Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marak soal Kasus Penyimpangan Seksual, Bagaimana Cara Menghadapinya?

Kompas.com - 27/01/2020, 06:29 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa kali pemberitaan di media berisikan soal perilaku penyimpangan seksual yang ditujukan kepada kaum hawa dan anak kecil.

Terbaru yakni kasus Brusly Wongkar (40), yang suka melakukan masturbasi di depan bocah di Cikarang Timur, Bekasi pada Januari lalu.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, pelaku diketahui mengidap kelainan seks.

Ada juga kasus pembunuhan yang dialami oleh pelajar SMA di Bengkulu.

Pelaku berinisial YA (32) diduga juga memiliki perilaku seks menyimpang. Pasalnya dia kerap melakukan panggilan telepon melalui video call aplikasi WhatsApp dengan menampakkan alat kelaminnya.

Baca juga: 5 Fakta Reynhard Sinaga, Disebut Peter Pan hingga Bukti Kasusnya Capai 3 TB

Lantas, bagaimana cara merespons atau kendali diri jika kita menjadi korban perilaku seks menyimpang ini?

Dokter anti aging sekaligus seksolog, dr. Haekal Anshari M. Biomed (AAM) mengungkapkan tindakan yang dilakukan YA dengan menampakkan alat kelaminnya kepada orang lain merupakan kedok untuk mendapatkan kepuasan seksual dengan membuat orang lain terkejut.

"Pelaku penyimpangan seksual (parafilia eksibisionisme) kerap memperlihatkan organ kelaminnya kepada orang lain karena pelaku mendapatkan kepuasan seksual dengan membuat orang lain terkejut, takut atau terkesan dengan perilakunya," ujar Haekal saat dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (25/1/2020).

Bahkan parafilia dapat melakukan masturbasi di tempat umum.

Baca juga: Viral, Video Pengakuan Penjual Tahu Bulat Diduga Lakukan Pelecehan Seksual

Cara Menghadapi Penyimpangan Seksual

Apabila Anda mendapati ada orang yang hendak atau tengah melakukan penyimpangan seksual, Haekal menyarankan agar korban bersikap tegas terhadap tindakan pelecehan atau penyimpangan seksual kepada pelaku.

Ia juga menyarankan kepada korban untuk berteriak guna menarik perhatian orang lain.

"Bila perlu berteriak untuk menarik perhatian orang lain dan bila perlu memukul pelaku sebagai tindakan untuk membela diri," ujar dokter yang juga menjabat sebagai anggota dari Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) ini.

Kemudian, korban juga dapat mencari tempat aman seperti tempat keramaian agar tindakan penyimpangan seksual dapat dihindari.

"Masukkan nomor telepon darurat, seperti polisi dan keluarga dekat dalam daftar panggilan cepat, sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk menghubungi kontak mereka di saat genting," lanjut dia.

Selain itu, Haekal juga mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati dalam bermedia sosial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com