KOMPAS.com - Salah satu ciri khas perayaan Tahun Baru China atau Imlek adalah keberadaan makanan manis yang disebut sebagai Kue Keranjang.
Di negeri asalnya, kue kenyal dengan dominasi rasa manis ini disebut sebagai Nian Gao.
Keberadaan kue keranjang telah berusia ribuan tahun. Sejak China masih berbentuk dalam beberapa kerajaan-kerajaan.
Dikutip dari China Highlight kue ini awalnya merupakan persembahan dalam ritual upacara adat, namun perlahan berubah menjadi makanan khas di festival musim seni.
Menurut cerita, pada musim semi dan musim gugur (722–481 SM), China terbagi menjadi beberapa kerajaan kecil dan orang-orang menderita karena perang.
Raja membuat dinding yang kuat dibangun untuk melindungi wilayah dari serangan, raja pun mengadakan jamuan pesta untuk merayakan ide ini.
Rakyat pun tidak lagi dibuat khawatir dengan perang. Namun tidak dengan Perdana Menteri Wu Zixu.
Baca juga: Cerita Kakek Rehani 15 Tahun Jadi Perajin Lampion di Solo, Kebanjiran Pesanan Jelang Imlek
Menurut Wu, perang tidak bisa dipandang enteng. Tembok yang kuat memang merupakan perlindungan yang baik, tetapi jika musuh mengepung kerajaan, tembok itu juga merupakan penghalang keras bagi diri kita sendiri.
"Jika keadaan benar-benar buruk, ingatlah untuk gali lubang di bawah dinding," kata Wu.
Bertahun-tahun kemudian, setelah Wu Zixu meninggal, kata-katanya menjadi kenyataan. Banyak orang mati kelaparan.
Para prajurit pun melakukan apa yang dikatakan Wu Zixu sebelumnya dan menemukan bahwa tembok di bagian bawah dibangun dengan batu bata khusus yang terbuat dari tepung beras ketan.
Makanan ini menyelamatkan banyak orang dari kelaparan. Batu bata ini adalah Nian Gao yang pertama kali.
Setelah itu, orang-orang membuat Nian Gao setiap tahunnya untuk memperingati Wu Zixu.
Seiring waktu berlalu, Nian Gao menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai kue Tahun Baru Cina atau di Indonesia disebut kue keranjang.
Baca juga: Menilik Warisan Orangtua dalam Bingkai Kue Keranjang
Memakan kue ini di perayaan tahun baru, bagi warga Tionghoa memiliki makna positif yang dipercaya secara turun-temurun.