Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Respons Para Pemimpin Dunia terhadap Kematian Qasem Soleimani

Kompas.com - 06/01/2020, 14:31 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pasca terbunuhnya Qasem Soleimani dalam sebuah serangan di Bandara Baghdad atas perintah Presiden AS Donald Trump, para pemimpin negara di dunia telah memberikan responsnya. 

Kebanyakan mengungkapkan kekhawatiran bahwa kejadian ini dapat memicu eskalasi serius di kawasan tersebut dan berpotensi mengarahkan kepada perang.

Melansir Al Jazeera, berikut respons-respons dari para pemimpin negara-negara di dunia:

1. Iran

Setelah terjadinya serangan yang menewaskan Soleimani, Ayatollah Ali Khamenei memperingatkan AS akan pembalasan dendam yang berat.

Sementara, Menteri Luar Negeri Iran Javed Zarif juga merespons peristiwa ini dengan unggahan di Twitter yang berbunyi:

"Tindakan terorisme internasional AS, yang menargetkan dan membunuh Jenderal Soleimani (pasukan paling mengesankan dalam memerangi Daesh (ISIS), Al Nusrah, Al Qaeda), adalah tindakan paling berbahaya dan eskalasi yang bodoh," tulisnya.

2. Irak

Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mengutuk serangan AS tersebut. Ia menyebutnya sebagai "agresi" terhadap Irak dan akan memicu terjadinya perang.

"Pembunuhan seorang komandan Irak adalah agresi terhadap Irak sebagai negara, pemerintah, dan rakyat," kata Abdul Mahdi dalam sebuah pernyataan.

Menurut dia, melakukan operasi likuidasi fisik terhadap tokoh-tokoh Irak atau negara saudara di tanah Irak adalah sebuah pelanggaran besar terhadap kedaulatan Irak. 

"Serangan ini menjadi eskalasi berbahaya yang memicu perang destruktif di Irak dan juga dunia," kata Abdul Mahdi.

Ia menambahkan, serangan ini juga merupakan sebuah pelanggaran yang dilakukan terang-terangan terhadap syarat diizinkannya pasukan AS di tanah Irak.

Baca juga: Saat-saat Terakhir sebelum Serangan AS Menewaskan Qasem Soleimani...

3. Suriah

Pemerintah Suriah menuduh Washington berusaha menyulut konflik di Timur Tengah. 

"Suriah yakin bahwa agresi AS yang pengecut ini hanya akan memperkuat tekad untuk mengikuti jejak perlawanan para martir," kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri sebagamana dikutip dalam Al Jazeera.

Ia juga menggambarkan bahwa peristiwa yang menewaskan Soleimani adalah situasi eskalasi serius di kawasan tersebut. 

4. Israel

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyuhu mengatakan, AS memiliki hak untuk mempertahankan diri dengan membunuh Soleimani.

"Sama seperti Israel yang memiliki hak untuk membela diri, AS memiliki hak yang sama persis," kata Netanyahu.

Menurut dia, Soleimani bertanggung jawab atas kematian warga Amerika dan banyak orang tak berdosa lainnya. 

"Dia merencanakan lebih banyak serangan semacam itu," kata Netanyahu.

5. Turki

Kementerian Luar Negeri Turki menilai, pembunuhan Soleimani akan meningkatkan rasa tidak aman dan ketidakstabilan di dalam kawasan. 

Dalam sebuah keterangan tertulis, kementerian menyampaikan keprihatinannya atas meningkatnya ketegangan AS dan Iran. 

Menurut pernyataan dalam keterangan tersebut, mengubah Irak menjadi sebuah daerah konflik akan merusak perdamaian dan stabilitas di wilayah. 

"Turki selalu menentang intervensi asing, pembunuhan, dan konflik sektarian di kawasan itu," tulis kementerian dalam keterangannya.

Baca juga: Jenderal Qasem Soleimani dan Pasang Surut Hubungan AS-Iran...

6. Rusia

Moskow memperingatkan, pembunuhan Soleimani akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.

Mengutip Al Jazeera, Kementerian Luar Negeri Rusia juga mengungkapkan pembunuhan Soleimani sebagai langkah yang akan meningkatkan ketegangan di seluruh wilayah.

"Soleimani mengabdi untuk tujuan melindungi kepentingan nasional Iran. Kami menyatakan belasungkawa tulus kepada rakyat Iran," ungkap pihak Kementerian Luar Negeri sebagaimana diberitakan Al Jazeera.

7. China

Pihak China juga turut merespons penyerangan AS yang membunuh Soleimani. 

"Kami mendesak pihak-pihak terkait, terutama AS, untuk tetap tenang dan menahan diri agar menghindari ketegangan yang semakin meningkat," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang seperti dikutip Al Jazeera

Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan bahwa AS seharusnya tidak menyalahgunakan kekuatan dan seharusnya mencari solusi melalui dialog.

8. Jerman

Juru Bicara Kanselir Jerman, Ulrike Demmer, mendesak dilakukannya deeskalasi.

"Kita berada pada titik eskalasi yang berbahaya. Sekarang, yang terpenting adalah upaya kehati-hatian dan pengendalian diri untuk berkontribusi melakukan deekskalasi," kata Demmer.

Menteri Luar Negeri Heiko Maas mengatakan bahwa tujuannya sakrang adalah untuk mencegah terjadinya eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah.

Baca juga: Iran-AS Makin Panas, Ribuan Pelayat Iringi Proses Pemakaman Qasem Soleiman

9. Inggris

Sekretaris Negara untuk Urusan Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, mendesak seluruh pihak untuk melakukan deeskalasi.

"Kami selalui memperhatikan ancaman agresif yang ditimbulkan oleh pasukan Quds Iran yang dipimpin oleh Qasem Soleimani. Setelah kematiannya, kami mendesak semua pihak untuk melakukan deeskalasi. Konflik lebih lanjut bukan merupakan kepentingan kami," kata Raab dalam sebuah pernyataan. 

10. Perancis

Prioritas Perancis adalah menstabilkan Timur Tengah.

"Apa yang terjadi adalah apa yang kami takutkan, ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran meningkat," kata Sekretaris Negara Perancis untuk Eropa Amelie de Montchalin sebagaimana dikutip dalam Al Jazeera

Menurut Mochtalin, Presiden Perancis Emmanuel Macron akan segera berkonsultasi dengan "para pemain di kawasan tersebut."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com