KOMPAS.com - Belum lama ini Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia tahun 2019. Salah satu yang masuk dalam daftar tersebut adalah bos Mayapada Group, Dato Sri Tahir.
Tahir menempati posisi ketujuh daftar orang terkaya di Indonesia. Ia memiliki kekayaan senilai 4,8 miliar dollar AS.
Lantas siapakah Dato Sri Tahir tersebut?
Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 25 September 2015, Tahir lahir di Surabaya, 26 Maret 1952.
Ia lahir dari keluarga yang sederhana. Ibunya bekerja sebagai tukang cat becak sedangkan sang ayah penjual onderdil becak.
Sejak kecil, keluarganya selalu menanamkan kejujuran, kerja keras, dan berbagi tanpa pamrih.
Tahir adalah lulusan Sarjana Bisnis di Nanyang University, Singapura pada tahun 1976 berkat beasiswa yang ia peroleh.
Baca juga: 3 Pria Indonesia Terkaya di Usia 90-an Versi Forbes
Sebelumnya, Tahir pernah bermimpi menjadi dokter dan berkeinginan mewujudkannya dengan masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.
Namun, impiannya tersebut pupus lantaran tak memiliki biaya. Pada tahun 1987, ia kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Ia mendapat gelar master bisnis administrasi (MBA) dari Universitas Golden Gate, San Francisco, Amerika Serikat.
Tahir memiliki seorang istri bernama Rosi Riady.
Perkawinannya dengan sang istri, membuahkan empat orang anak yakni Jane Tahir, Grace Tahir, Victori Tahir, dan Jonathan Tahir.
Pada tahun 1989, Tahir mendirikan Bank Mayapada. Selain Bank Mayapada, ia juga mendirikan Tahir Foundation dan Mayapada Group.
Tahir bekerja sama dengan Bill Gates Foundation.
Baca juga: INFOGRAFIK: Daftar 10 Orang Terkaya di Dunia
Bill Gates Foundation adalah lembaga sosial internasional yang mengajak pengusaha di dunia membantu masyarakat kurang mampu menangani kemiskinan.
Melalui kerja sama itu, Tahir menyumbang 200 juta dollar AS untuk berbagai program, seperti penanganan penyakit AIDS, polio, malaria, dan kekurangan gizi.
Sepak terjangnya mendirikan Bank Mayapada, membuat dirinya diberi gelar doktor kehormatan dari Universitas 17 agustus 1945, Surabaya di tahun 2008.
Selain itu, ia juga pernah menerima gelar bangsawan dari Kesultanan Pahang, Malaysia di tahun 2010.
Pada tahun 2019, ia menerima tanda kehormatan Bintang Bhayangkara Nararya yang diberikan Kepolisian Republik Indonesia.