Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Misteri Temuan Mayat-mayat di Sungai Gangga, Apa Penyebabnya?

Melansir BBC, mayat-mayat itu terdampar  di Gahmar, Uttar Pradesh, selama beberapa hari terakhir.

Awal pekan lalu, setidaknya ada 40 mayat yang ditarik dari sungai ke hilir dari Gahmar.

Masih belum diketahui soal di balik temuan mayat-mayat ini.

Akan tetapi, pihak mengaitkan bahwa ini berhubungan dengan gelombang kedua Covid-19 yang terjadi di India.

"Sekitar 35-40 jenazah terlihat, banyak di antaranya kemungkinan adalah korban Covid-19. Pada hari-hari biasa kami melihat dua hingga tiga jenazah seperti itu di bentangan sungai ini, tetapi jumlahnya tinggi karena wabah mematikan itu," kata pejabat lokal Angkatan Laut, Kant, kepada kantor berita DPA dikutip dari DW , Selasa (11/5/2021).

Bantah berkaitan dengan Covid-19

Akan tetapi, dugaan berkaitan dengan korban Covid-19 dibantah.

Diberitakan DW, Minggu (16/5/2021), Navneet Sehgal, juru bicara pemerintah negara bagian Uttar Pradesh, menyangkal bahwa temuan lebih dari 1.000 mayat di daerah itu selama dua minggu terakhir dikaitkan dengan gelombang kedua virus corona di India.

“Saya yakin, badan-badan ini tidak ada hubungannya dengan Covid-19,” kata dia.

Para pejabat menyebutkan, penguburan mayat di tepi sungai telah berlangsung selama beberapa dekade dan adanya hujan lebat menyingkap kuburan dangkal di tepian sungai di Prayagraj yang merupakan sebuah kota di negara bagian Uttar Pradesh.

Melansir The Indian Express, pada 12 Mei 2021, ditemukan pula mayat di tepi Sungai Gangga di distrik Buxar Bihar.

Namun, Pemerintah Bihar meyakini, mayat-mayat tersebut adalah mayat yang mengapung dari Uttar Pradesh.

“Ada beberapa tempat kremasi di sepanjang sungai. Mayat yang dikirim ke air bukanlah hal yang aneh. Penduduk setempat sudah terbiasa melihat tubuh yang mengapung. Yang mengejutkan di sini adalah jumlah mayat, dan risiko Covid-19 yang mungkin mereka bawa. Tapi mayat yang ditemukan mengapung di sungai dekat tempat kremasi itu sendiri bukanlah sesuatu yang 'apokaliptik'”kata Ashutosh Kumar Pandey, seorang pekerja sosial yang berasal dari desa Pandeypur di distrik Buxar dikutip dari The Indian Express.

Menurut penduduk di sekitar sungai, sungai berbelok di dekat Chausa sehingga tubuh yang mengapung terjebak di sana.

Para penduduk berpendapat, mayat-mayat itu kemungkinan dibuang ke sungai karena sejumlah alasan. Alasan itu di antaranya,  masyarakat miskin seringkali tak mampu membeli kayu bakar sehingga mayat-mayat dibakar tetapi kemudian dibuang ke dalam sungai dalam keadaan setengah terbakar.

Sebuah tumpukan kayu biasanya dihargai sekitar Rs 8.000 (sekitar Rp 1,5 juta). Angka ini terbilang mahal bagi mereka. Sementara, di tengah situasi pandemi, biayanya naik menjadi Rs 15.000 (sekitar Rp 2,9 juta). 

Dalam kasus kematian Covid-19, muncul pula kekhawatiran akan stigma sehingga ada yang diam-diam membuang jenazah orang yang dicintai ke sungai.

Seorang Pejabat Senior Negara, Manoj Kumar Sigh, dalam surat yang dikeluarkan pada 14 Mei menyebutkan, mereka yang meninggal karena Covid-19 juga dibuang ke sungai.

"Pemerintah memiliki informasi bahwa jenazah mereka yang meninggal karena Covid-19 atau penyakit lainnya dibuang ke sungai alih-alih dibuang sesuai ritual yang tepat," katanya dikutip dari SCMP.

Pemerintah India dinilai tidak siap

Bagaimana pun, temuan mayat-mayat yang mengapung di India telah mengungkap betapa negara itu tidak siap menghadapi gelombang kedua Covid-19.

Anggota Parlemen Buxar, Ashwini Kumar Choubey, mengatakan, wilayah tersebut tak siap bagi mereka yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.

Di daerah pedesaan, mereka harus ke rumah sakit yang lokasinya jauh untuk tes Covid-19 karena hanya ada satu rumah sakit layak dan tiga pusat rujukan di wilayah itu.

Selain itu, di sepanjang jalur Gangga, tidak ada satu pun krematorium listrik.

Sementara, yang menjadi perhatian warga saat ini adalah pencemaran air dan bagaimana hal itu ditangani.

"Jenazah muncul, pemerintah membiarkannya. Tetapi jika bahkan beberapa mayat adalah pasien Covid-19, bagaimana dengan pemurnian air? Anjing menggigit tubuh-tubuh itu dan sekarang berkeliaran di desa-desa. Seberapa besar risikonya? Sejauh ini belum ada pengumuman dari pemerintah tentang bagaimana mereka berencana mengatasi pencemaran air. Kami tidak peduli jika jenazah berasal dari Uttar Pradesh atau Bihar. Kami hanya ingin tahu bahaya apa yang mereka timbulkan kepada kami, dan bagaimana rencana pemerintah untuk melindungi kami," kata Sarita Devi, seorang warga Buxar.

Uttar Pradesh dan Bihar saat ini merupakan salah satu negara bagian yang terpukul keras akibat pandemi gelombang kedua.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/18/133000265/misteri-temuan-mayat-mayat-di-sungai-gangga-apa-penyebabnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke