Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Ledakan Bom yang Menewaskan Presiden Lebanon Rene Moawad

KOMPAS.com - Hari ini 32 tahun lalu, tepatnya 22 November 1989, ledakan bom di Beirut, Lebanon menewaskan Presiden Lebanon, Rene Moawad.

Melansir New York Times, 23 November 1989, ledakan itu terjadi ketika iring-iringan mobil presiden dalam perjalanan kembali ke Istana usai menghadiri perayaan hari kemerdekaan.

Selain menewaskan sang Presiden, ledakan itu juga menewaskan 23 orang lainnya dan mengakibatkan jalan berlubang selebar 9 meter dengan kedalaman 1,8 meter.

Sementara, mobil Mercedes yang ditumpangi Presiden Rene Moawad hancur berkeping-keping.

Ledakan tersebut juga merupakan pukulan telak bagi upaya Lebanon mencapai perdamaian, setelah lebih dari 14 tahun dilanda perang.

Bom seberat 181 kilogram

Polisi menyebutkan, ledakan itu disebabkan bom seberat 181 kilogram yang disembunyikan di sebuah gubuk pinggir jalan di sepanjang rute konvoi tujuh mobil presiden.

Menurut polisi, bom itu dipicu oleh remot kontrol, tepat saat mobil Moawad yang berada di barisan kelima melintas. Sepuluh orang pengawal Moawad turut menjadi korban tewas.

Perdana Menteri Selim al-Hoss dan Ketua Parlemen Hussein al-Husseini yang berada di dalam mobil di belakang mobil Presiden berhasil lolos dari ledakan tanpa cedera.

Selim al-Hoss menangis saat mengumumkan kematian Moawad di televisi pemerintah.

"Diiringi dengan rasa sedih dan amarah, saya berduka atas kematian Anda (Moawad), martir persatuan Lebanon, martir perdamaian dan cinta," kata al-Hoss.

Kurang dari 24 jam sebelum kematiannya, Moawad memberikan pidato resmi pertamanya sekaligus yang terakhir, kepada rakyat Lebanaon,

Ia menyerukan agar seluruh rakyat Lebanon bersatu, bersukacita, serta bekerja sama untuk membangun kembali negara.

''Keputusan untuk keselamatan (Lebanon) telah dibuat, dan itu akan dilaksanakan tidak peduli apa pun hambatannya. Kita tidak akan membiarkan keserakahan dan keinginan siapa pun menghalangi perdamaian,'' kata Moawad.

Militer dituduh bertanggung jawab

Melansir UPI, 22 November 1989, Moawad terpilih sebagai Presiden pada 5 November 1989 dalam pemilihan yang dilakukan oleh anggota parlemen Lebanon.

Pemilihan tersebut adalah bagian dari perjanjian perdamaian yang diinisiasi Liga Arab yang disetujui oleh mayoritas 73 anggota parlemen Lebanon pada 23 Oktober di Taif, Arab Saudi.

Pemilihan Moawad ditentang keras oleh Jenderal Michel Aoun, yang mengecam pemilihan tersebut sebagai "ilegal dan tidak sah".

Aoun, yang memimpin 15.000 tentara mengecam perjanjian Taif yang mengakibatkan pemilihan Moawad sebagai "pengkhianatan dan kegagalan".

Ia juga menuduh bahwa Moawad adalah boneka Suriah. 

Sementara itu, kantor berita resmi Suriah, SANA, menuduh Auon mendalangi pembunuhan Moawad untuk menghancurkan perjanjian Taif.

"Kejahatan ini terjadi setelah serangkaian ancaman pembunuhan baru-baru ini oleh Aoun terhadap para pemimpin yang berpartisipasi dalam kesepakatan rekonsiliasi nasional di Taif yang menghasilkan terpilihnya Moawad," demikian pernyataan SANA.

Profil Rene Moawad

Melansir The Biography, Rene Moawad lahir di Zgorta pada 17 April 1925

Moawad mengenyam pendidikan tinggi di kota Tripoli, Lebanon, dan lulus hukum pada 1947.

Pada 1949, Moawad mulai bekerja dengan Penasihat Lembaga Pemerintah Kabinet Abdallah Yafi, dan membuka firma hukumnya sendiri dua tahun kemudian.

Karier politiknya dimulai pada 1957 ketika ia terpilih sebagai Deputi Zgorta.

Sejak saat itu, ia memegang posisi penting dalam pemerintahan Lebanon, seperti Menteri Telekomunikasi (1961), Menteri Pekerjaan Umum (1969), dan Menteri Pendidikan (1980).

Moawad terpilih sebagai presiden menggantikan Amin Gemayel pada 5 November 1989 dalam pemilihan yang dilakukan oleh anggota parlemen Lebanon.

Moawad hanya menjabat sebagai Presiden Lebanon selama 17 hari, setelah ia tewas dalam ledakan bom di Beirut, 22 November 1989.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/11/22/110500265/hari-ini-dalam-sejarah--ledakan-bom-yang-menewaskan-presiden-lebanon-rene

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke