Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bersiap, Saksikan Puncak Hujan Meteor Quadrantid Sabtu Dini Hari Nanti

Kompas.com - 03/01/2020, 16:52 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Puncak peristiwa hujan meteor Quadrantid akan terjadi pada Sabtu (4/1/2020) dini hari nanti.

Hujan meteor ini adalah hujan meteor besar pertama yang terjadi pada tahun 2020. 

Saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (3/1/2020), Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa LAPAN Dr. E. Sungging, M.Si membenarkan informasi tersebut.

"Iya, benar. Ada," jawab Sungging. 

Informasi tentang terjadinya fenomena ini juga telah disampaikan melalui sejumlah media sosial LAPAN seperti akun Instagram dan Twitter-nya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by LAPAN (@lapan_ri) on Jan 3, 2020 at 12:08am PST

Menurut keterangan tertulis LAPAN, hujan meteor Quadrantid ini berlangsung antara 12 Desember 2019 hingga 12 Januari 2020 dengan puncaknya terjadi pada 4 Januari 2020.

Hujan meteor

Lintasan cahaya yang disebut sebagai meteor muncul akibat adanya gesekan antara atmosfer Bumi dengan meteorid yang datang dari luar bumi. 

Gesekan ini menimbulkan panas yang menghancurkan meteorid tersebut dan menghasilkan panas dan cahaya yang muncul dalam bentuk lintasan di langit.

Mengutip keterangan LAPAN yang diterima Kompas.com (3/1/2020), peristiwa ini dapat muncul kapan saja dan datang dari daerah mana saja di langit.

Baca juga: Mengenal Proses Terjadinya Meteor

Biasanya, fenomena terbakarnya meteorid terjadi pada ketinggian 70 km hingga 100 km dari permukaan bumi. 

Namun, pada waktu-waktu tertentu, kemunculan ini dapat menjadi lebih sering dari biasanya.

Saat itu, lintasan ini tampak seperti muncul dari satu daerah tertentu di langit. 

Fenomena inilah yang kemudian disebut sebagai hujan meteor. Sebab, dari satu titik ini, tampak muncul berkali-kali lintasan cahaya meteor. Selanjutnya, titik ini diberi nama radiant.

Waktu tampak

Untuk memudahkan identifikasi pada fenomena hujan meteor, titik radiant dikaitkan dengan rasi/konstelasi yang terdekat dengan titik tersebut.

Radiant hujan meteor kali ini berada di konstelasi Bootes.

Dari daerah Jawa Barat dan sekitarnya, hujan meteor ini akan tampak sekitar dini hari, yaitu sekitar pukul 02.46 WIB setelah rasi Bootes terbit di ufuk timur.

Fenomena ini akan tampak terus hingga matahari terbit sekitar pukul 05.21 WIB. 

Dalam kondisi yang ideal, yaitu saat malam tidak berawan dan gelap sepenuhnya, hujan meteor ini akan memperlihatkan sekitar 120 meteor tiap jamnya.

Akan tetapi, kemungkinan terlihatnya fenomena ini cukup kecil di indonesia bagian Barat. Sebab, bulan Januari adalah musim penghujan sehingga terjadinya langit yang cerah di malam hari memiliki kemungkinan kecil. 

Selain itu, radiant hujan meteor ini berada pada ketinggian 22 derajat dari horison.

Oleh karena itu, cahaya kota dapat mengaburkan cahaya lintasan meteor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

PBB Masukkan Israel ke “Blacklist” Negara yang Melakukan Pelanggaran Kekerasan terhadap Anak-anak

PBB Masukkan Israel ke “Blacklist” Negara yang Melakukan Pelanggaran Kekerasan terhadap Anak-anak

Tren
Minum Apa Biar Tekanan Darah Tinggi Turun? Berikut 5 Daftarnya

Minum Apa Biar Tekanan Darah Tinggi Turun? Berikut 5 Daftarnya

Tren
Bagaimana Cara Menurunkan Berat Badan dengan Minum Kopi? Simak 4 Tips Berikut

Bagaimana Cara Menurunkan Berat Badan dengan Minum Kopi? Simak 4 Tips Berikut

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 9-10 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 9-10 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 8-9 Juni | Perjalanan Kasus Akseyna UI

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 8-9 Juni | Perjalanan Kasus Akseyna UI

Tren
23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

Tren
5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

Tren
5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com