Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ular "Silent Killer" Berkeliaran, 500 Keluarga di India Takut Keluar Rumah Usai Matahari Tenggelam

KOMPAS.com - Sekitar 500 keluarga di desa Mosra-Nabapally, Chakdaha, distrik Nadia, negara bagian Benggala Barat, India, takut keluar rumah setelah Matahari tenggelam karena populasi ular berbisa meningkat.

Diberitakan The Telegraph India, Minggu (15/10/2023), ular berbisa dengan sebutan kalas tersebut telah menggigit lebih dari selusin warga baru-baru ini.

Dari lusinan korban, tiga di antaranya dinyatakan meninggal dunia, termasuk seorang anak yang duduk di kelas VI.

Ular kalas, common krait, alias Bungarus caeruleus adalah ular yang dikenal sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam karena perilakunya yang tidak agresif tetapi mematikan.

Ular ini memiliki ciri khas kulit coklat tua dengan cincin berwarna putih di sekujur tubuhnya. Relatif lambat saat siang, kalas berubah aktif saat malam tiba.

Warga takut keluar rumah saat malam

Penduduk desa Mosra-Nabapally mengaku telah membunuh lebih dari 50 ular dalam beberapa bulan terakhir. Namun, risiko gigitan bahkan kematian masih belum berkurang.

Mereka juga telah meminta bantuan dari Departemen Kehutanan setempat, tetapi tak kunjung menemukan solusi.

Oleh karena itu, satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk saat ini adalah mengurung diri di dalam rumah setelah senja tiba.

"Situasi ini sungguh tidak tertahankan karena sepertinya kita hidup bersama ular. Saat kegelapan mulai turun, kalas sering terlihat di jalan desa kami," ujar salah satu warga, Rikita Roy.

Dia menambahkan, kondisi ini sangat berisiko bagi warga yang mengakses wilayah gelap dan minim cahaya.

"Kekhawatirannya adalah siswa seperti saya berhenti mengikuti les pada malam hari," kata Roy yang masih duduk di bangku kelas XII.

Warga Mosra-Nabapally lain, Paresh Biswas mengungkapkan, penduduk berusaha menyelesaikan pekerjaan penting sebelum Matahari terbenam.

Sayangnya, mengurung diri di dalam rumah juga tidak menjamin keamanan dari serangan gigitan ular kalas.

"Ular-ular itu menyelinap ke dalam rumah, kandang sapi, dan tumpukan hasil panen kami, membuat hidup kami sengsara," ujar Biswas.

"Pada malam hari, ular tersebut menjadi aktif dan sering merayap di tempat tidur dan menggigit orang yang sedang tidur," tambahnya.

Melepaskan ular musuh jadi usulan solusi

Sebelumnya, Chakdaha Biggyan o Sanskritik Sanstha (CBSS), organisasi ilmiah yang berfokus pada berbagai jenis ular mengunjungi desa untuk membicarakan masalah ini dengan pemerintah setempat.

Anggota CBSS, Bibartan Bhattacharjee mengatakan, mereka menyarankan petugas Departemen Kehutanan untuk melepaskan ular sakhamuti atau Bungarus fasciatus di kawasan ini.

"Melepaskan ular sakhamuti, yang tidak terlalu berbisa tetapi merupakan musuh kalas, dapat menjadi cara untuk melenyapkan kalas," kata Bhattacharjee, dilansir dari News from Nadia, Senin (18/9/2023).

"Kami telah meminta otoritas kehutanan untuk mempertimbangkan usulan kami," sambungnya.

Meski musuh ular kalas, Bhattacharya mengatakan, belum ada laporan kematian manusia akibat gigitan ular sakhamuti.

"Masyarakat perlu tahu bahwa ular ini merupakan ancaman bagi kalas," kata dia.

Namun, dia melanjutkan, penting untuk membersihkan semak-semak yang dapat menjadi sarang ular di kawasan tersebut.

Sementara itu, dikutip dari Times of India, Kamis (13/6/2023), sama seperti ular lain, ular kalas lebih aktif pada malam hari.

Ular ini membawa racun neurotoksik yang dapat mengganggu dan merusak fungsi sistem saraf pusat atau sistem saraf tepi manusia.

Gigitan ular kalas dapat menyebabkan kematian jika korban tak segera mendapat perawatan medis yang tepat.

Namun demikian, jenis ular ini biasanya tidak akan menyerang manusia tanpa adanya provokasi.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/16/203000865/ular-silent-killer-berkeliaran-500-keluarga-di-india-takut-keluar-rumah

Terkini Lainnya

Pelari Makassar Meninggal Diduga 'Cardiac Arrest', Kenali Penyebab dan Faktor Risikonya

Pelari Makassar Meninggal Diduga "Cardiac Arrest", Kenali Penyebab dan Faktor Risikonya

Tren
Respons MUI, Muhammadiyah, dan NU soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas

Respons MUI, Muhammadiyah, dan NU soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas

Tren
Cara Mengurus Pembuatan Sertifikat Tanah, Syarat dan Biayanya

Cara Mengurus Pembuatan Sertifikat Tanah, Syarat dan Biayanya

Tren
Mengenal Teori Relativitas Albert Einstein, di Mana Ruang dan Waktu Tidaklah Mutlak

Mengenal Teori Relativitas Albert Einstein, di Mana Ruang dan Waktu Tidaklah Mutlak

Tren
Ahli Klaim Pecahkan Misteri Lokasi Lukisan Mona Lisa Dibuat, Ini Kotanya

Ahli Klaim Pecahkan Misteri Lokasi Lukisan Mona Lisa Dibuat, Ini Kotanya

Tren
Gaji Ke-13 PNS Cair Mulai Hari Ini, Cek Penerima dan Komponennya!

Gaji Ke-13 PNS Cair Mulai Hari Ini, Cek Penerima dan Komponennya!

Tren
Rujak dan Asinan Indonesia Masuk Daftar Salad Buah Terbaik Dunia 2024

Rujak dan Asinan Indonesia Masuk Daftar Salad Buah Terbaik Dunia 2024

Tren
Tak Hanya Menggunakan Suara, Kucing Juga Berkomunikasi dengan Bantuan Bakteri

Tak Hanya Menggunakan Suara, Kucing Juga Berkomunikasi dengan Bantuan Bakteri

Tren
Sosok dan Kejahatan Chaowalit Thongduang, Buron Nomor Satu Thailand yang Ditangkap di Bali

Sosok dan Kejahatan Chaowalit Thongduang, Buron Nomor Satu Thailand yang Ditangkap di Bali

Tren
Cara Mendapatkan Kartu BPJS Ketenagakerjaan Digital melalui Jamsostek Mobile

Cara Mendapatkan Kartu BPJS Ketenagakerjaan Digital melalui Jamsostek Mobile

Tren
9 Rekomendasi Makanan yang Membantu Menunjang Fungsi Otak, Apa Saja?

9 Rekomendasi Makanan yang Membantu Menunjang Fungsi Otak, Apa Saja?

Tren
Meski Kaya Kolagen, Ini Jenis Kulit Ikan yang Tak Boleh Dimakan

Meski Kaya Kolagen, Ini Jenis Kulit Ikan yang Tak Boleh Dimakan

Tren
Bentuk Bumi Disebut Bukan Bulat Sempurna tapi Berbenjol, Ini Penjelasan BRIN

Bentuk Bumi Disebut Bukan Bulat Sempurna tapi Berbenjol, Ini Penjelasan BRIN

Tren
'Perang' Kesaksian soal Keterlibatan Pegi dalam Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

"Perang" Kesaksian soal Keterlibatan Pegi dalam Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Tren
Pemadanan NIK Jadi NPWP, Ini yang Perlu Dipahami

Pemadanan NIK Jadi NPWP, Ini yang Perlu Dipahami

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke