Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[HOAKS] Hirup Uap Panas Bersuhu 70 Derajat Celsius Bisa Matikan Virus Corona

KOMPAS.com - Di media sosial Facebook, tersebar pesan berantai yang menyebut menghirup uap air dapat membunuh virus corona.

Informasi tersebut mengatakan bahwa menghirup uap panas dengan suhu 70 derajat Celsius dapat membunuh virus, termasuk virus corona.

Dari penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut tidak benar alias hoaks.

Narasi yang beredar

Diketahui, sejumlah akun Facebook menyebarkan informasi tersebut.

Di antaranya, yakni akun Facebook Tadotuki Meikachiki Todorika, Fenty EF Safalas Esha, dan Teddy Bayupatti.

Berikut narasi selengkapnya:

"Share dari Ketua Satgas Covid Pak Dwiyono

Informasi tentang pencegahan Covid19:

Air panas yang Anda minum baik untuk tenggorokan Anda.

Namun virus corona ini tersembunyi di balik sinus paranasal hidung Anda selama 3 hingga 4 hari.

Air panas yang kami minum tidak sampai di sana.

Setelah 4 hingga 5 hari, virus yang tersembunyi di balik sinus paranasal ini mencapai paru-paru Anda.

Kemudian Anda kesulitan bernapas.

Itulah mengapa sangat penting untuk menghirup uap air panas, yang mencapai bagian belakang sinus paranasal Anda.

Anda harus membunuh virus di hidung dengan uap.

Pada suhu 50 ° C, virus ini menjadi lumpuh, lumpuh.
Pada suhu 60 ° C virus ini menjadi sangat lemah sehingga sistem kekebalan manusia mana pun dapat melawannya.
Pada suhu 70 ° C virus ini mati total.

Inilah yang dilakukan steam.

Seluruh departemen kesehatan masyarakat mengetahui hal ini tetapi banyak yang ingin memanfaatkan pandemi ini sehingga mereka tidak membagikan informasi ini secara terbuka.

Orang yang tinggal di rumah harus melakukan menghirup uap panas sekali sehari.

Jika Anda pergi ke pasar atau keluar rumah untuk berbelanja, menghirup uap panas dua kali sehari.

Siapapun yang bertemu dengan beberapa orang atau pergi ke kantor harus menghirup uap panas uap 3 kali sehari.

Seminggu ber-uap:

Menurut dokter, Covid -19 dapat dibunuh dengan menghirup uap dari hidung dan mulut, menghilangkan virus Corona.

Jika semua orang memulai Kampanye Drive Uap selama seminggu, pandemi akan segera berakhir.

Jadi inilah sarannya:

Mulai prosesnya selama seminggu dari 9 - 16 Januari 2021, pagi dan sore, selama 5 menit saja, untuk menghirup uap.

Jika semua mengadopsi praktik ini selama seminggu, Covid-19 yang mematikan akan terhapus.

Praktik ini juga tidak memiliki efek samping.

Jadi tolong kirimkan pesan ini ke semua kerabat, teman dan tetangga kalian, agar kita semua bisa bersama-sama membunuh virus corona ini dan hidup serta berjalan dengan bebas di dunia indah ciptaan Tuhan ini.

Uap menggunakan Eucalyptus Oil atau Vicks lebih bagus lagi.

bisa juga dg minyak kayu putih, caranya, ambil tisu sebamyak 4 lembatlr atau lebih, tuangkan minyak kayu putih agak banyak, hirup tisu tsb dalam2 sampai terbatuk2, ulangi 3x atau lebih...

Berkah bagi semua yang akan menggunakan terapi ini dan membagikannya dengan orang lain!"

Penelusuran Kompas.com

Seperti diberitakan Kompas.com, 29 Januari 2021, dokter spesialis THT Muhammad Ikhwan menegaskan, informasi tersebut salah atau merupakan berita hoaks.

Ikhwan menjelaskan, hingga saat ini secara teori suhu tidak memengaruhi pertumbuhan atau kematian virus corona.

"Jadi belum ada (buktinya). Mau suhu 100 derajat Celsius pun, atau berada di iklim panas, iklim dingin, sampai sekarang belum ada bukti otentik suhu dapat membunuh virus corona," kata Ikhwan.

Jika seseorang mempraktikkan hal tersebut, kata Ikhwan, hal yang pasti terjadi adalah luka bakar.

"Siapa orang yang mau menghirup suhu 60-70 derajat (Celsius)? Kita harus berpikir jernih ya, itu akan merusak bulu-bulu hidung dan organ-organ yang sangat rentan, terutama bagian septum," ucap dokter Ikhwan yang berpraktik di Primaya Evasari Hospital ini.

Septum atau dinding pembatas hidung, imbuhnya, terdiri dari tulang rawan dan tulang keras. Septum ini mengandung banyak pembuluh darah kecil.

"Nah, bagian-bagian rawan ini jika mengalami trauma seperti suhu panas akan rusak dan bisa mengalami mimisan hingga luka bakar," katanya lagi.

Ikhwan meluruskan, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah atau menyingkirkan virus corona di saluran napas sebaiknya dengan cuci hidung langsung.

"Cuci hidung menggunakan (cairan infus) NaCl (natrium klorida) 500 cc 0,9 persen. Itu yang biasa dipakai dokter THT untuk menangani kasus-kasus seperti alergi hidung," ujar Ikhwan.

Dia mengingatkan, upaya cuci hidung ini tidak membunuh bakteri atau virus. Akan tetapi, mencegah bakteri dan virus masuk ke tubuh agar tidak menimbulkan penyakit.

Hal senada juga diungkapkan oleh dr Fikry Hamdan Yasin.

Dokter spesialis telinga hidung tenggorokan (THT) dan bedah kepala leher tersebut juga mengatakan bahwa saat hidung terpapar suhu tinggi, mukosa, atau selaput lendir yang menjadi lapisan kulit dalam maka hidung dan tenggorokan dapat mengalami iritasi.

"Karena uapnya terlalu panas. Jadi enggak benar, (informasi tersebut) hoaks. Yang pasti tidak bisa membunuh bakteri atau virus," kata Fikry.

Sementara itu, dalam narasi yang beredar disebutkan bahwa Ketua Satgas Covid-19 adalah Dwiyono. Itu juga salah.

Diberitakan Kompas.com, 20 Juli 2020, faktanya, Satgas Covid-19 dipimpin oleh Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo.

Kesimpulan

Dari penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, informasi yang menyebut menghirup uap panas dengan suhu 70 derajat Celsius dapat membunuh virus, termasuk virus corona, adalah tidak benar.

Menghirup uap yang terlalu panas bersuhu 70 derajat Celsius justru akan merusak bulu-bulu hidung dan organ-organ yang sangat rentan, terutama bagian septum.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/24/170500865/hoaks-hirup-uap-panas-bersuhu-70-derajat-celsius-bisa-matikan-virus-corona

Terkini Lainnya

Cara Login Menggunakan Fingerprint atau Face Recognition di Aplikasi Mobile JKN

Cara Login Menggunakan Fingerprint atau Face Recognition di Aplikasi Mobile JKN

Tren
Kartu Lansia Jakarta Cair Juni 2024, Berikut Jadwal, Besaran, dan Cara Ceknya

Kartu Lansia Jakarta Cair Juni 2024, Berikut Jadwal, Besaran, dan Cara Ceknya

Tren
Bikin SIM Harus Punya BPJS Kesehatan mulai 1 Juli 2024, Bagaimana Jika Menunggak Iuran?

Bikin SIM Harus Punya BPJS Kesehatan mulai 1 Juli 2024, Bagaimana Jika Menunggak Iuran?

Tren
Head to Head Indonesia vs Irak, Skuad Garuda Terakhir Menang 24 Tahun Lalu

Head to Head Indonesia vs Irak, Skuad Garuda Terakhir Menang 24 Tahun Lalu

Tren
Pendaftaran Jalur Mandiri Undip Dibuka, Klik Pendaftaran.undip.ac.id

Pendaftaran Jalur Mandiri Undip Dibuka, Klik Pendaftaran.undip.ac.id

Tren
UU KIA Disahkan, Berikut 7 Poin Penting yang Harus Diketahui

UU KIA Disahkan, Berikut 7 Poin Penting yang Harus Diketahui

Tren
Twitter Kini Izinkan Konten Porno, Kominfo Ancam Tutup

Twitter Kini Izinkan Konten Porno, Kominfo Ancam Tutup

Tren
Formasi CPNS 2024 Sudah Diumumkan, Berikut Instansi yang Kuotanya Paling Banyak

Formasi CPNS 2024 Sudah Diumumkan, Berikut Instansi yang Kuotanya Paling Banyak

Tren
AI untuk Kemaslahatan dan Ramah Penyandang Disabilitas

AI untuk Kemaslahatan dan Ramah Penyandang Disabilitas

Tren
Puluhan Penumpang United Airlines Alami Sakit Misterius Saat Terbang, Ini Dugaan Penyebabnya

Puluhan Penumpang United Airlines Alami Sakit Misterius Saat Terbang, Ini Dugaan Penyebabnya

Tren
Kisah Pria yang Menyelam ke Dasar Lautan Selama Satu Dekade untuk Temukan Jasad Istrinya

Kisah Pria yang Menyelam ke Dasar Lautan Selama Satu Dekade untuk Temukan Jasad Istrinya

Tren
Hampir 500.000 Anak di Dunia Meninggal Per Tahun karena Diare, IDAI: Keamanan Pangan Penting

Hampir 500.000 Anak di Dunia Meninggal Per Tahun karena Diare, IDAI: Keamanan Pangan Penting

Tren
Juta, Miliar, Triliun, Apa Sebutan Bilangan Angka di Atasnya?

Juta, Miliar, Triliun, Apa Sebutan Bilangan Angka di Atasnya?

Tren
Penyakit Apa yang Bisa Disembuhkan dengan Kunyit? Berikut 7 Daftarnya

Penyakit Apa yang Bisa Disembuhkan dengan Kunyit? Berikut 7 Daftarnya

Tren
[POPULER TREN] Curhatan Kepala Otorita IKN Tak Digaji 11 Bulan | Manfaat Jalan Kaki Kurang dari 5.000 Langkah

[POPULER TREN] Curhatan Kepala Otorita IKN Tak Digaji 11 Bulan | Manfaat Jalan Kaki Kurang dari 5.000 Langkah

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke