Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berkaca dari Kasus Covid-19 di Pabrik Unilever, Apa Saja yang Perlu Diperhatikan?

KOMPAS.com - Pabrik minuman teh (tea based beverage/TBB) PT Unilever Indonesia Tbk di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.

Saat ini total 21 pegawai terkonfirmasi positif Covid-19 setelah petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi melakukan pelacakan dan penelusuran.

Pelacakan itu berasal dari adanya salah satu karyawan bagian engineering pabrik yang positif Covid-19.

Perusahaan pun ditutup sementara, sejak 26 Juni 2020 hingga waktu yang belum ditentukan.

Ratusan karyawan telah dirumahkan menyusul penemuan kasus corona ini agar menjalani karantina mandiri.

Lantas bagaimana langkah pencegahan yang bisa dilakukan?

Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan, peristiwa yang terjadi di salah satu pabrik Unilever tersebut menjadi contoh bagaimana rentannya atau potensi bahayanya virus corona dalam ruangan tertutup seperti rumah, kantor, gedung, restoran hingga perusahaan.

"Ini semakin membuktikan bahwa sesuai riset terkini mengenai Covid-19. Itu punya potensi besar menjadi klaster atau terjadinya penularan," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/7/2020).

Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan sejak dini untuk menghindari penyebaran virus corona.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain jarak antar orang atau jumlah orang dalam ruangan tersebut.

Satu orang idealnya menguasai 4 meter persegi. Sehingga, semisal ruangan 20 meter persegi, artinya hanya boleh lima orang dalam ruangan itu.

"Kalau untuk pabrik, ini tentu saja harus mengikuti aturan ini. Per orang empat meter persegi," kata dia.

Dicky yang telah terlibat dalam penanganan wabah hampir 18 tahun sejak wabah SARS, HIC, dan flu burung menambahkan, sirkulasi udara di ruangan juga harus bagus.

Semisal menggunakan AC (air conditioner), maka harus menggunakan sistem yang penyaringnya berfungsi dengan baik atau mensirkulasikan udara luar dan dalam ruangan.

"AC-nya harus ada sirkulasi dengan udara luar," tutur Dicky.

Sementara itu, harus diingat bahwa kemungkinan besar terjadi potensi fomite transmission, penularan virus dari benda-benda yang digunakan secara bersama.

Sehingga diperlukan untuk mendisinfeksi permukaan benda yang kemungkinan disentuh atau digunakan secara bersamaan secara rutin.

"Ini yang harus diperhatikan, bukan hanya protokol kesehatan seperti pengecekan suhu. Malah sekarang dianjurkan bukan hanya suhu, tapi juga penciuman," kata dia.

Lebih lanjut, orang-orang yang berisiko juga tidak boleh diperkenankan masuk dalam suatu ruang.

"Agar jangan dilupakan bahwa penularan Covid-19 itu antara lain melalui mekanisme droplets aerosol, fomite dan fecal oral," tegas Dicky.

Ia mengimbau, waktu setiap karyawan berada dalam ruangan harus dibatasi dan setiap satu jam sebaiknya menghirup udara luar.

Serta, penggunaan toilet dapat seperlunya saja, tidak terlalu lama dan jangan sampai penuh.

Jika memang ditemukan terdapat karyawan yang dinyatakan positif, maka tempat kerja tersebut memang harus ditutup untuk sementara waktu.

Penutupan dilakukan untuk mensterilkan gedung dan memeriksa sistem pengaturan udaranya.

Selain itu, perlu juga untuk melakukan pengetesan kepada para pekerja.

"Kalau bergejala harus isolasi. Yang satu ruangan yang kontak itu, selama dua minggu," ujar dia.

Setelah dilakukan evaluasi, termasuk kesiapan sistem protokol yang lebih baik, jumlah pekerja yang diperbolehkan masuk, hingga berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat, maka tempat kerja tersebut diperbolehkan dibuka kembali.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/03/193000065/berkaca-dari-kasus-covid-19-di-pabrik-unilever-apa-saja-yang-perlu

Terkini Lainnya

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Tren
Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke