Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

3 Risiko Komplikasi Tekanan Darah Rendah yang Perlu Diwaspadai

KOMPAS.com - Darah rendah atau hipotensi, kondisi tekanan darah yang berada di bawah rentang tekanan darah normal, yakni antara 90/60 mmHg dan 120/80 mmHg.

Kondisi tekanan darah rendah ditandai dengan beberapa gejala, seperti kelelahan, pusing, pandangan kabur, hingga pingsan.

Hipotensi atau tekanan darah rendah dapat dialami oleh siapa saja, dan umumnya tidak berbahaya.

Banyak orang dengan tekanan darah rendah tidak memiliki gejala. Namun, pada sebagian orang, gejala yang ditimbulkan bisa berupa pusing dan pingsan.

Jika Anda memang memiliki gejala, penyebab yang mendasari biasanya yang menentukan kondisi ini.

Misalnya, tekanan darah yang sangat rendah dapat mengurangi kadar oksigen tubuh, yang dapat menyebabkan kerusakan jantung dan otak.

Jika Anda memiliki tekanan darah rendah tetapi tidak memiliki gejala, kondisi ini biasanya tidak berbahaya dan tidak berdampak pada hidup Anda.

Namun dalam kondisi parah, tekanan darah rendah dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi serius.

Dilansir Cleveland Clinic, potensi komplikasi tekanan darah rendah atau hipotensi meliputi:

1. Jatuh dan cedera terkait jatuh

Ini adalah risiko terbesar dengan tekanan darah rendah karena dapat menyebabkan pusing dan pingsan.

Jatuh dapat menyebabkan patah tulang, gegar otak, cedera serius, atau bahkan yang mengancam jiwa lainnya.

Jika Anda mengalami hipotensi, mencegah diri untuk terjatuh harus menjadi salah satu prioritas paling utama.

2. Syok

Ketika tekanan darah Anda rendah, itu dapat mempengaruhi organ Anda dengan mengurangi jumlah darah yang mereka dapatkan.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan kerusakan organ atau bahkan syok, di mana tubuh Anda mulai “mati” karena aliran darah dan oksigen terbatas.

3. Masalah jantung atau stroke

Tekanan darah rendah dapat menyebabkan jantung Anda mencoba mengimbanginya dengan memompa darah lebih cepat atau lebih keras.

Seiring waktu, hal itu dapat menyebabkan kerusakan jantung permanen dan bahkan gagal jantung.

Kondisi ini juga dapat menyebabkan masalah seperti trombosis vena dalam dan stroke, karena darah tidak mengalir seperti seharusnya, menyebabkan terbentuknya gumpalan.

Siapapun bisa mengalami tekanan darah rendah. Dikutip dari Mayo Clinic, faktor utama yang dapat meningkatkan risiko hipotensi antara lain:

1. Usia

Penurunan tekanan darah saat berdiri atau setelah makan sering kali terjadi pada orang dewasa yang berusia lebih dari 65 tahun.

Sedangkan tekanan darah rendah atau hipotensi yang dimediasi saraf, cenderung menyerang anak-anak dan remaja.

2. Obat-obatan

Konsumsi obat-obatan tertentu, termasuk beberapa obat tekanan darah, dapat meningkatkan risiko tekanan darah rendah.

3. Penyakit tertentu

Beberapa penyakit, seperti parkinson, diabetes, dan beberapa kondisi jantung, juga dapat meningkatkan risiko tekanan darah rendah.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/06/08/124500865/3-risiko-komplikasi-tekanan-darah-rendah-yang-perlu-diwaspadai

Terkini Lainnya

Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 6-7 Juni 2024, Mana Saja?

Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 6-7 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
[POPULER TREN] Instansi dengan Formasi CPNS 2024 Terbanyak | Penumpang United Airlines Alami Sakit Misterius

[POPULER TREN] Instansi dengan Formasi CPNS 2024 Terbanyak | Penumpang United Airlines Alami Sakit Misterius

Tren
Tak Banyak yang Tahu, Ini 5 Rahasia Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan

Tak Banyak yang Tahu, Ini 5 Rahasia Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan

Tren
Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Tren
Cerita Warga yang Alami 'Blackout' di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Cerita Warga yang Alami "Blackout" di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Tren
Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Tren
China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

Tren
Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Tren
Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Tren
5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

Tren
WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

Tren
Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Tren
Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Tren
Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Tren
Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke