Meski masih bersifat potensi yang bisa saja terjadi atau bahkan tidak terjadi, masyarakat dan pemerintah daerah harus bersiap dengan skenario terburuk itu.
Apabila masyarakat dan pemda telah siap, maka jumlah korban jiwa maupun kerugian materi dapat diminimalisasi karena bersama-sama mempersiapkan upaya mitigasi yang lebih komprehensif.
"Jika masyarakat terlatih, maka tidak ada istilah gugup dan gagap saat bencana terjadi. Begitu gempa terjadi, baik masyarakat maupun pemerintah sudah tahu apa-apa saja yang harus dilakukan dalam waktu yang sangat terbatas tersebut," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dikutip dari Antara, Minggu (12/9/2021).
Maka dari itu, tindakan mengurangi dampak bencana (mitigasi) amat penting. Cakupannya sangat luas dan memerlukan upaya pendidikan terpadu dari pemerintah setempat.
Nah sebagai warga negara yang rawan bencana seperti Indonesia ini, apa saja yang perlu dipersiapkan?
Persiapan hidup di area rawan gempa dan tsunami
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Pendidikan mitigasi salah satu bentuk bencana yakni tsunami meliputi tiga hal; prabencana, saat bencana, dan pasca bencana.
1. Prabencana
Kenali tanda-tanda tsunami melalui pengamatan gempa dan pesisir. Gempa yang berpotensi menimbulkan tsunami akan terasa lama dengan intensitas yang kuat.
2. Saat bencana
Jika gempa berdampak pada rumah Anda, jangan berupaya merapikan kondisi rumah Anda.
3. Pascabencana
Jangan mendahulukan barang-barang Anda. Utamakan keselamatan Anda terutama dari reruntuhan, listrik, dan gas.
Dengan memahami mitigasi bencana tsunami, Anda bisa meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh tsunami. Ini berkaca dari beberapa tsunami yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, seperti tsunami Aceh (2004), tsunami Pangandaran (2006), tsunami Mentawai (2010), dan tsunami Palu dan Donggala 2018.
Perlu diingat bahwa hingga kini belum ada teknologi di satu negara mana pun yang mampu memprediksi waktu terjadinya gempa dan tsunami secara tepat dan akurat.
Prediksi gempa dan tsunami hingga kini masih sebatas kajian yang didasarkan pada salah satunya adalah sejarah gempa di wilayah tersebut.
Sehingga, masyarakat yang berada di zona bahaya perlu berlatih rutin untuk melakukan langkah evakuasi mandiri.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Nadia Faradiba, Nicholas Ryan Aditya | Editor: Nursita Sari)
https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/18/061500465/potensi-tsunami-28-meter-di-pacitan-apa-yang-perlu-dipersiapkan-