Sejarah
Setelah dengan berat hati melepas Hindia Belanda sebagai koloni Belanda, maka kaum kolonialis Belanda mewariskan pendidikan termasuk pendidikan sejarah dunia kepada masyarakat Indonesia.
Pendidikan sejarah dunia yang diwariskan Belanda ke Indonesia adalah versi Eropa yang masyarakatnya mayoritas Nasrani.
Banyak hal terkait peradaban Islam tidak atau kurang diajarkan dalam kurikulum sejarah dunia yang lebih berorientasi fokus pada peradaban Nasrani.
Misalnya sejarah masa keemasan peradaban Islam di Bagdad serta Istanbul kurang ditonjolkan di dalam sejarah dunia versi Belanda.
Di bangku sekolah di Semarang, saya tidak memperoleh pelajaran sejarah penaklukan Konstantinopel oleh Sultan Memed II Al Fatih.
Semasa sekolah di Indonesia, saya memang pernah diajarkan tentang Nabi Musa, namun tidak pernah tentang Mansa Musa.
Baru setelah berkunjung ke Mesir, saya mulai mengenal seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam membentuk peradaban benua Afrika sebelum dijarah oleh kaum kolonialis dari benua Eropa.
Mansa Musa
Di Mesir, nama Mansa Musa sangat dikenal sebagai tokoh yang dianggap paling mahakayaraya, bukan saja di Afrika, namun di seluruh pelosok planet bumi.
Di tengah perjalanan haji ke Mekah, Mansa Musa sempat diiringi puluhan ribu pengawal, selir serta budak mampir ke Kairo. Kemudian secara harafiah menyebar emas dalam jumlah berlimpah ke masyarakat Kairo.
Akibat ulah Mansa Musa mengobral emas, maka harga emas mengalami inflasi parah yang butuh waktu lama untuk memulihkannya.
Di bawah pimpinan Mansa Musa, kemaharajaan Mali merupakan empire terluas yang menurut mahasejarawan Ibnu Battutah membutuhkan waktu empat bulan untuk menempuh perjalanan dari perbatasan utara sampai ke selatan.
Dari ibu kota Niani, Mansa Musa memperkayaraya Mali dengan emas yang berlimpah-ruah tersedia di dalam bumi wilayah kekuasaan kemaharajaan Mali.
Namun warisan Mansa Musa bukan hanya dalam bentuk gemerlap harta benda, tetapi juga kebudayaan bahkan peradaban secara menakjubkan.
Mali
Kemaharajaan Mali yang berjaya sejak abad XIII sampai dengan XVII merupakan empire terluas dan terkaya di Afrika dengan ibu kota Niani serta kota perdagangan utama Timbukti di pesisir sungai Niger.
Wilayah kekuasaan kemaharajaan Mali meliputi kawasan Ghana, Walata, Tadmekka dan kerajaan Songhai yang terbentang sepanjang pantai Afrika yang menghadap ke samudra Atlantik.
Dengan angkatan bersenjata sekitar seratus ribu tentara dan polisi nasional Mali dilengkapi senjata lengkap serta sepuluh ribu kuda dipimpin oleh jenderal Saran Mandian, Mansa Musa berhasil melipatgandakan wilayah kekuasaan yang hanya terungguli oleh wilayah kekuasaan pada masa puncak kejayaan kaum Mongol.
Di bawah kekuasaan Mansa Musa, Timbukti tumbuh menjadi kota komersial yang menghubungkan perniagaan dengan Mesir dan seluruh pusat perdagangan di Afrika Utara.
Sejajar dengan pembangunan infrastruktur perdagangan dan ekonomi, Mansa Musa juga sangat mengutamakan pembangunan infrastruktur pendidikan dan kebudayaan.
Para cendekiawan diundang ke masjid Sankore di Timbuktu sebagai landasan yang kemudian berkembang menjadi Universitas Sankore.
Mansa Musa mewariskan bukti tentang kemampuan bangsa Afrika mendirikan kemaharajaan yang tidak kalah gemilang ketimbang kemaharajaan Romawi, Habsburg, Otttoman, Mongol, Majapahit.
Masa kini
Gaung aura kemashuran Mansa Musa masih menggema sampai ke masa kini sehingga nyata ditampilkan sebagai tokoh faksi Mali pada game Civilization IV dan Civilization VI ekspansi Gathering Storm.
Dalam serial Epic Rap Battles of History yang ditayangkan oleh Youtube, Mansa Munsa juga ditampilkan pada episode “Jeff Bezos versus Mansa Musa” karena kemahakaryaan Mansa Musa memang cukup seru untuk ditandingkan melawan kemahakayarayaan Jeff Bezos
https://www.kompas.com/tren/read/2022/01/14/164732065/siapa-mansa-musa