Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

China Diterjang Banjir, 37 Juta Warga Terdampak, Ini Penyebabnya Menurut Ahli...

KOMPAS.com – Musim panas tahun ini, hujan lebat mengakibatkan banjir dan tanah longsor terjadi di beberapa wilayah di China.

Akibatnya kota-kota dan desa-desa di banyak provinsi terkena imbas dari kejadian ini.

Melansir dari SCMP, banjir yang terjadi musim panas ini adalah yang terburuk yang melanda China dalam beberapa dekade.

Sejak Juni 2020, setidaknya ada 27 dari 31 provinsi di China telah mengalami hujan lebat yang berakibat banjir.

Akibatnya, 37 juta orang terdampak dan sedikitnya 141 orang tewas serta hilang.

Hal tersebut disampaikan oleh Kementerian Manajemen Darurat pada Senin (20/7/2020).

Adapun kerugian ekonomi, ditaksir mencapai 86 miliar yuan atau sekitar 12,3 miliar dolar AS hingga sejauh ini.

Banjir di China selama musim panas, dimulai di selatan di wilayah Guangxi Zhuang serta Provinsi Guizhou pada Juni lalu.

Hujan lebat setelah itu, sukses meluluhlantakan sejumlah besar kawasan di China termasuk provinsi Jiangxi di timur, Anhui di tenggara dan Hubei di tengah.

Bahkan, respons darurat di beberapa tempat di wilayah itu meningkat ke tingkat tertinggi.

Ketinggian air yang melebihi batas aman bahkan terjadi di 33 pintu air sejak Juni menurut Kementerian Sumber Daya Air.

Di beberapa daerah yang mengalami dampak besar seperti Jiangxi, tanggul bahkan telah runtuh dan rumah-rumah telah hancur.

Riwayat

Banjir dahsyat sendiri sebelumnya pernah terjadi di Jiangxi pada tahun 1998 yang menewaskan lebih dari 3.000 orang dan 15 juta orang kehilangan tempat tinggal.

"Kami berada di tempat yang lebih tinggi sehingga kami tidak mengharapkan banjir menjadi begitu serius, tetapi airnya mengalir deras dan saya harus membawa mobil ke toko saya untuk berkemas," kata Ping Ping, pemilik toko porselen di Jingdezhen, Jiangxi kepada SCMP. 
.
“Saya hanya pernah melihat banjir di berita. Malam itu, air banjir naik ke lutut saya pada awalnya, lalu ada gelombang air lagi,” tambahnya.

Pihaknya mengatakan dari informasi yang dia dapat, banjir terjadi setiap tahun di wilayah itu, akan tetapi pihaknya mempertanyakan kenapa pemerintah setempat tidak siap untuk banjir yang terjadi pada musim panas ini.

Penyebab banjir parah di China

Alasan iklim dan perilaku manusia dianggap berkontribusi pada parahnya banjir yang terjadi kali ini.

"Sistem tekanan tinggi subtropis atas Pasifik Utara bagian barat lebih kuat tahun ini. Persimpangannya dengan udara dingin telah menyebabkan hujan deras terus-menerus di lembah Sungai Yangtze," kata Song Lianchun, seorang Ahli Meteorologi Pusat Iklim Nasional.

Dia juga menyebut, alasan lain adalah adanya pemanasan global.

Menurut Song, satu peristiwa cuaca ekstrem memang tidak bisa dilihat sebagai akibat perubahan iklim semata. Akan tetapi jika merujuk ke belakang, pemanasan global telah menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem.

Merujuk Buku Biru Perubahan Iklim China (2019) sejak tahun 1961 hingga 2018 terjadi peningkatan peristiwa curah hujan yang sangat deras di China.

Sejak pertengahan 1990-an frekuensi curah hujan ekstrem meningkat secara drastis.

“Adapun selama 60 tahun terakhir jumlah hari hujan lebat meningkat sebesar 3,9 persen per dekade,” ujar Song.

Perilaku manusia juga disebut berkontribusi terhadap tingkat keparahan banjir di China.

Ahli Geologi dari Biro Geologi dan Mineral Sichuan, Fan Xiao menyebut sejak puluhan tahun, reklamasi dan pembangunan bendungan telah menyebabkan pengurangan luas Danau Poyang yang merupakan danau air tawar terbesar di China dan merupakan danau di Jiangxi.

Sementara itu, relawan lingkungan Zhang Wenbin menyebut dia telah menyelidiki kegiatan reklamasi ilegal di Tuolin, danau lain di provinsi itu.

Menurutnya proyek itu masih berlangsung hingga tahun lalu meskipun sudah diperingatkan.

Pihaknya juga menambahkan kapasitas penyimpanan untuk banjir menyusut akibat adanya kegiatan ini di Danau Tuolin.

“Ada banyak kasus serupa,” ujar Zhang.

Pembangunan bendungan

Sejak Republik Rakyat China didirikan tahun 1949 sudah dua kali terjadi bencana banjir.

Banjir pertama tahun 1954 di sepanjang Sungai Yangtze yang mengakibatkan lebih dari 30.000 kematian.

Adapun yang kedua tahun 1998 juga disepanjang Yangtze di selatan dan utara dengan 3.000 kematian.

Sejak banjir 1998, China menaruh perhatian terhadap infrastrukturnya.

Setelah 1998, waduk-waduk dibangun termasuk bendungan Tiga Ngarai yang merupakan waduk terbesar dan memiliki peran besar menahan banjir di hulu Sungai Yangtze.

Meski demikian banyak ahli mempertanyakan mengenai benarkah pembangunan bendungan benar-benar efektif.

Seorang hidroklimatologi dan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional AS, mengatakan jika menyangkut perubahan iklim, maka tidak peduli seberapa besar bendungan tak akan dapat mencegah banjir terburuk terjadi.

“Apa yang diketahui adalah bahwa risiko yang meningkat akibat perubahan iklim yang disebabkan manusia memperburuk risiko kejadian curah hujan dan banjir yang ekstrem, yang membuatnya bahkan lebih mungkin bahwa bendungan seperti Tiga Ngarai tidak akan mampu mencegah banjir terburuk terjadi di masa depan,” katanya.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/20/162343765/china-diterjang-banjir-37-juta-warga-terdampak-ini-penyebabnya-menurut-ahli

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke