KOMPAS.com - Mantan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menyebutkan bahwa pembentukan organisasi masyarakat (ormas) Garbi, lalu berubah menjadi Partai Gelora, bermula dari akumulasi pikiran yang berkembang.
Menurut dia, akumulasi pikiran tersebut terjadi antara dirinya dan rekan-rekannya yang lain.
"Tetapi, kemudian kami memerlukan satu perumusan yang spesifik tentang partai politik, karena itulah kami membuat riset dan mengembangkan narasi yang lebih kuat, lebih operasional, dan lebih solid, lalu ketemulah nama Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia," ujar Fahri seperti dikutip dari tayangan Kompas TV, Selasa (12/11/2019).
Menurut dia, Partai Gelora memiliki keyakinan bahwa bangsa Indonesia selalu ingin menemukan jawaban atas kegelisahan masifnya.
"Dan hal itu lahir bersama gelombang-gelombang sejarah, gelombang formasi kebangsaan, serta gelombang membentuk negara modern," kata Fahri.
Dirinya berharap keberadaan Gelora dapat memberikan jawaban atas kegelisahan baru setelah 20 tahun reformasi dan mengatasi persoalan bangsa.
Baca juga: Ormas Garbi, Fahri Hamzah dan Perjalanan Partai Gelora...
Beda dari PKS
Fahri mengatakan, Partai Gelora ini berbeda dari mantan partainya terdahulu, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Kalau kita menyebut PKS itu ada satu kata kunci, memang yang mungkin publik perlu tahu dari waktu ke waktu bahwa memang kami di PKS itu susah untuk membangun dialog," katanya.
Perbedaan lainnya, menurut dia, yakni banyak hal yang dilakukan pimpinan PKS yang tidak boleh untuk ditanyakan.
Misalnya saja, dalam kasus rekayasa pemecatan yang ia alami dan hal itu menurut dia tidak berdasar.
"Tapi begitulah, partai seperti mesin, tidak ada dialog dan sebenarnya yang mengalami seperti itu di PKS itu banyak sekali, termasuk penyingkiran Anis Matta dan masih banyak lagi kawan-kawan yang lain," lanjutnya.
"Jadi kalau sudah terdorong mengajak dialog selalu ada perasaan bahwa partai itu superior, kader itu tidak ada apa-apanya, kader harus ikut. Nah, kayak gitu-gitu itu. Jadi keluar dari tradisi bernegara dan tradisi berdemokrasi," imbuh dia.
Namun, ia menganggap hal itu bagian dari masa lalu.
Fahri menilai kelahiran Partai Gelora merupakan satu tahapan di dalam cara berpikir dan dalam cara memandang persoalan, baik partai maupun juga bangsa dan juga diri sendiri.
"Jadi biarkanlah ide berkembang dan tumbuh. Biarkanlah ada kelahiran, sebagaimana dalam hidup itu ada yang hidup dan ada yang mati. Itu biasa saja," kata dia.
Lebih lanjut, menurut Fahri, partai politik merupakan cermin dari negara modern. Karena itu, negara modern tidak bisa dibangun dengan tradisi feodal di dalam partai politik.
"Harus mentradisikan dialektika yang luas," kata Fahri.
Baca juga: Fakta Partai Gelora, dari Transformasi Garbi hingga Targetkan Pilkada 2020
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.