Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

"Menyulap" Sampah Puntung Rokok Jadi Kursi, Apa Bisa?

KOMPAS.com - Salah satu persoalan serius yang mengancam keberlangsungan hidup penduduk Bumi adalah sampah.

Jumlah sampah yang terus melonjak setiap tahunnya tak diimbangi dengan pengolahan yang baik di berbagai negara.

Akhirnya, sampah-sampah tersebut menumpuk di lautan dan menunggu puluhan bahkan hingga ratusan tahun agar bisa terurai, termasuk di antaranya sampah puntung rokok.

Nah, pernahkah terpikir oleh Anda bahwa puntung rokok bisa diolah menjadi barang-barang bernilai jual?

Pada 2018, tim peneliti dari San Diego State University menemukan bahwa puntung rokok lebih mengontaminasi laut dari sedotan plastik.

Butuh waktu setidaknya 10 tahun untuk dapat dekomposisi filter rokok yang terbuat dari plastik selulosa asetat.

Berawal dari kegelisahan itu, Randy Aditya Wachid mengolah sampah puntung rokok tersebut menjadi bahan material di bawah Parong.pong.

Parong.pong, kata Randy, merupakan perusahaan yang didirikannya pada 2017 dan berfokus untuk menciptakan desa mandiri lestari di Bandung Barat.

"Untuk menjadi mandiri dan lestari salah satu yang harus dilkaukan adalah pengolahan sampah," kata Randy saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/7/2020).

Butuh penelitian sekitar satu tahun bagi Randy untuk menemukan komposisi dan proses pengolahan puntung rokok secara tepat.

Bekerja sama dengan Counture Concrete Lab, Randy kemudian memanfaatkan mesin yang mampu mengolah sampah dan melestarikannya, yaitu mesin hydrothermal.

"Waktu itu kami berpikir sebenarnya ini bisa jadi kolaborasi yang bagus karena Parong.pong punya mesin namanya hydrothermal yang bisa mengolah sampah dan mensterilkannya," jelas dia.

"Mengolahnya itu jadi homogen. Setelah jadi homogen dan steril akhirnya bisa dimanfaatkan untuk produk macam-macam," lanjut dia.

Diolah jadi furnitur

Dengan hasil pengolahan berupa pulp atau bubur, penggunaannya pun sangat beragam, misalnya untuk bahan furnitur.

Pengolahannya cukup rumit dan membutuhkan proses sekitar satu minggu.

"Jangan dibayangkan puntung rokok itu terus kita cetak. Banyak proses mixing dan proses kimianya yang rumit," papar dia.

"Dari awal sampai jadi butuh waktu satu minggu termasuk pengeringan, mixing, proses ngecor, dan lain-lain," kata Randy.

Saat ini, produk awal olahan sampah puntung rokok yang diluncurkan pada Jumat (17/7/2020) itu baru berupa kursi.

Menurut dia, tekstur dari kursi itu sangat bagus. Bahkan, sekilas menyerupai marmer travertine, salah satu jenis marmer yang dikenal berharga mahal.

Jika tertarik, kursi berbahan materi sampah puntung rokok itu dibanderol Rp 950.000.

Ke depan, Randy berencana untuk mengembangkan produknya dengan membuat rumah dari material olahan sampah puntung rokok itu.

Dia berharap material-material berumur panjang seperti puntung rokok ini bisa dimanfaatkan dengan baik.

"Saya berpikir bahwa material-material yang umurnya panjang bisa ratusan tahun, harusnya bukan dibuang sembarangan, tapi digunakan untuk sesuatu yang kita harapkan umurnya panjang," kata Randy.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/18/201300065/-menyulap-sampah-puntung-rokok-jadi-kursi-apa-bisa-

Terkini Lainnya

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Tren
Cerita Warga yang Alami 'Blackout' di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Cerita Warga yang Alami "Blackout" di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Tren
Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Tren
China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

Tren
Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Tren
Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Tren
5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

Tren
WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

Tren
Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Tren
Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Tren
Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Tren
Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Tren
Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Tren
Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke