Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Satgas Covid-19 Sebut Akhir Tahun Ada Cuaca Ekstrem, Benarkah?

KOMPAS.com - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyebut akan ada cuaca ekstrem dalam 2-3 minggu ke depan yang hampir melanda di seluruh Indonesia

Doni pun mengingatkan masyarakat agar mengisi libur akhir tahun 2020 dan tahun baru 2021 dengan cara tidak bepergian atau jalan-jalan.

Di satu sisi, kata Doni, libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) memang akan berpotensi menimbulkan kerumunan yang seharusnya dihindari pada masa pandemi Covid-19.

Dia menyebutkan, salah satu kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan adalah kegiatan atau acara keluarga pada libur panjang.

"Untuk itu, liburan kali ini adalah liburan yang aman, dan liburan yang juga harus nyaman, tanpa jalan-jalan, tanpa bepergian," ujarnya.

Lantas, benarkah akan ada cuaca ekstrem pada akhir tahun nanti?

Penjelasan BMKG

Saat dikonfirmai, Kepala Subbid Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra pun membenarkan hal tersebut.

Pada pertengahan hingga akhir Desember 2020, lanjut Agie, diperkirakan curah hujan di Indonesia memang sedang tinggi.

"Karena monsun Asia telah aktif, dan itu adalah ciri-ciri dari datangnya musim hujan di Indonesia," ujar Agie saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/12/2020).

Bukan hanya pada Desember ini, Agie menyebut pada Januari dan Februari juga akan terjadi curah hujan yang cukup tinggi.

Oleh karena itu, dia mengingatkan agar masyarakat dan instansi terkait untuk bersiap mengantisipasi dampak dari cuaca ekstrem tersebut.

"Nah pada Desember, Januari, dan Februari, kondisi di tiga bulan itu kita perlu betul-betul antisipasi, karena dampak bencananya akan tinggi. Mengapa begitu, karena jelas secara alamiah kontribusi curah hujan di wilayah Indonesia akan tinggi," kata Agie.

Ia menambahkan, kepada masyarakat yang hendak berlibur, diimbau untuk tetap mawas diri dan menghindari tempat-tempat yang rentan akan terjadinya bencana.

Dipengaruhi oleh beberapa faktor

Sementara itu, Agie juga menggarisbawahi fenomena cuaca ekstrem yang terjadi pada sepekan terakhir dan sepekan ke depan.

Dia membenarkan dalam beberapa hari terakhir ini kondisi cuaca di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga mengakibatkan curah hujan yang tinggi.

"Pertama, kita bicara dulu dengan adanya pertumbuhan bibit siklon tropis dengan indikator 96S namanya, masih belum menjadi badai tropis, tetapi keberadaan tekanan rendah tersebut mengakibatkan banyak sekali area-area pertemuan angin di kawasan Jawa khususnya," terangnya.

"Ditambah yang kedua, aktivitas monsun Asia itu begitu kuat sekarang. Aktivitas monsun Asia ini juga diiringi dengan adanya seroakan dingin istilahnya, mengakibatkan dorongan masa udara yang masif di kawasan Sumatera dan juga Jawa," imbuh Agie.

Kemudian, kedua fenomena tadi ditambah dengan adanya propagasi gelombang tropis yang disebut madden julian oscillation, mengakibatkan kondisi cuaca di Indonesia intens dengan hujan yang tinggi.

Oleh karena itu, pihaknya mengeluarkan peringatan dini semenjak akhir pekan lalu dan terjadi banyak kejadian-kejadian bencana di Sumatera, Jawa, dan daerah-daerah lainnya.

"Kondisi ini memang kami cukup prihatin dengan banyaknya dampak yang terjadi, namun untuk kewaspadaan, maka ke depan kondisi ini setidaknya seminggu ke depan ini masih akan tetap bertahan (cuaca ekstrem)," kata Agie.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/08/093200265/satgas-covid-19-sebut-akhir-tahun-ada-cuaca-ekstrem-benarkah-

Terkini Lainnya

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Tren
Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke