Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengatasi Perut Buncit dengan Menjaga Pola Asupan, Berikut Penjelasannya...

KOMPAS.com - Perut buncit merupakan salah satu masalah yang dimiliki sebagian banyak orang saat ini, baik perempuan, laki-laki, usia muda dan usia tua.

Tidak hanya mengganggu penampilan, perut yang menonjol ini juga sebenarnya bisa menjadi tanda bahkan pemicu adanya permasalahan kesehatan yang lainnya.

Keberadaan perut buncit seolah-olah sulit sekali untuk dihilangkan, Mengurangi porsi makan atau melakukan berbagai jenis olahraga juga belum tentu dapat menghilangkannya.

Bisa diatasi

Dokter sekaligus Ahli Gizi Komunitas dr. Tan Shot Yen menyebut permasalahan ini sebenarnya bisa diatasi dengan menjalankan pola makan yang sehat dan seimbang secara teratur dan rutin.

"Itu central obesity. Bisa (dihilangkan hanya dengan jaga pola makan sehat seimbang), dengan catatan belum kebablasan. Tapi butuh istiqomah loh ya," ujar dr. Tan kepada Kompas.com, Minggu (29/4/2020).

Sementara itu, mengutip penjelasan Pakar Gizi dan Keamanan Pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Ahmad Sulaeman dalam artikel Kompas.com sebelumnya (22/4/2018), ada sejumlah hal yang harus diperhatikan untuk memenuhi pola makan sehat dan seimbang.

Yaitu seseorang harus memenuhi kebutuhan kalori yang dibutuhkannya. Kebutuhan kalori ini sangat ditentukan oleh usia, jenis kelamin, berat badan, dan sebagainya.

Untuk memenuhinya, seseorang harus mengonsumsi makanan yang beragam dan lengkap. Tidak bisa hanya mengandalkan salah satu sumber saja.

Makanan lengkap

Makanan lengkap dimulai dari makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, hingga kalsium.

Misalnya, dalam satu porsi makanan, setengah di antaranya terdiri dari sayur dan buah, masing-masing seperempat yang lainnya bisa berupa nasi dan lauk-pauk.

Menjaga pola asupan yang sehat dan seimbang merupakan suatu hal yang terdengar mudah namun sulit untuk diterapkan secara berkelanjutan.

Dokter Tan menyebut alasan utama mengapa hal ini sulit diterapkan, karena minimnya pengalaman dan pengetahuan. 

Seperti alasan dan anggapan jika makanan sehat cenderung memiliki harga lebih mahal daripada makanan lainnya.

Meskipun kemungkinan ada biaya lebih yang dikeluarkan untuk mengonsumsi makanan sehat, menurut Tan, tidak semahal konsekuensi yang harus dibayar ketika tubuh mulai mersakan sakit atau sudah tidak berfungsi secara normal.

"Mahal dilihat dari masa kini. Sama kayak mahal beli buah ketimbang mi instan. Kalau sakit siapa yang selamat?" ia mencontohkan.

Pola makan salah

Tan juga menyebut, banyak dari pemilik perut buncit merasa sudah menjaga jumlah asupan makanan yang dikonsumsi.

Tak jarang juga dari mereka ada yang melakukan diet dan mengurangi jumlah asupan makanannya.

Mereka makan dengan porsi biasa dan tidak lebih dari 3 kali dalam satu harinya.

"Nah makan biasa itu kayak apa? Makan biasa orang kita itu sarapan nasi goreng atau nasi uduk, makan siang nasi plus ayam geprek, makan malam enggak jauh beda, bahkan mi tek-tek, itu dianggap biasa," jelasnya.

"Dan di antara jam makan, beli boba, beli bakwan goreng, yang kerja di mall lebih parah, akses makan makin banyak. Itu kan yang dibilang biasa?" tambah Tan. Padahal semua itu masih jauh dari pola makan sehat. 

Untuk itu, dia mengajak semua orang untuk mulai mengubah pola konsumsinya, tidak hanya dengan memperhatikan jumlahnya, tapi juga kandungan yang ada di dalamnya.

Hal itu untuk dapat menghindari risiko dari datangnya perut buncit. 

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/29/183000165/mengatasi-perut-buncit-dengan-menjaga-pola-asupan-berikut-penjelasannya--

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke