Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kuning Telur Rebus yang Berwarna Kehijauan Disebut Tak Aman untuk Dimakan, Benarkah?

KOMPAS.com - Sebuah unggahan video yang menyebut bahwa merebus telur sampai berwarna hijau tidak baik untuk kesehatan, viral di media sosial.

Video tersebut diunggah oleh akun Instagram @murahrezeki21 pada 22 Juli 2023.

"Hello bestie.. Tahukah anda cara memasak telur yang baik dan benar? Telur yg baik untuk kesehatan adalah sesuai dengan warna telurnya, tidak berubah menjadi warna hijau. Cara masaknya tambahkan garam ke dalam air dingin dan merebusnya selama 8 menit, lalu matikan api dan dibiarkan 5 menit. Angkat dan rendam air dingin," kata akun tersebut.

"Banyak orang merebus telur dengan air sampai mendidih. Hasil rebusan permukaan telur kuningnya berwarna hijau. Ini adalah zat besi sulfida sangat sulit untuk dicerna," lanjut akun tersebut.

Hingga Minggu (20/8/2023), unggahan tersebut telah disukai 133.207 akun.

Salah satu komentar teratas video tersebut menimpali bahwa zat besi teroksidasi yang mengakibatkan telur berwarna kehijauan bisa mengakibatkan radikal bebas yang tidak baik untuk tubuh, sehingga penambahan garam diperlukan.

Lantas, benarkah merebus telur hingga warna berubah kehijauan tidak baik untuk kesehatan?

Penjelasan ahli gizi

Dosen Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB Anna Vipta Resti mengatakan, kuning telur yang berwarna kehijauan setelah direbus tetap aman untuk dikonsumsi.

Adapun penambahan garam pada telur yang direbus biasanya difungsikan agar kulit telur mudah untuk dikupas.

"Kuning telur yang berwarna kehijauan setelah direbus aman untuk dikonsumsi, sama saja dengan kuning telur yang berwarna kuning," ujar Anna kepada Kompas.com, Minggu (20/8/2023).

Anna membenarkan bahwa warna kehijauan pada telur yang direbus terlalu lama bisa mengakibatkan zat besi teroksidasi menjadi besi sulfida, namun menurutnya hal tersebut tetap aman.

"Asupan zat besi yang berlebihan memang dapat menghasilkan radikal bebas. Namun untuk dibilang kelebihan zat besi dari merebus telur, masih sangat jauh dari batas atas asupan zat besi yang aman yaitu 45 mg per hari," ujarnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh dokter ahli nutrisi, Tan Shot Yen. Dr Tan mengatakan bahwa telur berwarna kehijauan aman-aman saja untuk dikonsumsi.

Ia menjelaskan, kuning telur mengandung zat besi yang seketika akan terbebas dari phosvitin (senyawa fosfor yang kaya dalam kuning telur) ketika terkena panas.

Saat kation besi bertemu dengan hidrogen sulfida di sekitar area kuning telur yang bertemu putih telur, maka akan terjadi reaksi kimia yang menghasilkan besi sulfida.

"Besi sulfida memiliki warna abu-abu kehijauan, yang menyebabkan pinggiran kuning telur rebus berwarna kehijauan," ujarnya.

Semakin banyak besi sulfida yang dihasilkan, maka akan semakin banyak pula perubahan warna pada kuning telur yang terlihat. Akan tetapi menurutnya, hal tersebut tetaplah aman.

Ia juga menilai pendapat yang menyebut besi sulfida yang teroksidasi bisa mengakibatkan radikal bebas, adalah kurang tepat.

"Itulah gunanya ada phosvitin. Fosfoprotein sebagai pembawa zat besi justru berperan sebagai antioksidan," paparnya.

Ia menambahkan, telur memiliki llutein dan zeaxanthin yang juga berperan sebagai antioksidan.

"Aman, tidak usah dibanjirin garam," ujarnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/21/100000265/kuning-telur-rebus-yang-berwarna-kehijauan-disebut-tak-aman-untuk-dimakan

Terkini Lainnya

Pakar Teknologi Klaim Temukan MH370 di Hutan Kamboja via Google Maps, Ini Faktanya

Pakar Teknologi Klaim Temukan MH370 di Hutan Kamboja via Google Maps, Ini Faktanya

Tren
Kronologi Kompleks Kejagung Diduga Diintai Drone, Selang 2 Minggu Jampidsus Dibuntuti Densus 88

Kronologi Kompleks Kejagung Diduga Diintai Drone, Selang 2 Minggu Jampidsus Dibuntuti Densus 88

Tren
Cerita Para Pemilik Tapera, Pencairan Sulit, Selalu Diminta Menunggu, Perhitungannya Pun Tak Jelas

Cerita Para Pemilik Tapera, Pencairan Sulit, Selalu Diminta Menunggu, Perhitungannya Pun Tak Jelas

Tren
10 Gejala Malaria yang Perlu Anda Waspadai, Salah Satunya Nyeri Otot

10 Gejala Malaria yang Perlu Anda Waspadai, Salah Satunya Nyeri Otot

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Irak Hari Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Irak Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Selain Kepala Otorita Mundur, Berikut 5 Sorotan soal Pembangunan IKN

Selain Kepala Otorita Mundur, Berikut 5 Sorotan soal Pembangunan IKN

Tren
Minum Apa biar Gula Darah Cepat Turun? Coba 6 Rebusan Berikut

Minum Apa biar Gula Darah Cepat Turun? Coba 6 Rebusan Berikut

Tren
Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 6-7 Juni 2024, Mana Saja?

Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 6-7 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
[POPULER TREN] Instansi dengan Formasi CPNS 2024 Terbanyak | Penumpang United Airlines Alami Sakit Misterius

[POPULER TREN] Instansi dengan Formasi CPNS 2024 Terbanyak | Penumpang United Airlines Alami Sakit Misterius

Tren
Tak Banyak yang Tahu, Ini 5 Rahasia Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan

Tak Banyak yang Tahu, Ini 5 Rahasia Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan

Tren
Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Tren
Cerita Warga yang Alami 'Blackout' di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Cerita Warga yang Alami "Blackout" di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Tren
Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Tren
China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

Tren
Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke