Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Polemik Impor dan Anjloknya Harga Garam...

KOMPAS.com - Sejak 2019 hingga awal 2020, harga garam rakyat semakin anjlok.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (10/1/2020), selain tak laku di pasaran, memasuki musim hujan, harga garam turun hingga Rp 150/kilo.

Harga jual itu anjlok jika dibandingkan periode Juni 2019 yang mencapai harga Rp 500/kilo.

Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Mohammad Jakfar Sodikin mengatakan anjloknya harga garam disebabkan karena kebijakan yang diambil pemerintah terkait impor garam kurang tepat.

"Stok garam kita di awal tahun 2020 sekitar 1,9 juta ton, hampir 2 juta ton. Ditambah impor sekitar 2,9 juta ton. Jadi stok kita menjadi 4,9  juta ton," katanya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (15/01/2020).

Padahal, lanjutnya, kebutuhan garam tahun ini hanya sekitar 4,3 juta ton. Jadi kelebihan 600 ribu ton.

Jakfar mengutip pemerintah, impor dilakukan untuk memenuhi kebutuhan garam industri yang jumlahnya 3-4 juta ton.

Padahal menurutnya, kualitas garam rakyat bisa ditingkatkan agar sesuai dengan kualitas garam industri. Syaratnya harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu.

"Biasanya produksi hanya panen dari tambak. Itu kan belum dilakukan pengolahan. Itu yang dikatakan garam rakyat kualitasnya rendah," katanya.

Kandungan NaCL garam rakyat sekitar 90-94%. Sedangkan jika diolah kandungan NaCL-nya bisa mencapai 97%.

Caranya dengan pencucian. Jadi kotoran maupun mineral-mineral yang tidak dibutuhkan itu bisa dihilangkan. 

"Karena kalau saya lihat (dikatakan) garam rakyat kok tidak bisa dijadikan garam industri ini kan aneh. Sama di mana-mana garam kalau dilakukan pencucian itu bisa," tuturnya.

Harga garam sempat Rp 4.000/kilo

Jakfar membenarkan kabar di zaman Susi Pudjiastuti harga garam rakyat sempat tinggi.

"Sempat 4.000 per kilo," kata dia.

Pada waktu itu Susi membuat kebijakan membatasi impor garam. Karena suplainya sedikit, harga garam rakyat menjadi naik. 

Menurut Jakfar, Susi bisa membuktikan garam rakyat juga bisa bersaing dengan garam industri atau garam impor. 

Menurut pengamatan Jakfar harga garam rakyat sebagai berikut:

  • sekitar 2014 awal, harganya sekitar Rp 500/kilo.
  • 2015 naik menjadi Rp 700/kilo
  • 2016 sampai awal tahun 2017 sempat di harga Rp 4.000/kilo
  • 2017 akhir sampai 2018 awal Rp 1.700/kilo
  • 2020 harganya Rp 100-300 tergantung kualitasnya.

Pemerintah jangan kebanyakan impor

Dia berharap pemerintah bisa meninjau lagi kebijakan yang dibuat. Perlu dilihat bagaimana produksi garam di Indonesia.

Pemerintah perlu menyadari bahwa saat ini suplai garam banyak, tapi permintaan relatif tetap. Permintaannya hanya bertambah sedikit dari 4,2 juta ton menjadi 4,3 juta ton.

"Suplai saat ini 7,5 juta ton, padahal kebutuhan hanya 4,3 juta ton," ujarnya.

Hendaknya tidak asal impor, tapi disesuaikan dengan kebutuhan. 

"Garam impor harusnya menjadi substitusi garam lokal. Saat garam lokal (rakyat) kurang, garam impor itu untuk mencukupi," kata Jakfar.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/16/073300565/polemik-impor-dan-anjloknya-harga-garam

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke