Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ramai Unggahan Penumpang Kereta Api Tertahan Berjam-jam, Ini Kata KAI

Mereka menumpahkan kekecewaannya di media sosial, Twitter. Terlebih lagi, kekecewaan itu ditambah dengan kompensasi yang dinilai tidak sebanding.

"Kereta api lagi parah banget nih. KA Lodaya berangkat jam 7 dari Bandung dan harusnya sekitar jam 3 sore tadi sudah sampai di Solo Balapan. Sekarang masih terjebak di daerah Cilacap. 12 jam lebih di kereta. Delay yang sangat lama, mohon tindak lanjutnya @KAI121," tulis akun ini. 

Sebaliknya, penumpang dari arah Solo menuju ke Jawa Barat juga merasakan kendala serupa.

Lantas, apa yang menyebabkan kereta api jalur itu tertahan berjam-jam?

Penjelasan KAI

VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan, penyebab sejumlah kereta api tertahan berjam-jam di masing-masing jalur itu lantaran amblesan yang terjadi di antara Stasiun Jeruklegi dan Stasiun Kawunganten.

Tak hanya itu, amblesan juga terjadi di antara Stasiun Sikampuh dan Stasiun Maos di wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Menurut Joni, amblesan terjadi karena hujan deras yang terus mengguyur pada Jumat (7/10/2022).

"(Hal itu) menyebabkan adanya amblesan di 5 titik sejak Sabtu dini hari," terang Joni, saat dihubungi oleh Kompas.com, Minggu (9/10/2022).

Gangguan yang terjadi adalah amblesan di mana "tubuh badan" rel atau material di bawah jalur rel tanahnya turun ke bawah sedalam 50 cm.

Akibatnya jalan rel tidak dapat dilalui KA karena rel seperti menggantung.

"KAI memohon maaf kepada seluruh pelanggan kereta api baik yang perjalanannya mengalami keterlambatan, maupun yang perjalanannya dibatalkan," ucap Joni.

Sejak pukul 12.00, Joni menyampaikan, seluruh titik gangguan sudah diperbaiki dan bisa dilalui oleh kereta api.

Jalur sudah bisa dilalui, tapi....

Meskipun jalur kereta api sudah bisa dilalui, Joni mengatakan bahwa jalur itu hanya bisa dilewati KA dengan kecepatan terbatas.

Sehingga kepadatan di lintas masih terjadi dan secara bertahap akan terurai.

"KAI akan terus melakukan normalisasi pada titik-titik tersebut hingga dapat dilalui kembali dengan kecepatan normal," terang Joni.

Perbaikan yang dilakukan di antaranya berupa penambahan ballast, pemadatan jalur, penggunaan pasir dan bantalan kayu, serta berbagai langkah lainnya untuk menormalkan kembali jalur KA.

Dilansir dari Kompas.com, Minggu (9/10/2022), Manager Humas PT KAI (Persero) Daop 5 Purwokerto Krisbiyantoro mengatakan, jalur tersebut sudah dapat dilalui KA mulai pukul 12.35 WIB.

"KA Turangga (relasi Surabaya-Bandung) merupakan KA pertama yang melintasi rintang," ucap Kris.

Seluruh jajaran KAI terus berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menormalkan kembali seluruh jadwal perjalanan kereta api.

Kompensasi KAI

Sebagai bentuk kompensasi kepada pelanggan yang terdampak, KAI memberikan pengembalian bea tiket hingga 100 persen.

Pembatalan dapat dilakukan hingga tujuh hari setelah jadwal keberangkatan yang tertera pada tiket.

Namun, Kris memastikan bahwa kompensasi hanya akan diberikan kepada penumpang yang belum melakukan perjalanan keberangkatan.

"(Bagi) penumpang yang tetap menggunakan KA tersebut sampai tujuan, tidak dikembalikan," ucap Kris kepada Kompas.com, Minggu (9/10/2022).

Untuk mengetahui syarat dan detail ketentuan pengembalian bea tiket hingga 100 persen, masyarakat dapat menghubungi Customer Service di Stasiun atau Contact Center KAI melalui telepon di 121.

Selain itu, penumpang juga dapat menghubungi WhatsApp KAI121 di 08111- 2111-121, email cs@kai.id, atau media sosial KAI121.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/09/163000865/ramai-unggahan-penumpang-kereta-api-tertahan-berjam-jam-ini-kata-kai

Terkini Lainnya

Kenapa Pintu Pesawat Berada di Sisi Kiri? Ini Sejarah dan Alasannya

Kenapa Pintu Pesawat Berada di Sisi Kiri? Ini Sejarah dan Alasannya

Tren
Teringat Kasus Jessica Wongso, Otto Hasibuan Beri Bantuan Hukum Terpidana Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Teringat Kasus Jessica Wongso, Otto Hasibuan Beri Bantuan Hukum Terpidana Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Tren
Jadwal Puasa Zulhijah, Tarwiyah, dan Arafah Jelang Idul Adha 2024

Jadwal Puasa Zulhijah, Tarwiyah, dan Arafah Jelang Idul Adha 2024

Tren
Profil Ilham Habibie, Direkomendasikan Maju Pilkada Jabar oleh Nasdem

Profil Ilham Habibie, Direkomendasikan Maju Pilkada Jabar oleh Nasdem

Tren
Curhat Jokowi, Mengaku Bingung Saat Cari Tempat Makan di IKN

Curhat Jokowi, Mengaku Bingung Saat Cari Tempat Makan di IKN

Tren
Benarkah Jokowi Melarang Kaesang Maju Pilkada Jakarta 2024?

Benarkah Jokowi Melarang Kaesang Maju Pilkada Jakarta 2024?

Tren
Deretan Jenderal Polisi yang Duduki Jabatan Sipil 2024, Terbaru Irjen Risyapudin Nursin

Deretan Jenderal Polisi yang Duduki Jabatan Sipil 2024, Terbaru Irjen Risyapudin Nursin

Tren
Starlink Elon Musk Masuk Pedalaman Brasil, Dikeluhkan Tetua Suku Bikin Anak Muda Malas

Starlink Elon Musk Masuk Pedalaman Brasil, Dikeluhkan Tetua Suku Bikin Anak Muda Malas

Tren
Bukan karena Cobek dan Ulekan Batu, Ini Penyebab Munculnya Batu Ginjal

Bukan karena Cobek dan Ulekan Batu, Ini Penyebab Munculnya Batu Ginjal

Tren
Kisah Bayi 2 Hari Alami Radang Otak Usai Dicium Pembawa Herpes

Kisah Bayi 2 Hari Alami Radang Otak Usai Dicium Pembawa Herpes

Tren
Cerita Rokiah, Jemaah Haji Difabel Indonesia yang Berangkat Seorang Diri, Kini Bertemu Sahabat Baru

Cerita Rokiah, Jemaah Haji Difabel Indonesia yang Berangkat Seorang Diri, Kini Bertemu Sahabat Baru

Tren
Turis Digigit Monyet Saat Berkunjung ke Monkey Forest Ubud, Mengaku Suntik Antirabies Rp 97 Juta

Turis Digigit Monyet Saat Berkunjung ke Monkey Forest Ubud, Mengaku Suntik Antirabies Rp 97 Juta

Tren
Teka-teki Pemegang Akun Facebook Icha Shakila, Diyakin Jadi Dalang Kasus Ibu Cabuli Anak

Teka-teki Pemegang Akun Facebook Icha Shakila, Diyakin Jadi Dalang Kasus Ibu Cabuli Anak

Tren
Kapan Pengumuman Hasil UTBK SNBT 2024? Ini Jadwal dan Cara Ceknya

Kapan Pengumuman Hasil UTBK SNBT 2024? Ini Jadwal dan Cara Ceknya

Tren
Belajar dari Kasus di Kosambi, di Mana Tempat Meletakkan Tabung Gas LPG yang Benar?

Belajar dari Kasus di Kosambi, di Mana Tempat Meletakkan Tabung Gas LPG yang Benar?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke