Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengintip Surat Terakhir George Mallory, Ditulis 100 Tahun Lalu Sebelum "Ditelan" Everest

KOMPAS.com - Kumpulan surat George Mallory, salah satu pendaki Inggris pertama yang mencoba menaklukkan Gunung Everest pada 1920-an, mengungkap sisi gelap pendakian puncak tertinggi di dunia.

Mallory berpartisipasi dalam ketiga penjelajahan pertama Inggris ke lereng Everest, yakni pada 1921, 1922, dan 1924.

Hampir satu abad berlalu, surat-surat Mallory menjelaskan harapan dan ketakutannya tentang pendakian Everest, hingga hari-hari terakhir sebelum dia dan temannya menghilang.

Dilansir dari CNN, Sabtu (27/4/2024), tempat Mallory belajar sebagai sarjana periode 1905-1908, Magdalene College, University of Cambridge, Inggris, mengumpulkan dan mendigitalkan surat-surat yang ditulis maupun diterima olehnya.

Selama 18 bulan terakhir, petugas arsip memindai dokumen-dokumen tersebut sebagai persiapan peringatan seratus tahun hilangnya Mallory.

Rencananya, perguruan tinggi tersebut akan menampilkan pilihan surat-surat dan harta benda Mallory dalam pameran "George Mallory: Magdalene to the Mountain" yang dibuka pada 20 Juni 2024.

Surat-surat Mallory menguraikan sejumlah persiapan dan pengujian terhadap peralatan pendakian secara cermat sekaligus optimismenya terhadap prospek penaklukan gunung tertinggi.

Namun, kumpulan surat yang sama juga menunjukkan sisi gelap dari pendakian gunung, termasuk cuaca buruk, masalah kesehatan, serta keraguan untuk melanjutkan perjalanan.

Pada 8 Juni 1924 silam, Mallory dan rekan pendaki Andrew Irvine berangkat dengan tujuan mencapai puncak Everest. Namun, mereka tak pernah kembali dalam kondisi hidup.

Tiga dari surat digital yang ditulis untuk Mallory oleh saudara laki-lakinya, saudara perempuannya, dan seorang teman, ditemukan di tubuh Mallory saat ekspedisi "Mallory and Irvine Research Expedition" untuk mencari sisa-sisa tubuh keduanya.

Kumpulan surat George Mallory sebelum hilang

Dikutip dari CBS News, Selasa (23/4/2024), dalam surat terakhir kepada sang istri sebelum dinyatakan menghilang di Everest seabad lalu, George Mallory tampak mencoba meredakan kekhawatiran istrinya.

Bahkan, dia mengatakan peluangnya untuk mencapai puncak tertinggi di dunia itu sebesar 50 banding 1.

"Sayang, aku mendoakan yang terbaik untukmu, semoga kegelisahanmu berakhir sebelum kamu mendapatkan (surat) ini, dengan kabar terbaik," tulisnya kepada Ruth Mallory, 27 Mei 1924 dari Kamp I Everest.

"Ini 50 banding 1 melawan kami, tapi kami akan mendapat pukulan telak dan membuat diri kami bangga," lanjutnya dalam surat.

Koleksi dokumennya juga mencakup surat-surat yang ditulis dan diterima di tengah Perang Dunia I dari dan oleh orang lain, termasuk sang istri.

Salah satu surat, ditulis oleh istrinya dari Inggris selama pendakian, menceritakan bagaimana badai salju mengguyur rumah saat itu dan betapa Ruth Mallory amat merindukan suaminya.

"Aku tahu aku sering kali bersikap kasar dan tidak baik dan aku sangat menyesal, tetapi alasan utamanya hampir selalu karena ketidaksenanganku mendapatkan begitu sedikit darimu," tulis Ruth Mallory pada 3 Maret 1924.

"Aku tahu, sangat bodoh jika aku merusak saat-saat aku memilikimu untuk saat-saat yang tidak aku miliki," sambungnya.

Pada enam halaman terakhir dalam kumpulan surat-menyuratnya dengan sang istri, George Mallory berbicara tentang cobaan dan kemenangan saat rombongan perlahan-lahan mendaki gunung.

Seiring waktu, harapan kian membuncah saat mereka mulai mendirikan kamp yang lebih tinggi dan semakin dekat dengan puncak.

Namun, terdapat waktu-waktu krusial yang mengharuskan rombongan mundur ke tempat yang lebih rendah untuk memulihkan diri.

"Ini adalah saat yang buruk," tulis Mallory, sekitar dua belas hari sebelum terakhir kali dikabarkan hidup.

"Aku melihat kembali upaya-upaya yang luar biasa, kelelahan, dan pandangan suram keluar dari pintu tenda menuju dunia salju dan harapan yang hilang," ucapnya.

"Namun, dan namun, dan namun, ada banyak hal baik yang harus diselesaikan di sisi lain," sambungnya.

Mallory mengatakan dia menderita batuk mengganggu yang "menyakitkan isi perut". Batuk ini membuatnya tidak bisa tidur dan menyulitkan pendakian.

Menurutnya, hanya satu anggota kelompoknya yang masih sehat. Mereka pun berencana untuk beristirahat selama dua hari sebelum memulai mendaki puncak, yang diperkirakan akan memakan waktu enam hari lagi.

Sementara itu, dalam tulisannya, dia menggambarkan kejadian hampir mati saat tergantung di pinggir jurang yang menganga.

"Aku berangkat dengan salju yang berjatuhan, untungnya turun hanya sekitar 10 kaki sebelum aku bangkit dalam keadaan setengah buta dan terengah-engah, mendapati diriku dalam kondisi paling genting hanya ditopang oleh kapak es yang entah bagaimana tersangkut di jurang dan masih dipegang tangan kananku," ungkapnya.

"Di bawahnya ada lubang hitam yang sangat tidak menyenangkan," tulis Mallory melanjutkan.

Jenazah Mallory ditemukan membeku pada 1999

Mallory dan Irvine terakhir kali terlihat hidup pada 8 Juni 1924 sore. Kala itu, anggota ekspedisi dan ahli geologi, Noel Odell, yang mengikuti di belakang melihat mereka dari kejauhan.

Keduanya dilaporkan masih berada di ketinggian 274 meter di bawah puncak Everest setinggi 8.850 meter di atas permukaan laut.

Odell kemudian menemukan beberapa perlengkapan mereka di lokasi perkemahan, tetapi tidak ada jejak Mallory dan Irvine.

Pada 1 Mei 1999, anggota ekspedisi dan pendaki gunung, Conrad Anker, menemukan jenazah beku di ketinggian sekitar 8.138 meter.

Dia pun berhasil mengidentifikasinya sebagai jenazah Mallory dari label nama yang dijahit pada pakaian.

Di sisi lain, sekelompok pendaki gunung yang mencoba merekonstruksi pendakian Mallory pada 2007 tidak dapat menentukan apakah Mallory dan Irvine berhasil mencapai puncak atau tidak.

"Saya masih yakin ada kemungkinan mereka berhasil mencapai puncak, tapi kemungkinannya sangat kecil," kata Conrad Anker.

Jenazah Mallory kemudian dikebumikan di tempatnya ditemukan atas permintaan keluarga. Sementara, jenazah Andrew Irvine tidak pernah ditemukan hingga saat ini.

"Kami mengumpulkan beberapa barang pribadinya (termasuk surat) yang dikembalikan ke Royal Geographical Society (badan profesional geografi di Inggris)," terang Anker.

Kalimat terakhir untuk istri

Terpisah, juru arsip Magdalene College, Katy Green mengaku senang dapat mengerjakan kumpulan surat Mallory.

Menurutnya, ada banyak cerita menarik, baik dari surat istri George, Ruth yang menulis tentang bagaimana kehidupan rumah saat ditinggal mendaki, maupun kegigihan George Mallory dalam mewujudkan ekspedisinya.

"Mereka menawarkan wawasan menarik tentang kehidupan alumni Magdalena yang terkenal ini," kata dia.

Tak kalah penting, dalam surat terakhir kepada sang istri, Mallory menuliskan, "Lilinnya padam dan aku harus berhenti."

Surat tersebut juga diakhiri dengan kalimat penutup penuh sayang yang berbunyi, "Cinta yang besar untukmu. Selamanya sayangmu, George."

https://www.kompas.com/tren/read/2024/05/01/093000965/mengintip-surat-terakhir-george-mallory-ditulis-100-tahun-lalu-sebelum

Terkini Lainnya

Ramai soal Tren Pernikahan Tanpa Rasa Cinta dan Hasrat Seksual di Jepang, Apa Itu?

Ramai soal Tren Pernikahan Tanpa Rasa Cinta dan Hasrat Seksual di Jepang, Apa Itu?

Tren
Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Irak, Bakal Duel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Irak, Bakal Duel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Tren
Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Tren
Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Tren
Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Tren
Mengenal Robot Gaban 'Segede Gaban', Sebesar Apa Bentuknya?

Mengenal Robot Gaban "Segede Gaban", Sebesar Apa Bentuknya?

Tren
Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Tren
Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Tren
Terdampak Balon Isi Sampah dari Korut, Warga Korsel Bingung Minta Ganti Rugi ke Siapa

Terdampak Balon Isi Sampah dari Korut, Warga Korsel Bingung Minta Ganti Rugi ke Siapa

Tren
Video Viral Bocah Jatuh dari JPO Tol Jatiasih karena Pagar Berlubang, Jasa Marga Buka Suara

Video Viral Bocah Jatuh dari JPO Tol Jatiasih karena Pagar Berlubang, Jasa Marga Buka Suara

Tren
Iuran Tapera Dinilai Belum Bisa Dijalankan, Ini Alasannya

Iuran Tapera Dinilai Belum Bisa Dijalankan, Ini Alasannya

Tren
Maladewa Larang Warga Israel Masuk Negaranya, Solidaritas untuk Palestina

Maladewa Larang Warga Israel Masuk Negaranya, Solidaritas untuk Palestina

Tren
Syarat dan Cara Daftar PPDB Jabar 2024, Akses di Sapawarga atau Klik ppdb.jabarprov.go.id

Syarat dan Cara Daftar PPDB Jabar 2024, Akses di Sapawarga atau Klik ppdb.jabarprov.go.id

Tren
Profil Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe, Kepala dan Wakil Kepala IKN yang Mengundurkan Diri

Profil Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe, Kepala dan Wakil Kepala IKN yang Mengundurkan Diri

Tren
Heboh Orang Ngobrol dengan Layar Bioskop di Grand Indonesia, Netizen: Sebuah Trik S3 Marketing dari Lazada Ternyata

Heboh Orang Ngobrol dengan Layar Bioskop di Grand Indonesia, Netizen: Sebuah Trik S3 Marketing dari Lazada Ternyata

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke