Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Ton Apem Siap Disebar pada Tradisi Saparan Yaa Qowiyyu di Klaten

Kompas.com - 13/10/2019, 19:31 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada yang berbeda di Desa Jatinom, Kabupaten Klaten pada bulan Sapar dalam penanggalan kalender Jawa. Pada bulan Sapar, para warga Jatinom sibuk berkutat dengan persiapan tradisi yang disebut Saparan Yaa Qowiyyu.

Setiap tahunnya, tradisi turun temurun ini dilaksanakan pada minggu kedua di bulan Sapar penanggalan Jawa. Uniknya, dalam setiap perayaan, terdapat tradisi melempar apem kepada warga.

Trending topic Twitter Indonesia Minggu (13/10/2019) pagi Trending topic Twitter Indonesia Minggu (13/10/2019) pagi
Keunikan tradisi ini sempat terekam sebagai salah satu trending di Twitter pada Minggu (13/10/2019) pagi. Tagar #SaparanYaaQowiyyuJatinom bertengger di antara tagar lainnya di trending topic Twitter Indonesia.

“(Acara ini) dilaksanakan selalu di bulan Sapar biasanya dilihat waktunya yang kira-kira biasanya di minggu kedua,” ucap Ketua panitia perayaan, Dachliana, kepada Kompas.com, Minggu (13/10/2019).

Dachliana menuturkan, untuk tahun ini, sebanyak tujuh ton apem akan disebarkan. Adapun proses penyebaran tersebut akan dilakukan pada perayaan puncak yakni pada tanggal 18 Oktober 2019 mendatang.

Baca juga: 6 Ton Apem Disebar dalam Perayaan Tradisi Yaqawiyyu di Klaten

“Saparan ini menjadi tradisi dari Jatianom, ini biasanya (ditandai) dengan penyebaran apem,” ucap Dachliana.

Dia mengungkapkan, apem yang disebar merupakan sumbangan dari warga Jatianom. Kemudian sebelum disebarkan, sebuah gunungan yang terbuat dari apem akan dikirab menuju ke Masjid Agung Jatianom dan akan disebarkan di kompleks Sendang Klampeyan.

Di kompleks ini, juga terdapat makam dari Kiai Ageng Gribig yang merupakan tokoh penting dalam penyebaran agama Islam bagi masyarakat Jatinom.

Selain penyebaran apem, perayaan yang dilangsungkan selama satu minggu (12-18 Oktober 2019) ini juga akan dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan budaya, karnaval, dan hingga pameran foto Jatinom.

Adapun perayaan tahunannya sudah masuk ke dalam tradisi yang dilestarikan. Untuk tahun ini tradisi Saparan Yaa Qowiyyu mengambil tema Bhinneka Tunggal Ika dengan mengundang sejumlah penari dari beberapa daerah lain.

“Tahun ini ada perbedaan, kita bukan hanya menggunakan budaya jawa tetapi juga memasukkan unsur Bhinneka Tunggal Ika,” ucap dia.

Selain itu, perayaan ini juga dimeriahkan dengan pasar warga. Pada saat perayaan berlangsung, masyarakat menjajakan berbagai dagangan termasuk apem kepada para pengunjung.

Dengan demikian, Dachliana melanjutkan, perayaan tradisi ini bukan hanya melestarikan budaya nenek moyang namun juga mampu mengangkat perekonomian warga setempat.

“Untuk konsepnya, keluarga kepada warga, jadi kita mau melihat potensi warga yang bisa dikembangkan untuk perekonomian dari warga itu sendiri,” tutur dia.

Tradisi berkumpul dengan sanak saudara

Adapun tradisi Saparan merupakan perayaan berkumpulnya para anggota keluarga di Jatinom. Pada tradisi ini, Dachliana menuturkan, warga berkumpul dan saling bersilaturahmi.

Bahkan, ada pula warga yang sengaja pulang dari perantauan untuk mengunjungi sanak keluarga.

“Jadi masing-masing warga dikunjungi oleh keluarga. Jadi masing-masing pada sibuk untuk menerima tamu dari keluarga sanak saudara,” ucap dia.

Baca juga: Tradisi Unik Sambut Ramadhan, Gerebeg Apem Simbol Minta Ampunan di Jombang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com