Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: Pemindahan Ibu Kota ke Yogyakarta

KOMPAS.com - Hari ini, 74 tahun lalu, tepatnya 3 Januari 1946, Ibu Kota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta.

Pemindahan ini dilakukan dengan alasan keamanan.

Namun, saat itu, perpindahan Ibu Kota yang dilakukan dari Jakarta ke Yogyakarta tidak dipersiapkan dengan matang.

Melansir Harian Kompas, 9 Januari 1983, tidak ada sidang khusus terkait pemindahan ibukota saat itu. Bahkan, sebagian pejabat dan menteri tidak mengetahuinya.

Keputusan ini diambil karena keadaan yang mendesak. Sebab, terjadi peningkatan aksi teror yang dilakukan oleh militer Belanda yang tidak dapat diatasi oleh Sekutu.

Pemindahan ibu kota yang diputuskan saat itu menjadi bentuk protes dingin Republik Indonesia kepada Sekutu.

Suwiryo, wali kota pertama Jakarta, sempat mendatangi Presiden untuk menjamin keamanan Jakarta dan meminta untuk tetap mempertahankan kedudukannya sebagai ibu kota.

Selain menjadi kota proklamasi, saat itu, kondisi Jakarta memang memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik dari kota lainnya.

Akan tetapi, meningkatnya kekacauan yang terjadi di Jakarta membuat pemindahan ibukota harus segera dilakukan.

Para menteri dan pejabat-pejabat yang telah keluar masuk kediaman Presiden semakin yakin bahwa keamanan Jakarta tidak dapat lagi dipertahankan.

Mereka sepakat memindahkan ibu kota pemerintahan ke Yogyakarta, dengan sementara meninggalkan beberapa kementerian penting di Jakarta.

Yogyakarta menjadi pilihan dengan adanya inisiatif dan tawaran dari Sultan HB IX.

Tawaran ini dikirimkan lewat kurir pada 2 Januari 1946 dan disambut baik oleh pemerintah di Jakarta.

Mengutip buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1965), Presiden Soekarno pun memutuskan pemidahan ibu kota ke Yogyakarta setelah menerima tawaran tersebut.

“Kita akan memindahkan ibu kota besok malam. Tidak ada seorang pun dari saudara boleh membawa harta benda, aku juga tidak," ucap Soekarno sebagaimana dikutip Cindy Adams dalam buku tersebut.

Melansir Harian Kompas, 29 Desember 2004, saat itu, rombongan yang turut serta pindah ke Yogyakarta menaiki rangkaian kereta api yang khusus diparkir di belakang kediaman Presiden Soekarno.

Kemudian, presiden, wakil presiden, beserta keluarga masing-masing, dan beberapa menteri menyusup menaiki kereta tersebut dengan lampu gerbong yang dipadamkan.

Kereta api khusus tersebut berhasil melewati pos militer Belanda di Bekasi.

Sehari setelah rombongan Presiden tiba di Yogyakarta, pihak Sekutu di Jakarta baru diberi tahu secara resmi oleh Kementerian Luar Negeri RI mengenai kepindahan Presiden ke Yogyakarta.

Namun, pusat pemerintahan kembali terancam saat Belanda melakukan agresi militer II pada 19 Desember 1949.

Belanda konsisten dengan menamakan agresi militer ini sebagai "Aksi Polisional".

Melansir Harian Kompas, 14 Januari 2009, penyerangan diawali dengan pengeboman Bandara Maguwo dan penerjunan pasukan yang kemudian bergerak ke Yogyakarta.

Soekarno, Moehammad Hatta, Syahrir, dan beberapa tokoh lain pun ditangkap Belanda.

Jatuhnya Yogyakarta menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatera yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/03/100542365/hari-ini-dalam-sejarah-pemindahan-ibu-kota-ke-yogyakarta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke