Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Paul, Manusia yang Hidup Menggunakan Paru-paru Besi Selama 70 Tahun

KOMPAS.com - Bila Anda masih memiliki paru-paru yang sehat untuk berpanas, rawat, dan bersyukurlah.

Sebab, tidak semua orang dianugerahi paru-paru sehat. Salah satunya dialami seorang pria asal Dallas, AS, bernama Paul Alexander (77).

Ia merupakan pasien yang harus bertahan hidup menggunakan paru-paru besi. Akibatnya, Paul hanya bisa terbaring untuk bernapas.

Kondisi itu sudah dialami Paul sejak usianya muda. Ia sudah hidup menggunakan paru-paru besi selama 70 tahun lebih.

Saking lamanya pria yang dijuluki Polio Paul itu bernapas menggunakan paru-paru besi, ia mendapat rekor dunia dari Guinness World Records.

Ia dinobatkan pasien dengan paru-paru besi terlama yang pernah ada. Meski begitu, ia menolak paru-paru besinya diganti menggunakan mesin modern.

Awal mula Paul bernapas pakai paru-paru besi

New York Post mengungkap awal mula Paul bertahan hidup menggunakan mesin supaya bisa bernapas.

Paul sebenarnya lahir dalam keadaan normal seperti manusia pada umumnya.

Namun, suatu musibah terjadi pada 1952 ketika Paul mengalami polio yang mewabah di AS.

Pada saat itu, hampir 58.000 kasus polio terjadi di Negeri Paman Sam. Sebagian besar kasus polio dialami oleh anak-anak.

Penyakit tersebut menyerang neuron motorik di sumsum tulang belakang, mengganggu komunikasi antara sistem saraf pusat dan otot yang menyebabkan otot-otot tersebut terlalu lemah sehingga tidak dapat bernapas sendiri.

Pada 1955, vaksin yang dapat menyelamatkan nyawa telah disetujui dan diberikan secara luas kepada anak-anak di seluruh AS.

AS telah dinyatakan bebas polio pada 1979, tetapi Paul telanjur mengalami kelumpuhan dari leher ke bawah.

Beberapa saat setelahnya, ia menjalani trakeotomi darurat dan ditempatkan di paru-paru besi untuk membantu tubuhnya melawan penyakit mematikan tersebut.

Semenjak itu, ia mengandalkan ventilator dari leher ke kaki untuk bertahan hidup.

Apa itu paru-paru besi?

Paru-paru besi yang digunakan Paul ditemukan pada 1928, tetapi belum diproduksi sejak akhir 1960-an.

Paru-paru besi yang digunakan Paul adalah kapsul kedap udara yang menutupi semua bagian tubuh kecuali kepala.

Alat tersebut mengisap oksigen melalui tekanan negatif, memaksa paru-paru mengembang agar pasien dapat bernapas.

Walau membantu Paul bernapas, paru-paru besi memiliki ukuran yang besar dan tidak praktis.

Orang yang menggunakannya juga harus dimasukkan ke dalam mesin seperti kapsul.

Paul menolak paru-paru besinya diganti

Paul memang menggunakan paru-paru besi yang sudah lawas. Namun, ia menolak paru-paru besinya diganti menggunakan mesin baru.

Ia mengaku sudah terbiasa dengan paru-paru besinya. Ia juga menolak membuat lubang di tenggorokannya yang diperlukan untuk perangkat baru.

Sebenarnya, Paul sudah belajar untuk bernapas tanpa menggunakan paru-paru besinya.

Pernapasan tersebut dinamakan pernapasan katak yang menggunakan otot-otot tenggorokan memaksa udara melewati pita suara.

Dengan begitu, pasien dapat menelan oksigen seteguk demi seteguk, mendorongnya ke tenggorokan dan masuk ke paru-paru.

Paul masuk University of Texas di Austin

Dilansir dari The Guardian, Paul tidak hanya berdiam diri walau harus bernapas menggunakan paru-paru besi.

Ketika usianya 21 tahun, ia menjadi orang pertama yang lulus dari sekolah menengah di Dallas tanpa menghadiri pelajaran secara fisik.

Paul juga pernah masuk Southern Methodist University di Dallas walau berulang kali ditolak.

Ia juga menjadi pengacara di Dallas dan Fort Worth yang membela klien di pengadilan dengan alat bantu yang dimodifikasi untuk menopang tubuhnya yang lumpuh.

Paul sempat menjalani perawatan paru-paru ketika usianya 74 tahun, tetapi ia masih bertahan hingga kini.

Orang terakhir yang menggunakan paru-paru besi di Inggris meninggal pada bulan Desember 2017 pada usia 75 tahun.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/02/090000465/kisah-paul-manusia-yang-hidup-menggunakan-paru-paru-besi-selama-70-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke