Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memiliki "Vibes" Senada, Tata Kota Malang dan Bandung Disebut Dirancang oleh Satu Orang yang Sama, Benarkah?

Hal tersebut bisa terlihat dari vibes dan tata kota Malang dan Bandung yang sekilas tampak mirip.

Tata kota Malang dan Bandung dirancang pada zaman Hindia Belanda. Adapun Thomas Karsten adalah arsitek sekaligus perencana kota yang berasal dari Belanda.

“Malang sama bandung punya desain rancangan tata kota yang dibikin satu orang yang sama: thomas karsten,” tulis unggahan @kadyasandya pada Sabtu (6/4/2024).

“Makanya dua kota ini feel sama vibesnya mirippp,” lanjutnya.

Lantas, benarkah demikian?

Penjelasan sejarawan

Sejarawan Hendaru Tri Hanggoro membenarkan bahwa Malang dan Bandung dirancang oleh Thomas Karsten, yang mempunyai nama lengkap Herman Thomas Karsten.

“Karsten itu yang jadi penanggung jawab rencana induk Kota Bandung dan Malang,” ujar Hendaru saat dihubungi Kompas.com, Selasa (9/4/2024).

Selain kedua kota itu, kata Hendaru, Thomas Karsten juga mendesain tata kota Bogor yang dahulu namanya Buitenzorg.

Menurutnya, Karsten datang ke Indonesia pada 1910-an dan mulai mendapatkan tugas untuk merancang tata kota pada 1920-an.

Dihubungi terpisah, sejarawan Asep Kambali juga menyatakan hal senada, yang menyebutkan bahwa tata kota Malang dan Bandung dirancang oleh Thomas Karsten.

“Malang pada 1930-1935, Bandung 1941-1942,” ucap Asep pada Kompas.com, Selasa.

Selain Malang, Bandung, dan Bogor, Asep mengungkapkan bahwa Karsten juga mendesain tata kota Jakarta khususnya Jatinegara yang dahulunya wilayah itu bernama Meester Cornelis.

Kemudian, Karsten juga merancang tata kota Semarang, Magelang, Madiun, Yogyakarta, Surakarta (Solo), Purwokerto, Padang, Medan, dan Banjarmasin.

“Bisa dibilang Karsten adalah salah satu perancang tata kota utama Hindia Belanda,” kata Asep.

Karsten menghabiskan sisa umurnya di kamp interniran atau kamp konsentrasi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia sampai meninggal di tahun 1945.

Karakteristik rancangan Karsten

Asep menyampaikan, gaya arsitektur yang dibawa Karsten dalam rancangan tata kota di Hindia Belanda berkarakteristik wilayah setempat.

“Karsten sedikit ‘anti berbau kolonial’, maka ia membangun kota berdasarkan karakteristik setempat,” tutur Asep.

Sehingga, gaya arsitektur karsten adalah perpaduan Eropa, namun dominan dengan desain lokalnya. Kemudian, perpaduan antara Eropa dan lokal di Indonesia ini disebut sebagai arsitektur indis.

Dilansir dari Kompas.id (2/6/2018), rancangan arsitektur Karsten lebih kepada semangatnya melayani seluruh masyarakat, bukan hanya segelintir elite.

Hal tersebut karena idealismenya sebagai seorang sosialis yang bisa ia salurkan melalui profesinya.

Sebagai arsitek, karyanya meliputi rumah pribadi, kantor perusahaan, dan bangunan umum, baik itu pasar, sekolah, masjid, stasiun, maupun balai kota.

Dibandingkan sebagai arsitek, Karsten lebih menemukan dunianya sebagai perencana kota, yang memungkinkan dirinya menyalurkan idealisme sosialis yang ia bawa.

”Untuk beberapa tahun, saya pernah berharap dapat melepaskan diri dari pekerjaan arsitektur, kecuali mungkin untuk perumahan rakyat, dan mengabdikan waktu saya sepenuhnya untuk pekerjaan perencanaan (kota). Saya semakin tidak menyukai bangunan untuk orang kaya,” tulis catatan pribadinya pada 1930.

Diperkirakan, pemikiran-pemikiran sosialismenya sudah ada sejak tahun awal dia sebagai mahasiswa di Delft Technische Hoogeschool, Belanda (1905-1909).

Saat itu, ia sudah menjadi anggota Partai Buruh Sosial Demokrat Belanda dan Asosiasi Insinyur dan Arsitek Sosial Demokrat sebagai wadah profesionalnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/04/13/123000965/memiliki-vibes-senada-tata-kota-malang-dan-bandung-disebut-dirancang-oleh

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke