

Di sisi lain, seorang profesor keamanan hayati global di Universitas New South Wales di Sydney, Raina MacIntyre, menjelaskan bahwa kontak langsung bukan cara yang baik dalam pencegahan infeksi.

"Kontak (langsung) bukanlah ide yang baik untuk pencegahan infeksi, bahkan dengan masker sekali pakai," ujar MacIntyre.

Baca juga: Lebih dari 50 Persen Pasien Virus Corona di China Berhasil Sembuh

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com