Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hikayat Pattani

Tujuan kajian ini adalah untuk mengenal corak hubungan gender dalam Hikayat Pattani dan menganalisa peran dan posisi wanita dalam masyarakat tradisional Melayu yang cenderung memandang wanita dengan sifat-sifat stereotaip hanya diberikan peranan di ruang domestik (ruang dapur).

Karya kajian Suhadan & Salmah mencoba menggugurkan anggapan tersebut dengan menonjolkan beberapa tokoh wanita sebagai pemerintah atau raja dalam negeri-negeri seperti yang telah dikisahkan oleh Hikayat Pattani.

Maka melalui berbagai sumber saya mencoba mempelajari apa yang disebut sebagai Hikayat Pattani.

Dikisahkan oleh Hikayat Pattani terdapat suatu kerajaan yang dikuasai oleh Raja Paya Tu Kerub Mahajana. Setelah raja tersebut meninggal, ia digantikan anaknya, yaitu Paya Tu Naqpa.

Paya Tu Naqpa adalah seseorang raja yang suka berburu. Suatu hari ia mendengar berita bahwa daerah tepi laut mempunyai banyak binatang untuk diburu.

Lalu Paya Tu Naqpa pun pergi ke daerah sana dengan beberapa hulubalangnya untuk berburu.

Namun, tak ada satupun binatang yang nampak oleh rombongan raja tersebut. Kemudian dua jam lamanya, anjing rombongan tersebut menggonggong, lalu raja bertanya-tanya apa yang digonggong oleh anjing itu.

Ternyata adalah rusa putih yang gilang gemilang warnanya. Tetapi rusa itu berlari ke suatu arah dan hilang lah rusa tersebut.

Rombongan raja berusaha mengejar tetapi tak ada rusa yang dicari, namun raja bertemu dengan sebuah rumah sepasang suami istri.

Lalu si lelaki tersebut menceritakan asal muasal tempat yang ada rusa putihnya tersebut.

Setelah mendengar cerita si lelaki, raja tertarik untuk memindahkan negerinya ke sana, selama dua bulan, selesailah negeri tersebut, dan dinamakan, Patani Darussalam. Yang berarti negeri yang sejahtera.

Beberapa tahun lamanya Paya Tu Naqpa bertahta, datang lah suatu penyakit berat yang menyerangnya. Tak ada satu tabib pun yang dapat mengobatinya.

Lalu raja pun mengeluarkan pengumuman melalui anak buahnya, yaitu siapa yang bisa mengobati penyakit raja, maka ia akan diambil sebagai menantu.

Tak lama kemudian, datanglah Syekh Sa’id untuk menyembuhkan raja, tetapi dengan syarat raja akan menganut agama Islam jika raja sembuh. Lalu raja pun menerima perjanjian tersebut.

Tujuh hari lamanya raja diobati, maka penyakit rajapun hilang, tetapi ia melanggar janjinya kepada Syekh Sa’id, raja enggan memeluk agama Islam.

Setelah dua tahun lamanya, ternyata penyakit raja datang lagi, lalu raja meminta Syekh Sa’id untuk mengobatinya, dan raja berkata akan sungguh-sungguh melaksanakan janjinya, lalu dengan kemuliaan hati Syekh Sa’id mengobati raja tersebut.

Setelah dua bulan, sembuhlah penyakit raja tersebut. Tetapi lagi-lagi raja melanggar janjinya itu.

Setahun sesudah itu, raja didatangi sakit itu lagi, bahkan lebih parah. Raja pun memanggil Syekh Sa’id untuk mengobatinya, tetapi Syekh Sa’id ingin benar-benar raja menepati janjinnya itu, jikalau tidak, raja tidak akan diobati lagi oleh Syekh Sa’id tersebut.

Setelah dua puluh hari lamanya, maka sembuhlah penyakit raja tersebut. Lalu raja pun memanggil Syekh Sa’id untuk mengajarkan untuk masuk Islam.

Akhirnya raja diajarkan membaca kalimat syahadat, lalu Syekh Sa’id mengganti nama raja dengan sultan Ismail Syah Zilullah Fi I’alam.

Lalu ketiga anaknya berganti nama pula agar makin terasa sempurna ke Islamannya. Kemudian raja menghadiahi Syekh Sa’id dengan harta yang banyak, namun Syekh Sa’id tak mau dan meminta untuk pulang ke negeri pasainya.

Tidak lama setelah itu, seluruh rakyat Pattani menyusul masuk Islam. Di masa kini secara geopolitis, Pattani termasuk ke dalam wilayah kerajaan Thailand bertetangga dengan Malaysia.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/07/28/071513665/hikayat-pattani

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke