Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Cerita KKN di Desa Penari, Membedah Rasa Takut Vs Penasaran dalam Kisah Horor

Kompas.com - 31/08/2019, 07:27 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial tengah ramai membahas tentang kisah horor kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Penari yang di-posting di akun @SimpleMan baru-baru ini.

Adapun kisah itu mengulas 6 mahasiswa yang tengah melangsungkan kegiatan KKN selama 6 minggu untuk menyelesaikan salah satu mata kuliah.

Tidak lama kemudian, twit itu berkali-kali dibagikan oleh pengguna Twitter lainnya, bahkan warganet pun membagikan kisah itu di Facebook dan Instagram.

Kisah-kisah horor selalu memiliki panggung dan mendapat banyak respons yang tidak sedikit dari warganet.

Salah satunya vlog #JURNALRISA yang menampilkan kunjungan dirinya mengulas tempat-tempat yang dianggap seram dan berhantu.

Tidak kurang dari 3 hari, video tersebut sudah mampu menancap di trending YouTube.

Menanggapi hal itu, Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada, Prof Koentjoro mengungkapkan bahwa tingginya respons masyarakat terhadap kisah-kisah horor diakibatkan karena adanya rasa percaya terhadap hal gaib.

"Jin itu menurut agama itu ada. Tetapi, apakah yang ada dalam vlog atau kisah horor ini beneran bisa disebut jin?" ujar Koentjoro saat dihubungi Kompas.com, Jumat (30/8/2019).

Ia pun memberikan permisalan, yakni adanya sepeda Nabi Adam di Jeddah, Arab Saudi.

Beberapa orang ada yang percaya bahwa sepeda itu benar ada dan dipakai Nabi Adam pada masanya.

Di sisi lain, ada yang beranggapan bahwa menurut logika, zaman Nabi Adam belum ada teknologi atau penemuan sepeda.

"Nah, karena sudah percaya, akhirnya masyarakat secara langsung sudah ada dua golongan, dari kelompok percaya dan kelompok tidak percaya," ujar Koentjoro.

Baca juga: Jurnal Risa hingga KKN Desa Penari, Bukti Kita Suka Ditakut-takuti?

Kehadiran panggung horor di dunia maya

Selain itu, adanya platform media sosial memberikan efek echo chamber (pengulangan hal dalam sistem tertutup) yang membuat kisah horor semakin populer bagi masyarakat.

"Akibatnya, apabila ada echo chamber berarti ada saling penguatan antara kelompok yang percaya, akhirnya yang tidak terjadi menjadi terjadi (ada)," ujar dia.

Jadi, menurut Koentjoro kisah-kisah horor yang viral di media sosial merupakan permainan fiksi atau permainan menipu dari Bayes Kognitif (dua penafsiran berbeda).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com