Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Selamat Jalan, Glenn Fredly...

KOMPAS.com - Selamat jalan, Glenn Fredly.

"Kasihku, sampai di sini kisah kita. Jangan tangisi keadaannya, bukan karena kita berbeda. Dengarkan, dengarkan lagu, lagu ini. Melodi rintihan hati ini. Kisah kita berakhir di Januari...."

Perjalanan Glenn Fredly berakhir pada 8 April 2020. Kabar kepergian Glenn Fredly, musisi kawakan Indonesia, begitu menyentak, Rabu (8/4/2020) malam.

Glenn Fredly mengembuskan napas terakhirnya di RS Setia Mitra Fatmawati karena penyakit meningitis yang dideritanya.

Mengejutkan, karena selama ini tak ada informasi mengenai sakit Glenn. Glenn Fredly selalu terlihat sehat ketika tampil dalam berbagai kesempatan.

Duka dan rasa belasungkawa mengalir deras. Di media sosial Twitter, 7 dari 10 trending, Kamis (9/4/2020) pagi, semuanya tentang Glenn.

Lewat dua lagunya, "Terpesona" dan "Pantai Cinta", Glenn bersama Funk Section mencetak hit.

Dengan gaya bermusik band tersebut yang agak jazzy dan karakter vokal Glenn yang sangat R&B, Glenn dengan cepat "membius" para pencinta musik.

Selepas dari Funk Section, Glenn memutuskan untuk menempuh jalur solo dan membawa namanya semakin dikenal publik melalui lagu-lagu romantisnya.

Dikutip dari harian Kompas, 8 Juni 2008, Senior Artist & Repertoire Director Sony BMG Jan N Djuhana menilai, Glenn berbeda dari penyanyi solo lain.

Menurut dia, satu hal prinsip yang membuat Glenn berbeda adalah ia mencipta lagu-lagunya sendiri sehingga mampu dengan persis menghayati lirik.

Berbagai penghargaan telah diraihnya. Mengutip situs web pribadinya, glennfredly.com, berikut berbagai penghargaan yang pernah diraih Glenn:

Kesibukan penyanyi kelahiran 1975 itu tak menghalangi keinginannya untuk mengampanyekan isu lingkungan di Indonesia.

Dilatarbelakangi atas keprihatinannya akan pemanasan global, Glenn pernah menggelar konser bertajuk "Sayangi Bumi Hari Ini" yang melibatkan 52 musisi di Jakarta pada 2007 silam.

"Pemanasan global itu isu serius, tetapi edukasinya bagi kaum muda sangat kurang. Musik dalam konser nanti bukan sekadar hiburan, ada juga unsur edukasinya," ujar Glenn, dikutip dari pemberitaan harian Kompas, 26 Juni 2007.

Ketika mengunjungi Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, pada 2008, ia tak bisa menahan tangis ketika melihat salah satu desa mengalami kekeringan.

Berawal dari kunjungan itu, Glenn menggagas Green Music Foundation untuk menyalurkan bantuan ke daerah, terutama yang dilanda kekeringan akibat dampak perubahan iklim.

Ia pun kembali menggelar konser Indonesian Earthfest pada 2008 dengan mengundang sejumlah musisi ternama.

"Lewat program ini, para musisi ingin berjuang. Kami juga membuka kerja sama dengan perusahaan yang peduli pada masalah ini," ujar dia, dilansir dari harian Kompas, 17 Desember 2008.

Dalam sebuah tanya jawab dengan penggemarnya yang dimuat di harian Kompas, 19 Juli 2011, suami dari Mutia Ayu itu menjelaskan alasannya memperjuangkan lingkungan.

"Lingkungan hidup tak hanya bicara tentang memperjuangkan pelestarian alam, tapi juga memperjuangkan kemanusiaan. Melalui musik, saya bisa hidup dan menghidupi," kata Glenn.

Pada 2003, Glenn bergabung dengan sebuah lembaga internasional untuk membantu anak-anak korban konflik Ambon.

Konflik berdarah yang melanda Ambon menyisakan luka mendalam bagi penduduknya. Minimnya fasilitas, tak adanya lapangan kerja, serta sarana dan prasarana yang rusak memperburuk kondisi warga Ambon saat itu.

"Saya tidak hanya ingin membantu Ambon saja, tapi saya ingin membantu daerah lain di Indonesia," kata dia, dikutip dari pemberitaan harian Kompas, 27 Desember 2002.

Pada 2019, Glenn juga ikut bergabung dalam Voice From The East (VOTE), sebuah kampanye sosial dengan basis budaya untuk menyuarakan perdamaian, kesejahteraan, antikekerasan, pelestarian lingkungan hidup, dan demokratisasi untuk Indonesia timur.

Ide pembentukan VOTE berawal dari obrolan Glenn Fredly dengan beberapa kawan di Kontras. Obrolan itu muncul dari kegelisahan atas kondisi di Indonesia timur yang terus memburuk dari hari ke hari.

Ada persoalan kekerasan, perusakan lingkungan, dan pelanggaran atas hak-hak masyarakat.

"Saya melihat pembunuhan identitas budaya pada masyarakat di Indonesia timur. Cara represif yang dilakukan pemerintah pada saat itu menguatkan indikasi itu," kata Glenn, dikutip dari pemberitaan harian Kompas, 1 Mei 2012.

"Saya pikir ada masyarakat yang harus dipertahankan identitasnya. Padahal, di era globalisasi ini, yang terpenting adalah identitas," sambungnya.

Kampanye ini dilakukan oleh kelompok seni seperti Glenn Fredly, Slank, God Bless, Indra Lesmana, Seringai, dan Panji Pragiwaksono yang berkolaborasi dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) pegiat isu kemanusiaan dan lingkungan.

Hingga akhir hayatnya, Glenn juga sering terlibat dalam berbagai aksi dan kampanye kemanusiaan. Terakhir, ia membuka donasi di situs urunan Kitabisa.com untuk membantu masyarakat yang terdampak virus corona.

Glenn membuka donasi pada 24 Maret 2020, dan kini telah terkumpul lebih dari Rp 8 juta.

Selamat jalan, Glenn Fredly.... 

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/09/063000965/selamat-jalan-glenn-fredly

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke