Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menurut update data pada Senin (5/4/2021) pukul 05.00 WIB, tercatat korban meninggal dunia akibat bencana ini sebanyak 44 orang.
Selain itu, bencana membuat sebanyak 256 jiwa mengungsi di Balai Desa Nelemawangi dan sejumlah warga lain mengungsi di Balai Desa Nelelamadike, Kecamatan Ile Boleng Kabupaten Flores Timur, NTT.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Dr. Raditya Jati mengatakan, selain korban meninggal dan warga yang mengungsi, sebanyak 24 orang masih dilaporkan hilang.
"Sedangkan warga luka-luka, mereka telah mendapatkan perawatan medis," kata Raditya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (5/4/2021) pagi.
Wilayah terdampak dan jumlah kerusakan
Sebanyak sembilan desa yang tersebar di empat kecamatan terdampak peristiwa ini, yaitu:
Tak hanya itu, bencana juga menyebabkan kerugian materil dan merusak sejumlah infrastruktur bangunan, yakni:
"BPBD setempat masih terus melakukan pendataan dan verifikasi dampak korban maupun kerusakan infrastruktur," ujar Raditya.
Banjir di Sumba Timur
Sementara itu, bencana banjir juga terjadi di Kabupaten Sumba Timur, NTT, pada Minggu (4/4/2021) pukul 10.00 Wita.
Disebutkan bahwa hujan dengan intensitas tinggi selama beberapa hari mengakibatkan meluapnya sungai setempat.
Sebanyak empat kecamatan terdampak banjir tersebut yaitu Kecamatan Kambera, Pandawai, Karera dan Wulawujelu.
"BPBD Kabupaten Sumba Timur menginformasikan sebanyak 54 KK atau 165 jiwa mengungsi, sedangkan 109 KK atau 475 KK terdampak," papar Raditya.
Kabupaten Lembata
Sedangkan di Kabupaten Lembata, banjir bandang menewaskan 11 warga dan 16 orang lainnya dilaporkan hilang.
Banjir bandang tersebut terjadi pada Minggu (4/4/2021), pukul 19.00 waktu setempat.
Lokasi yang cukup terdampak banjir berada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur.
Desa-desa yang ikut terdampak di dua kecamatan ini antara lain Desa Waowala, Tanjung Batu, Amakala, Jontona, Lamawolo dan Waimatan.
Kupang
Adapun di Kota Kupang, NTT juga dilanda angin kencang, longsor, banjir rob dan gelombang pasang.
Perkembangan pada Minggu (4/4/2021) pukul 19.00 WIB, beberapa kecamatan terdampak cuaca ekstrem, yang berakibat pada 743 KK atau 2.190 orang.
Selain itu, 10 rumah warga mengalami rusak sedang dan 15 titik akses jalan tertutup pohon tumbang.
BPBD Kota Kupang bersama dinas terkait lain telah melakukan upaya penanganan darurat di lokasi bencana.
Akses jalan terputus
Raditya menambahkan, BPBD setempat telah melakukan upaya kaji cepat dan penyelamatan warga terdampak.
Pemerintah daerah juga telah mendatangkan alat berat untuk melakukan pembersihan jalan dan lokasi bencana untuk kelancaran proses pencarian dan evakuasi.
"Akses jalan menuju Kecamatan Ile Ape Timur terputus sehingga belum dapat diakses petugas," tuturnya.
Tak hanya itu, dilaporkan pula adanya bencana di Kabupaten Malaka Tengah dan Ngada.
Angin kencang terjadi di dua kecamatan di Kabupaten Ngada, yakni di Kelurahan Kisantara, Lebijaga, Bajawa, Tanalodu (Kecamatan Bajawa) dan Kelurahan (Riung).
Angin kencang ini berdampak pada 6 KK dan 1 orang dilaporkan mengalami luka berat.
Sedangkan, kerugian yang terjadi berupa rumah rusak sedang 2 unit dan rusak berat 4 unit, gedung pengadilan rusak sedang 1 unit, kapal tenggelam 1 unit dan 6 titik ruas jalan tertutup pohon tumbang.
Penanganan terkendala cuaca dan gelombang
Raditya mengungkapkan, terdapat beberapa kendala dihadapi dalam mendukung upaya penanganan darurat.
BPBD Kabupaten Flores Timur menginformasikan akses utama melalui penyeberangan laut, sedangkan kondisi hujan, angin dan gelombang membahayakan pelayaran kapal.
"Di sisi lain, evakuasi korban yang tertimbun lumpur masih terkendala alat berat," tutur dia.
Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis adanya dua bibit siklon tropis yang dapat berdampak pada cuaca ekstrem.
Salah satunya potensi curah hujan lebat dan angin kencang di wilayah NTT pada 3–9 April 2021.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/05/111000165/banjir-ntt-update-korban-jiwa-dan-wilayah-yang-paling-terdampak