Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Update Virus Corona di Dunia 25 September: 32,3 Juta Kasus | Google Maps Akan Rilis Daerah Sebaran Covid-19

KOMPAS.com – Penyebaran virus-virus corona belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.

Melansir Worldometers, jumlah kasus virus corona di dunia hingga Jumat (25/9/2020) mencapai 32.390.656.

Jumlah korban jiwa akibat virus SARS-CoV-2 tersebut sebanyak 986.835. Sementara pasien yang dikabarkan sembuh ada 23.892.852.

Berikut ini 10 negara dengan jumlah kasus terbanyak:

Berikut ini secara lengkap update seputar virus corona di berbagai negara dikutip dari CNN:

1. Amerika Serikat

Sebuah perkiraan yang diterbitkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memproyeksikan akan ada 214.000-226.000 kematian akibat virus corona di Amerika Serikat pada 17 Oktober 2020 nanti.

Sebelumnya pada 10 Oktober perkiraan yang muncul adalah 218.000 kematian.

Adapun saat ini setidaknya jumlah orang meninggal di AS mencapai 202.344 orang.

Sementara itu, Komisaris Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) Dr Stephen Hahn pada Kamis (24/9/2020) menolak mengomentari pernyataan Trump yang mengatakan akan mengganti badan itu jika sampai merilis standar yang ketat untuk otorisasi kandidat vaksin Covid-19.

Saat ini FDA tengah mempertimbangkan akan mengeluarkan aturan terkait waktu tambahan untuk mengevaluasi keamanan vaksin.

2. Inggris

Negara ini kembali mencatat jumlah kasus virus corona tertinggi sejak pandemi dimulai.

Gelombang kedua di Inggris menyebabkan negara itu kembali mencatat sebanyak 6.634 kasus virus corona dalam 24 jam terakhir.

Setidaknya ada 40 kematian yang dilaporkan pada Kamis (24/9/2020).

Sehingga korban meninggal di Inggris sampai dengan saat ini mencapai 41.902 orang.

Kasus Covid-19 yang dikonfirmasi beserta jumlah kematian yang dilaporkan masih rendah di banyak negara Afrika.

Tetapi hasil laporan awal pada kelompok komunitas menunjukkan jumlah infeksi sebenarnya lebih tinggi dari yang dilaporkan pemerintah.

Terkait hal itu WHO memperingatkan bahwa mungkin ada banyak kasus tak bergejala.

"Analisis awal menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen kasus di Afrika tidak bergejala," ujar Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Afrika.

Menurutnya tindakan cepat pemerintah memberlakukan kuncian awal, kepatuhan publik terhadap pembatasan pergerakan akan membantu benua itu menjaga kasusnya tetap rendah.

Sejumlah ahli masih belum yakin mengenai apa yang menjadi penyebab rendahnya kematian di Afrika.

"Kami tidak tahu faktor pasti yang menyebabkannya, kami hanya tahu bahwa beberapa faktor lebih mungkin," kata Dr Sam Agatre Okuonzi dari Uganda.

Beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab rendahnya kematian di Afrika adalah karena mayoritas penyintas mayoritas dari kalangan muda, frekuensi banyak orang Afrika yang menghabiskan waktu di luar rumah, sedikit pergerakan, dan bagaimana interaksi di pedesaan adalah beberapa hal yang cukup menjelaskan alasan potensial kenapa di benua itu kematian hanya sedikit.

Potensi lain adalah karena tingkat kekebalan silang yang berkembang di negara itu.

Saat ini kasus virus corona di banyak negara Eropa mencapai rekor tertinggi saat Eropa menghadapi gelombang kedua.

Meski demikian jumlah kematian di banyak negara itu masih jauh dari puncak yang terjadi pada April dulu.

Meski demikian sejumlah ahli memperingatkan, dari tanda-tanda yang terlihat ada kemungkinan akan terjadi banyak tragedi pada musim dingin ini.

Para ahli mengatakan saat ini rumah sakit di Eropa mungkin telah siap mengobati Covid-19.

Selain itu tindakan seperti menjaga jarak sosial dan mengenakan masker telah menjadi norma dan penyebaran belakangan terjadi pada usia muda sehingga lebih kecil kemungkinan meninggal.

Akan tetapi menurut mereka perlu diwaspadai adanya musim dingin yang mulai terjadi.

"Jelas kami tidak benar-benar memiliki cara untuk mencegah Covid menyebar, selain penguncian atau tindakan jarak sosial dan sebagainya; kami belum memiliki vaksin," ujar Michael Head, peneliti senior kesehatan global di Universitas Southampton Inggris kepada CNN.

Google Maps dalam waktu dekat akan merilis fitur baru yang menunjukkan seberapa meluasnya virus corona di suatu wilayah geografis.

Nantinya mulai minggu depan aplikasi maps akan menampilkan rata-rata tujuh hari kasus Covid-19 baru per 100.000 orang.

Nantinya area yang diarsir akan menunjukkan apakah kasus meningkat atau menurun yang akan diarsir menggunakan salah satu dari enam warna untuk menandakan berapa banyak kasus baru yang dilaporkan.

Fitur Google ini didapatkan dengan menarik tiga sumber data yakni Universitas Johns Hopkins, New York Times dan Wikipedia.

Mereka juga menerima data dari WHO dan organisasi kesehatan publik atau pemerintah lain.

Nantinya fitur ini akan tersedia untuk 220 negara.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/25/083400465/update-virus-corona-di-dunia-25-september-323-juta-kasus-google-maps-akan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke