Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos atau Fakta, Stres Jadi Pemicu dan Bikin Kanker Makin Parah?

Kompas.com - 08/09/2019, 05:30 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kondisi stres disebut dapat memengaruhi kondisi kesehatan. Dalam kasus pengidap kanker, kondisi stres kronis yang terus menyerang dari waktu ke waktu dapat membahayakan tubuh.

Bahkan, dalam beberapa kondisi bisa menyebabkan peradagan hingga penyakit kardiometabolik.

Dalam beberapa kasus, stres dapat memengaruhi para pasien kanker. Namun pertanyaannya, seberapa erat kedua kondisi ini saling terkait?

Dilansir dari Live Science, Sabtu (7/9/2019) studi menunjukkan, stres dapat memengaruhi perkembangan kanker dengan beberapa cara.

Profesor ilmu populasi dari Moffitt Cancer Center di Florida, Shelley Tworoger mengatakan, pada seseorang yang sudah mengidap kanker tertentu, stres dapat mempercepat perkembangan dan memperburuk kanker.

Baca juga: Dari Gula hingga Keturunan, 11 Mitos Kanker yang Jangan Lagi Dipercaya

Meski begitu, Tworoger mengungkapkan, hingga saat ini belum ada studi yang menyatakan bahwa stres dapat menjadi pemicu kanker.

Stres dan tubuh manusia

Dalam kondisi normal, stres dapat membantu seseroang melalui situasi berbahaya. Menurut Tworoger, respons stres tubuh membuat jantung berdetak lebih kencang dan mempertajam penghilatan.

Dengan demikian, stres pada tubuh dapat membantu seseorang bertahan hidup.

Selama situasi yang penuh tekanan, tubuh menyalakan dua sistem saraf, pertama sympathetic nervous system yang memicu respons melawan atau lari. Kedua, hypothalamic pituitary adrenal (HPA) yang melepaskan hormon stres yang disebut kortisol.

Dalam jangka pendek, kedua sistem saraf ini dapat membuat tubuh melalui kondisi penuh tekanan. Kemudian ketika stres turun, maka kedua sistem ini akan mereda.

Meski begitu, stres dan tekanan yang terjadi terus menerus seperti kecemasan ekstrem, kesedihan, atau rasa sakit yang terus berlangsung, dapat membuat tubuh mengaktifkan kedua sistem tersebut dan melepaskan hormon stres.

Penelitian sebelumnya menunjukkan, aktivasi kronis dari kedua sistem ini dapat menyebabkan perubahan dalam tubuh. Perubahan tersebut antara lain metabolisme yang berubah, peningkatan kadar hormon tertentu, dan sebagainya.

Semua perubahan ini, lanjut Tworoger, berpotensi memengaruhi perkembangan kanker.
Selain itu, Melanie Flint, pengajar immunopharmacology di University of Brighton mengungkapkan, pelepasan hormon stres jangka panjang juga bisa menyebabkan kerusakan DNA dan memengaruhi perbaikan DNA.

Terlebih, stres kronis dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Dengan kata lain, hal ini bisa menjadi salah satu jalur masuknya sel-sel kanker.

Baca juga: Hati-hati, Berikut 5 Hal Tak Terduga yang Bisa Memicu Kanker

"Ada bukti yang berkembang bahwa stres kronis dapat memengaruhi risiko dan perkembangan kanker melalui disregulasi kekebalan," ujar profesor dan kepala Cancer Epidemiology and Health Outcomes di Rutgers Cancer Institute New Jersey, Dr. Elisa Bandera.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com