Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelajaran dari Dian Sastro dan Sikap Terbuka Orangtua dengan Anak Berkebutuhan Khusus...

Kompas.com - 26/08/2019, 09:31 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – "Bahwa sinar terang di ujung jalan tuh ada kok. Selama kita teguh, gigih, jangan patah semangat, terus kita punya optimisme, Insya Allah nanti jawabannya ada kok, hasilnya ada".

Demikian pernyataan yang disampaikan artis peran Dian Sastrowardoyo, dikenal dengan Dian Sastro, saat jumpa pers Special Kids Expo (SPEKIX) 2019 yang digelar di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2019).

Pernyataan itu disampaikan Dian Sastro untuk menyemangati para orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, sama seperti dirinya.

Ya, putra sulung Dian, Shailendra Naryama Sastraguna Sutowo, merupakan anak berkebutuhan khusus dan terdiagnosa autisme.

Pada kesempatan itu, Dian blak-blakan soal kondisi Shailendra dan terapi yang pernah dijalaninya.

Baca juga: Dian Sastro: Aku Ingin Orang Terbuka jika Punya Anak Berkebutuhan Khusus

Kini, Shailendra yang sudah duduk di kelas 3 SD tersebut tak lagi menjalani terapi khusus.

"Aku ingin orang terbuka saja jika anak punya kebutuhan khusus. Kalau kita tolong dari kecil, saat sekolah dasar dia sudah dianggap enggak terlalu berbeda sama anak lainnya," ujar Dian Sastro.

Banyak hal positif yang dibagikan Dian Sastro melalui sikap terbukanya.

Bagaimana seharusnya orangtua bersikap ketika memiliki anak berkebutuhan khusus seperti Dian Sastro?

Psikolog dari Lembaga Psikologi Anava, Solo, Jawa Tengah, Maya Savitri, S. Psi, Psikolog, Ch., Cht, mengatakan, orangtua seharusnya menerima apa pun kondisi putra-putrinya.

“Tuhan tidak pernah salah menitipkan anak-anak itu kepada orangtuanya,” ujar Maya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (25/8/2019) malam.

Baca juga: 5 Upaya Dian Sastro Rawat Anaknya dari Autisme

Ia menyebutkan, cara terbaik bagi orangtua ketika mengetahui anaknya berkebutuhan khusus adalah membuat dirinya belajar ikhlas.

Menurut Maya, belajar ikhlas penting sehingga membuat orangtua lebih berani untuk terbuka dengan lingkungan.

Hal ini juga dianggap penting karena keterbukaan orangtua akan membuat kondisi anak lebih baik.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) membutuhkan lebih banyak dukungan dari keluarga dan lingkungannya.

“Akan jauh lebh baik orangtua mulai untuk bisa menerima dan ikhlas terlebih dahulu dengan kondisi anak. Dengan menerima, orangtua akan mulai berani membuka diri di lingkungan. Karena ABK membutuhkan support dari lingkungan keluarga dan lingkungan sosialisasi,” kata dia.

Baca juga: Cerita Dian Sastro Saat Putra Sulungnya Meraung-Raung di Sekolah

Maya mengatakan, penanganan ABK, khususnya autisme, sebaiknya orangtua menemui pakar yang kompeten yakni dokter tumbuh kembang serta psikolog untuk melakukan terapi yang tepat.

Ia juga menyebutkan pentingnya penyaluran minat dan bakat terhadap ABK.

“Yang jelas harus konsultasi dulu ke dokter tumbuh kembang atau psikolog untuk terapinya. Biasanya ada terapi okupasi, terapi fisioterapi, terapi behaviour, dan tidak kalah pentingnya adalah penyaluran bakat/minat,” ujar Maya.

Sementara itu, melansir dari Hello Sehat yang dikutip Kompas.com, Sabtu (24/8/2019), anak berkebutuhan khusus dengan kategori autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang ditandai dengan adanya gangguan dalam interaksi sosial, perkembangan bahasa, dan komunikasi.

Ciri-ciri dari autisme bervariasi, mulai paling ringan hingga  terberat sehingga anak memerlukan perhatian khusus.

Baca juga: Anak Autisme, Dian Sastro: Sinar Terang di Ujung Jalan Itu Ada...

Anak yang mengidap autisme mengalami kesulitan untuk memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain.

Hal ini membuat anak berkebutuhan khusus sangat sulit untuk mengekspresikan diri, baik dengan kata-kata, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan.

Kepada Kompas.com, Maya menyebutkan, untuk mendeteksi autisme harus ada assessment medis dan konsultasi psikologi untuk mengetahuinya.

“Kerja samanya antara dokter anak, psikolog, dan terapis bisa juga dengan dokter syaraf, harus bersinergi,” ujar dia.

Mengenai mengenali tanda-tanda anak autisme, Maya menjelaskan, gejala autisme sebenarnya sudah bisa terlihat sejak anak masih berusia 24 bulan.

“Sebenarnya 24 bulan bisa terlihat. Kayak enggak punya kontak mata, dipanggil tidak mau menoleh, lebih asyik dengan dunia sendiri, keterlambatan bicara, dan lain-lain," kata Maya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com