Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Angka Kematian Rendah, Apakah Covid-19 di Indonesia Mulai Mereda?

KOMPAS.com - Indonesia mencatatkan 1 kasus kematian dalam sehari Covid-19, pada Minggu (28/11/2021) berdasarkan laporan harian yang disampaikan Satgas Penanganan Covid-19. 

Melihat grafik kematian harian di laman covid19.go.id, Indonesia terakhir melaporkan angka kematian 1 adalah pada Maret 2020.

Dari tren pelaporan kasus kematian tersebut, apakah Covid-19 mulai mereda dan fasilitas kesehatan mampu menangani pasien hingga korban jiwa dapat ditekan? 

Menurut Nadia, angka-angka pelaporan kasus positif dan korban meninggal pada data tidak bisa dikatakan secara tepat kasus yang terjadi di lapangan.

"Angka positif kan sudah 0,19 persen, jadi kasusnya sangat rendah, kemarin adalah jumlah yang dilaporkan saja," ujar Nadia saat dihubungi Senin (29/11/2021).

Begitu juga untuk angka 1 pada kasus kematian harian. Di lapangan, mungkin saja masih ada kasus-kasus kematian lain akibat Covid-19 yang tidak terlaporkan.

Sementara itu, untuk menentukan banyak atau sedikitnya kasus parah di masyarakat, angka kematian sama sekali tidak bisa dijadikan acuan.

"Untuk menilai tingkat keparahan harus menghitung dari case fatality rate yang angkanya (saat ini) masih 2,7 persen," jelas dia.

Angka itu diperoleh dengan membagikan jumlah kasus kematian dengan total kasus infeksi yang ada.


Kata epidemiolog

Sementara itu epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman justru mengkhawatirkan kecilnya angka kematian terkait Covid-19 yang dilaporkan oleh pemerintah Indonesia.

Menurutnya, definisi kematian akibat Covid-19 yang digunakan di Indonesia masih terlalu sempit.

"Definisi kematian kita ini sempit belum mengikuti WHO. Sebetulnya ini yang riskan dan berbahaya, karena kita tidak bisa mendeteksi deteksi intervensi, mendeteksi potensi bahaya," jelas Dicky.

Di Indonesia, seseorang ketika baru dikatakan positif Covid-19 hasil tes PCR menunjukkan positif.

Padahal menurut Dicky, hasil antigen positif pun seharusnya sudah dimasukkan ke dalam data kasus positif.

"Definisi rekomendasi WHO tujuan untuk memastikan kita tidak kebobolan," ujarnya.

Dengan demikian, maka angka kematian yang tercatat pun bisa semakin meluas. Namun hal itu menurut Dicky tidak terjadi pada sistem pendataan di Indonesia.

"Angka kematian yang rendah harus diwaspadai. Memaknai angka kematian ini, kita harus mencari data lagi. Bicara angka kematian bukan hanya masalah angkanya menjadi sedikit, tapi bagaimana kita memperoleh angka itu," ungkap dia.


Selain definisi kematian akibat Covid-19 yang masih sempit, kemampuan surveilance genomic Indonesia juga disebut masih sangat terbatas.

"Hanya 0,2 persen dari total kasus, setidaknya 2 persen atau 1 persen saja. Itu akan memberikan sedikit gambaran tentang situasi yang ada," kata Dicky.

Jadi, jika angka kematian diperoleh dari data yang terbatas, maka kita tidak bisa terburu-buru menarik kesimpulan.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/01/140000665/angka-kematian-rendah-apakah-covid-19-di-indonesia-mulai-mereda-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke