Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Harga Cabai dan Daging Sapi Melonjak Saat Ramadhan, Apa Solusi Pemerintah?

Berdasarkan data terbaru dari Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga daging nasional saat ini mencapai Rp 136.000.

Harga ini per wilayah bervariasi antara Rp 115.000 hingga tertinggi Rp 160.000 di Kalimantan Utara. Sementara harga acuan daging sebesar Rp 140.000.

Harga rata-rata bawang merah sebesar Rp 36.000 per kilogram. Wilayah Sumatra Barat memiliki harga termurah Rp 20.000 sementara termahal di Papua seharga Rp 57.000. Harga acuan bawang merah yaitu Rp 36.000-Rp 41.000.

Sedangkan harga bawang putih rata-rata sebesar Rp 32.000 per kilogram. Provinsi Kepulauan Riau memiliki harga termurah Rp 27.000 dan paling mahal di Papua Barat Rp 45.000. Harga acuan bawang putih, yaitu Rp 35.000.

Adapun harga cabai merah keriting di Kalimantan Utara mencapai Rp 70.000 per kilogram dari harga acuan nasional sebesar Rp 37.000-Rp 55.000.

Lalu, bagaimana strategi pemerintah untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok di Indonesia selama Ramadhan 2023?

Tanggapan Kemendag

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri menyatakan, kenaikan harga menjelang puasa dan lebaran di bulan Ramadhan terjadi seiring dengan kenaikan permintaan.

"Berdasarkan pantauan kami, harga rata-rata daging sapi secara nasional masih di bawah harga acuan yang ditetapkan pemerintah," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (24/3/2023).

Meski begitu, pihaknya akan terus berupaya menjaga stabilitas harga dan pasokan daging ke masyarakat dengan jumlah yang cukup dan harga terjangkau.

Upaya yang dilakukan antara lain melalui penambahan pasokan daging dari luar negeri. Pihaknya akan melakukan upaya-upaya percepatan pemasukan dan distribusi daging impor secara intensif untuk menekan harga daging di pasar.

"Di samping itu, kami juga berkoordinasi dengan Bapanas untuk mengidentifikasi ketersediaan sapi siap potong di dalam negeri," lanjutnya.

Langkah Bapanas

Sementara itu, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa mengungkapkan bahwa kenaikan harga selama Ramadhan ini bukanlah kali pertama terjadi.

"Di bulan Ramadhan dari 2020, 2021, 2022 pasti terjadi kenaikan harga karena kebutuhan meningkat," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (24/3/2023).

Terkait harga daging yang mencapai Rp 160.000, Ketut menyatakan bahwa pemerintah melalui Bulog memutuskan akan mengimpor daging kerbau untuk menjaga kestabilan harga di Indonesia.

Menurutnya, Bulog akan mengimpor daging kerbau seberat 100.000 ton. Melalui cara ini, diharapkan harga daging hanya naik paling mahal Rp 150.000 per kilogram. Adapun harga daging kerbau berkisar antara Rp 18.000-Rp 60.000.

"Dengan percepatan importasi ini mudah-mudahan di akhir Maret ini sudah sampai. Mudah-mudahan kita bisa mengendalikan harga sekaligus memenuhi kebutuhan di bulan suci Ramadhan," lanjutnya.

Tidak hanya itu, Ketut menyebut bahwa Bapanas akan mengadakan forum dengan pihak terkait pada Senin besok guna memastikan harga pasar, pasokan barang, kondisi panen di suatu daerah, serta kendala yang dialami terkait penjualan bahan pokok di pasar.

Apabila ada daerah yang jumlah bahan pokoknya mengalami surplus, maka akan didorong ke wilayah yang membutuhkan pasokan. Ini dilakukan agar harga tetap stabil.

"Kita harus memastikan harga pasar karena secara pasokan masih ada. Tinggal melihat apa penyebab kenaikan," kata Ketut.

Di sisi lain, Ketut menjelaskan bahwa pemerintah bersama Bapanas sesungguhnya telah melakukan langkah pencegahan kenaikan harga di pasar.

"Langkah utama untuk menenangkan pasar, pemerintah harus memilki cadangan pangan. Saat ini, kami sedang menyiapkan itu," jelasnya.

Selain itu, mengingat pemerintah tidak boleh mengintervensi harga pasar, maka dibuatlah aturan harga acuan untuk membatasi harga di pasar. Pemerintah juga mengadakan gerakan pangan murah dan mengeluarkan subsidi harga untuk menekan lonjakan harga bahan pokok.

Ia menambahkan, Kementerian Dalam Negeri setiap Senin sudah rutin melakukan rapat bersama Bapanas dan perwakilan pemerintah daerah untuk menangani lonjakan harga di wilayah Indonesia.

Menurutnya, daerah memiliki anggaran belanja tidak terduga yang dapat digunakan untuk memberikan fasilitasi distribusi, mengadakan gerakan pangan murah, dan subsidi harga bahan pokok di wilayahnya masing-masing.

"Ini yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan harga di pasar," pungkasnya.

Penyebab harga sembako naik saat Ramadhan

Dihubungi terpisah, pakar ekonomi Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi menyatakan ada sejumlah penyebab harga bahan pokok sering meningkat selama Ramadhan.

"Secara psikologis selalu ada persepsi bahwa saat Ramadhan itu terjadi peningkatan kebutuhan bahan pangan oleh konsumen," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (24/3/2023).

Menurutnya, peningkatan kebutuhan ini membuat para pelaku usaha, produsen, dan distributor meningkatkan harga demi mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya.

Ia menilai alasan lain di balik peningkatan harga ini karena perencanaan stabilitas harga dan koordinasi antar instansi pemerintah kurang baik.

Misalnya, kebutuhan pangan masyarakat, stok yang dibutuhkan, kebijakan impor atau tidak, serta spekulasi harga dari pedagang dan produsen.

"Peran satuan tugas pangan dan lain sebagainya kurang dikelola dan direncanakan dengan baik," lanjutnya.

Menurut Acuviarta, saat ini distribusi daging impor dan beras masih lambat. Sementara minyak goreng yang diproduksi dan bahan bakunya berasal dari Indonesia juga tidak dikelola dengan baik.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/24/171500765/harga-cabai-dan-daging-sapi-melonjak-saat-ramadhan-apa-solusi-pemerintah-

Terkini Lainnya

Profil Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe, Kepala dan Wakil Kepala IKN yang Mengundurkan Diri

Profil Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe, Kepala dan Wakil Kepala IKN yang Mengundurkan Diri

Tren
Heboh Orang Ngobrol dengan Layar Bioskop di Grand Indonesia, Netizen: Sebuah Trik S3 Marketing dari Lazada Ternyata

Heboh Orang Ngobrol dengan Layar Bioskop di Grand Indonesia, Netizen: Sebuah Trik S3 Marketing dari Lazada Ternyata

BrandzView
Pelari Makassar Meninggal Diduga 'Cardiac Arrest', Kenali Penyebab dan Faktor Risikonya

Pelari Makassar Meninggal Diduga "Cardiac Arrest", Kenali Penyebab dan Faktor Risikonya

Tren
Respons MUI, Muhammadiyah, dan NU soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas

Respons MUI, Muhammadiyah, dan NU soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas

Tren
Cara Mengurus Pembuatan Sertifikat Tanah, Syarat dan Biayanya

Cara Mengurus Pembuatan Sertifikat Tanah, Syarat dan Biayanya

Tren
Mengenal Teori Relativitas Albert Einstein, di Mana Ruang dan Waktu Tidaklah Mutlak

Mengenal Teori Relativitas Albert Einstein, di Mana Ruang dan Waktu Tidaklah Mutlak

Tren
Ahli Klaim Pecahkan Misteri Lokasi Lukisan Mona Lisa Dibuat, Ini Kotanya

Ahli Klaim Pecahkan Misteri Lokasi Lukisan Mona Lisa Dibuat, Ini Kotanya

Tren
Gaji Ke-13 PNS Cair Mulai Hari Ini, Cek Penerima dan Komponennya!

Gaji Ke-13 PNS Cair Mulai Hari Ini, Cek Penerima dan Komponennya!

Tren
Rujak dan Asinan Indonesia Masuk Daftar Salad Buah Terbaik Dunia 2024

Rujak dan Asinan Indonesia Masuk Daftar Salad Buah Terbaik Dunia 2024

Tren
Tak Hanya Menggunakan Suara, Kucing Juga Berkomunikasi dengan Bantuan Bakteri

Tak Hanya Menggunakan Suara, Kucing Juga Berkomunikasi dengan Bantuan Bakteri

Tren
Sosok dan Kejahatan Chaowalit Thongduang, Buron Nomor Satu Thailand yang Ditangkap di Bali

Sosok dan Kejahatan Chaowalit Thongduang, Buron Nomor Satu Thailand yang Ditangkap di Bali

Tren
Cara Mendapatkan Kartu BPJS Ketenagakerjaan Digital melalui Jamsostek Mobile

Cara Mendapatkan Kartu BPJS Ketenagakerjaan Digital melalui Jamsostek Mobile

Tren
9 Rekomendasi Makanan yang Membantu Menunjang Fungsi Otak, Apa Saja?

9 Rekomendasi Makanan yang Membantu Menunjang Fungsi Otak, Apa Saja?

Tren
Meski Kaya Kolagen, Ini Jenis Kulit Ikan yang Tak Boleh Dimakan

Meski Kaya Kolagen, Ini Jenis Kulit Ikan yang Tak Boleh Dimakan

Tren
Bentuk Bumi Disebut Bukan Bulat Sempurna tapi Berbenjol, Ini Penjelasan BRIN

Bentuk Bumi Disebut Bukan Bulat Sempurna tapi Berbenjol, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke