Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Viral Unggahan tentang Anak Laki-laki Tidak Diperbolehkan Merajut, Ini Tanggapan Psikolog

KOMPAS.com - Sebuah unggahan menampilkan kisah anak laki-laki yang tidak diperbolehkan merajut oleh ibunya beredar di media sosial Twitter pada Senin (29/6/2020).

Adapun twit tersebut diunggah oleh akun Twitter @trianovandaptr.

"2 hari yang lalu keponakanku menangis gara-gara semua mainan benang dan pita yang dia punya dibuang ama Mamanya. Mama dia marahi dia supaya jangan main benang & pita lagi karena itu mainan cewe. Mamanya ingin dia main sepak bola & layangan spt anak2 laki di sekitarnya," ujar akun @trianovandaptr dalam twitnya.

Pengunggah juga mengungkapkan bahwa keponakannya suka melihat dirinya tengah merajut dan anak laki-laki itu pun meniru kegiatan tersebut.

Hingga kini, unggahan tersebut telah di-retwit sebanyak lebih dari 30.100 kali dan telah disukai sebanyak lebih dari 85.600 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Lantas, bagaimana tanggapan psikolog anak terkait bakat anak yang dibatasi oleh orangtua?

Tanggapan psikolog anak

Psikolog anak sekaligus Dosen Fakultas Psikologi dari Universitas Indonesia (UI), Nael Sumampouw mengungkapkan, tindakan pembatasan bakat yang dilakukan orangtua dalam unggahan termasuk stereotipe gender.

"Seorang anak laki-laki yang melakukan aktivitas merajut/menyulam tidak kemudian menjadi anak perempuan, tidak ada yang salah dengan anak laki-laki merajut atau menyulam," ujar Nael saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (1/7/2020).

Menurutnya, apabila orangtua terlalu membatasi keahlian anak, maka dapat berdampak pada relasi anak dan orangtua.

"Anak kecewa, semakin membuat jarak dengan prangtua karena merasa tidak didukung, tidak dicintai," ujar Nael.

Ia menambahkan, dengan perlakuan seperti itu, anak dapat berpikir kalau dirinya tidak diinginkan atau diharapkan oleh orangtuanya hanya karena area/dominan kecil dalam dirinya yakni kegiatan yang dianggap tidak pas dengan jenis kelaminnya tersebut.

Padahal dalam aspek lain, anak tersebut merupakan anak yang baik-baik saja.

Faktor orangtua membatasi keahlian anak

Sementara itu, Nael menjelaskan, ada sejumlah faktor yang membuat orangtua melakukan pembatasan keahlian kepada anak.

Seperti sosialisasi tentang gender yang orangtua dapatkan sepanjang hidupnya dari orangtua mereka, keluarga besar, lingkungan pergaulan, dan lainnya.

Ia menganggap, tindakan seperti itu membuat batasan antara menjadi laki-laki atau perempuan yang dinilai oke dan keren.

"Gender itu kan konstruksi sosial," ujar Nael.

Terkait tindakan pembuangan benda-benda yang disukai anak, Nael mengatakan, seharusnya orangtua dapat melihat keahlian pribadi anaknya.

"Bahwa dibalik merajut/menyulan anak belajar memiliki beberapa kemampuan dan life-skills yang relevan dalam hidupnya yakni ketekunan, ketelitian, dan kesabaran," lanjut dia.

Menurutnya, sikap orangtua yang sebaiknya ditunjukkan jika anak memiliki suatu keahlian yakni menanamkan pemahaman bahwa anak membutuhkan penerimaan tanpa syarat dari orangtua untuk perkembangan dirinya yang optimal.

Kemudian, orangtua sebaiknya mendampingi anak, agar anak menggali apa yang mereka sukai dari kegiatan tersebut.

"Hindari menyalahkan/menghakimi pada anak, tindakan eksplorasi minat melalui berbagai macam kegiatan bisa dilakukan," ujar Nael.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/01/160300365/viral-unggahan-tentang-anak-laki-laki-tidak-diperbolehkan-merajut-ini

Terkini Lainnya

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke