Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Mencegah Keracunan Timbal di Tengah Pandemi Covid-19

Timbal merupakan bahan kimia beracun yang kerap ada di barang-barang yang sering dipakai manusia.

Selama menghabiskan waktu di rumah karena pandemi Covid-19, kita juga rentan terpapar racun timbal.

WHO secara khusus menyoroti paparan timbal ini. Bahkan, pada pekan terakhir Oktober 2021, WHO mengadakan minggu pencegahan racun timbal secara internasional.

Berikut saran dari WHO untuk mencegah paparan racun timbal di tengah pandemi.

Cara mencegah keracunan timbal

Timbal atau timbel adalah unsur kimia dengan lambang Pb dan nomor atom 82. Unsur ini banyak ditemui di bahan yang kita gunakan sehari-hari sehari-hari.

Toxicologi sekaligus Penasihat Regional untuk Kesehatan Kerja dan Lingkungan di WHO, Lesley Onyon, mengatakan, timbal bisa muncul dari kegiatan seperti mengecat rumah, melukis dengan cat minyak, menyolder alat elektronik, atau membuat keramik dengan glasir.

Cat yang mengandung timbal ini bisa menyatu dengan debu dan mengontaminasi seluruh rumah.

Onyon menyarankan agar kita lebih berhati-hati memilih cat. Perhatikan bahan yang terkandung di dalamnya.

"Saya pikir dalam hal masalah cat timbal. Anda dapat memeriksa untuk melihat apakah rumah Anda mengandung cat timbal sebelum memulai proyek renovasi besar," ujar Onyon, mengutip laman WHO, 29 Oktober 2021.

Ia juga menyarankan, sebaiknya makanan dan minuman disimpan dalam wadah kaca.

Penyimpanan bahan kosumsi di plastik dan kaleng dalam waktu lama dinilainya meningkatkan potensi kontaminasi timbal.

Plastik menjadi bahan yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Onyon mengimbau agar bahan-bahan plastik dan mainan berwarna cerah perlu diwaspadai agar tidak tertelan oleh anak-anak.

"Menghindari mainan murah, berwarna cerah, perhiasan dan hal-hal lain yang dapat dimasukkan anak-anak ke dalam mulut mereka, yang berpotensi tertelan," kata dia.

Dampak dan gejala keracunan timbal

Onyon mengatakan, semua orang di dunia berisiko terpapar timbal. Namun, ada tiga kelompok yang rentan keracunan.

"Kita semua berpotensi berisiko terpapar timbal tetapi ada tiga kelompok yang sangat kita khawatirkan, dan ini adalah anak-anak di bawah usia lima tahun, ibu hamil dan menyusui, serta orang dewasa yang terpajan di tempat kerja," jelas dia.

Dampak dan gejala keracunan timbal ini, menurut Onyon, sering kali tidak disadari. Beberapa gejala ringan yang sering dialami, yakni:

  • Anemia
  • Sembelit
  • Kram perut.

Ketika seseorang terpapar timbal, tidak hanya fisiknya saja yang terganggu, tetapi juga psikis.

"Namun, efek neurologis yang paling kita khawatirkan dan terutama yang memengaruhi anak-anak," ujar Onyon.

Efek neurologis dari paparan timbal ini bergantung pada tingkat keparahan paparannya. Adapun dampak dari efek neurologis ini adalah mudah tersinggung, kecanggungan, hingga penyakit dan efek neurologis yang lebih serius dan mengancam jiwa seperti ensefalopati dan koma, kejang, dan kematian.

Sementara, orang dewasa rentan mengalami penyakit kardiovaskular dan penyakit ginjal ketika terpapar racun timbal. Gejala ini khususnya dialami oleh kelompok pekerja.

"Paparan timbal seringkali tidak serius dalam insiden akut, tetapi paparan berulang pada tingkat rendah dapat menimbulkan dampak neurologis parah yang berlangsung seumur hidup," kata Onyon.

Penanggulangan paparan timbal

Timbal memiliki sejarah yang panjang. Bahan kimia beracun ini diperkirakan sudah ada sejak zaman Romawi dan Yunani, atau sekitar 5.000 tahun lalu.

Saat ini, WHO memperkirakan hampir satu juta orang meninggal karena efek paparan timbal.

WHO bersama badan internasional lainnya berusaha mengurangi sumber potensi paparan timbal terbesar.

"Kami sudah mengambil tindakan untuk beberapa hal ini. Misalnya pelarangan BBM bertimbal, pengawasan penggunaan pipa air bertimbal untuk air minum dan sebagainya," kata Onyon.

Kendati demikian, masih banyak sumber timbal lainnya yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari manusia.

Misalnya, cat bertimbal, cat dekoratif, timbal dalam air minum dan makanan, perhiasan, mainan, obat-obatan tradisional dan kosmetik, pemberat pancing, pemberat gorden, dan sebagainya.

Tidak semua barang-barang tersebut mengandung timbal, tetapi kita tetap perlu waspada agar jangan sampai menelannya.

Adapun sumber paparan timbal lain yaitu berasal dari baterai asam timbal, yang biasa dipakai dalam kendaraan listrik atau catu daya skala kecil.

"Daur ulang baterai ini sering dilakukan dalam kondisi yang sangat buruk, seringkali di dalam rumah sebagai semacam industri rumahan di negara berkembang dan oleh karena itu seluruh komunitas dan keluarga bisa terpapar," ujar Onyon.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/11/14/073000765/cara-mencegah-keracunan-timbal-di-tengah-pandemi-covid-19

Terkini Lainnya

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke