Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

9 Efek Samping Temulawak, Tingkatkan Nafsu Makan Sekaligus Risiko Obesitas

KOMPAS.com - Temulawak adalah salah satu bumbu dapur dengan segudang manfaat bagi kesehatan.

Rimpang bernama ilmiah Curcuma xanthorrhiza ini kerap diolah menjadi jamu untuk meningkatkan nafsu makan, terutama pada anak-anak.

Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), temulawak mengandung xantorrhizol yang membawa sifat antibakteri, antiradang, serta antioksidan.

Kandungan yang sama turut menghambat pertumbuhan dan perkembangan sel kanker, serta ampuh untuk melancarkan peredaran darah.

Kendati kaya akan manfaat, konsumsi temulawak berlebihan dapat membawa efek samping bagi tubuh.

Lalu, apa saja efek samping temulawak?

Efek samping temulawak

Sama seperti tanaman dari genus Curcuma lain, temulawak mengandung zat yang disebut kurkumin.

Dikutip dari Healthline, konsumsi kurkumin dalam dosis rendah dianggap aman dan tidak memiliki efek samping.

Sebuah studi terhadap 10 orang dewasa turut menemukan, konsumsi 490 miligram kurkumin setiap hari selama seminggu tidak menimbulkan efek samping.

Namun, sebagian kecil orang kemungkinan akan mengalami beberapa efek samping saat makan temulawak dalam jumlah lebih tinggi.

Sejumlah efek samping temulawak tersebut, meliputi:

Sebagian orang dapat mengalami masalah pencernaan ringan, seperti kembung, refluks asam, perut kembung, dan diare.

Efek samping tersebut dapat dirasakan jika mengonsumsi temulawak lebih dari 1.000 miligram per hari.

2. Sakit kepala dan mual

Penelitian pada 2006 dan 2019 menunjukkan, mengonsumsi temulawak sebanyak 450 miligram atau lebih dapat membawa efek samping.

Efek samping temulawak tersebut, antara lain sakit kepala dan mual.

Kendati demikian, belum diketahui pasti pemicu dari mual dan sakit kepala akibat temulawak ini.

3. Ruam kulit

Beberapa orang yang mengonsumsi temulawak berlebihan juga melaporkan dampak buruk berupa ruam kulit.

Sementara itu, konsumsi berlebihan yang dimaksud, yakni lebih dari 8.000 miligram temulawak.

Di sisi lain, seperti dikutip WebMD, temulawak yang dikonsumsi dalam jumlah banyak dan jangka panjang dapat menyebabkan iritasi lambung.

Tak hanya itu, temulawak dalam dosis sangat tinggi atau sekitar 2.600 miligram per kilogram berat badan setiap hari selama 13 minggu, dapat menyebabkan beberapa efek samping serius.

Yakni, peningkatan ukuran hati, tukak lambung, peradangan, serta peningkatan risiko kanker usus atau hati.

5. Gangguan ginjal

Efek samping temulawak lainnya, yakni berpotensi mengakibatkan ginjal kewalahan dalam mengeluarkan residu.

Bukan hanya temulawak, kondisi ini biasanya dialami orang-orang yang terlalu sering mengonsumsi tanaman herbal lainnya.

Guna menghindari masalah ini, imbangi konsumsi temulawak dengan asupan air putih yang cukup untuk mempermudah kinerja ginjal dalam membuang residu rempah-rempah.

6. Risiko infeksi kandung kemih

Risiko infeksi kandung kemih ini merupakan efek samping lanjutan dari gangguan organ ginjal.

Pasalnya, residu atau sisa temulawak yang tidak mampu dikeluarkan ginjal melalui urine, secara langsung dapat memicu risiko infeksi pada kandung kemih.

Dilansir dari Kompas.com (1/5/2023), residu temulawak di dalam tubuh juga dapat membuat kinerja liver atau hati menurun.

Oleh karena itu, dampak paling terasa saat berlebihan mengonsumsi temulawak adalah organ hati tidak dapat mengoptimalkan kinerjanya.

8. Risiko obesitas

Temulawak populer akan manfaat untuk meningkatkan nafsu makan.

Meski relatif baik, kebiasaan mengonsumsi temulawak juga berpotensi meningkatkan kegemukan atau obesitas lantaran tidak dapat mengontrol nafsu makan.

9. Keracunan makanan

Efek samping temulawak berikutnya adalah keracunan makanan, jika dikonsumsi dalam keadaan segar tanpa dibersihkan.

Adapun beberapa gejala yang ditimbulkan, seperti muntah, diare, mulut kering, perasaan haus, lemas, hingga tanda-tanda syok dan penurunan kesadaran.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/07/14/063000565/9-efek-samping-temulawak-tingkatkan-nafsu-makan-sekaligus-risiko-obesitas

Terkini Lainnya

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

Tren
Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Tren
Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Tren
5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

Tren
WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

Tren
Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Tren
Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Tren
Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Tren
Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Tren
Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Tren
Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Tren
Penjelasan Lengkap Kuasa Hukum AW soal Kasus Suami BCL Diduga Gelapkan Uang Rp 6,9 M

Penjelasan Lengkap Kuasa Hukum AW soal Kasus Suami BCL Diduga Gelapkan Uang Rp 6,9 M

Tren
Perjalanan Kasus Harun Masiku, 4 Tahun Buron, KPK Panggil Sekjen PDI-P

Perjalanan Kasus Harun Masiku, 4 Tahun Buron, KPK Panggil Sekjen PDI-P

Tren
Sudah Masuk Juni, Kapan Pendaftaran CPNS 2024 Dibuka? Ini Kata BKN

Sudah Masuk Juni, Kapan Pendaftaran CPNS 2024 Dibuka? Ini Kata BKN

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke