Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Indonesia dan Dunia Saat Ini Perlu Kasih dan Sayang

Kompas.com - 09/09/2019, 15:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BAGI saya, cukup menarik peristiwa satu jam di sebuah hotel di jantung Kota Solo, Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019) sore.

Dalam peristiwa dari jam 16.00 sampai 17.10 waktu Indonesia bagian barat itu, terjadi dalam acara puncak Konsultasi Nasional ke-13/2019, Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (FKPKB - PGI).

Acara yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo ini menyuguhkan seni tari yang tidak berlenggang pelan, tidak berlenggang lenggok seperti tari tradisional Solo, Srimpi. Enam perempuan muda ayu tampil dinamis, sekali-sekali menekuk lutut ketika mengangkat kaki ke atas.

Tampaknya Solo sudah berubah atau karena banyak hadirin yang datang dari luar Jawa, termasuk dari Papua. Seorang wartawati asal Sulawesi Utara, yang lama tinggal di Solo, Sonia Sinombor, mengatakan bahwa acara ini bisa menciptakan suasana "solowesi", yakni campuran budaya Solo dan Sulawesi.

"Pak Olly Dondokambey pandai memilih tempat penyelenggaran acara ini, yakni Solo," ujar Sonia, mantan wartawati Istana di masa awal pemerintahan Jokowi.

Hadir di situ, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin, serta Sekretaris Umum PGI Gomar Gultom, Ketua Majelis Sinode Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Pendeta Paulus Kariso Rumambi, Ketua FKPKB PGI Olly Dondokambey, dan Ketua Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GPMS GMIM) Pendeta Dr Hein Arina

Pendeta Hein Arina yang berkantor di Tomohon Sulawesi Utara ketika tiba di Solo, antara lain berkomentar dalam dialek kental Minahasa, "Ini, Solo, Bapa Presiden Jokowi pe kampung kang".

Berdiri di panggung dengan latar belakang 18 bendera merah putih, Presiden Joko Widodo menyerukan sembilan kali pentingnya kasih sayang dalam hidup keluarga, berbangsa, bernegara di dalam dunia yang sedang dilanda banyak kekerasan akibat perubahan cepat pola interaksi dan teknologi informasi.

Ia juga melancarkan kritik terhadap cara-cara orang yang suka menyampaikan kritik. Ia berharap orang-orang di Indonesia menjaga diri dalam bertutur kata dengan menjaga etika dan tata krama ketika berinteraksi satu sama lain, atau menyampaikan info.

"Membangun kasih dan sayang dimulai dari dalam keluarga sangat penting, dalam menghadapi arus informasi global yang tidak mudah disaring dan dibendung," ujarnya.

Menurut Jokowi, saat ini dunia banyak ditandai dengan kekerasan. Di sini, katanya, keluarga yang dipenuhi kasih dan sayang menjadi sangat penting dan menjadi kunci untuk menghadapinya.

Menurutnya, dunia ini mungkin sedang meninggalkan kasih dan sayang. "Tapi itu baru mungkin. Tidak tahu sudah berapa persen kasih dan sayang ditinggalkan dunia. Sampai kini belum ada survei tentang itu," ujar Jokowi sambil tertawa kecil.

Seorang peninjau konsultasi nasional ini, Pendeta Feibe Lumanau, mengatakan, Jokowi telah menyentuh substansi dasar dari hidup berbanga yang pluralis ini, yaitu pentingnnya membagi kasih sayang, dimulai dari unit keluarga dengan kepeloporan sang ayah atau bapak keluarga.

"Acara ini menarik karena para bapak berkommitmen memberi perhatian kepada keluarga dengan membagi waktu untuk istri dan anak-anak," ujarnya.

Bedakan kritik dan menghina

Kemudian, Jokowi melukiskan beberapa fenomena interaksi sosial di Indonesia yang saat ini ditandai saling menjelekkan, saling menghina dan saling memaki.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com