Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Banjir Sepeda Impor di Indonesia, Bagaimana Nasib Produsen Lokal?

KOMPAS.com - Produk sepeda impor secara masif masuk ke Indonesia. Sepeda impor tersebut masuk secara legal maupun ilegal.

Secara legal, sepeda impor masuk melalui mekanisme resmi yang sudah diatur oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Sementara secara ilegal, sepeda impor masuk melalui jalur penyelundupan, seperti kasus penyelundupan sepeda lipat Brompton dan Harley Davidson di pesawat Garuda Indonesia.

Produsen lokal pun merasakan dampak secara tidak langsung akibat fenomena masifnya sepeda impor di Indonesia.

Respons produsen lokal

Salah satu sepeda lokal yang merasakan dampak gempuran impor sepeda adalah Polygon.

Direktur Insera Sena, produsen sepeda Polygon, William Gozali, mengatakan, kondisi Indonesia saat ini dibanjiri sepeda impor mahal dengan harga puluhan hingga ratusan juta.

Namun, proses impor sepeda mahal itu sama sekali tidak ada data di impor Indonesia.

Dia mengungkapkan, data impor menunjukkan rata-rata harga impor sepeda hanya Rp 200.000 per unit sehingga bea masuk dan pajak yang dibayar tidak lebih dari Rp 30.000 per unit.

Padahal banyak sepeda impor yang harganya lebih mahal dari itu.

Menurut William, hal ini tidak adil karena setiap sepeda yang diproduksi oleh pabrik di dalam negeri membayar pajak sekitar 15 persen dari harga jual.

Sementara, sepeda impor mahal bisa masuk dengan bea masuk dan pajak jauh lebih rendah.

Dia berharap regulator dapat menertibkan impor sepeda sehingga lebih adil bagi industri dalam negeri.

"Polygon sudah pernah bicara mengenai safeguard tetapi menurut kami yang paling penting adalah adanya pengawasan lebih ketat ketika sepeda diimpor yang nilainya tidak wajar," kata William, seperti dikutip dari Kontan, 29 Desember 2019.

PT Roda Maju Bahagia selaku produsen sepeda merek Element MTB, Police Bike, Camp, Ion, dan Capriolo juga mengakui merasakan dampak impor sepeda dari China.

CEO Roda Maju Bahagia, Hendra mengatakan, kesulitan membangun pabrik karena biaya ekspansi jadi terbatas.

"Hal ini disebabkan biaya masuk untuk sparepart dan sepeda impor sama saja. Beda dengan 2018 saat masih ada selisih sekitar 10 persen," ujarnya.

Produsen lokal terlilit utang ratusan miliar

Maraknya produk sepeda impor di Indonesia membuat produsen lokal terjepit. Salah satu pioner sepeda lokal, Wimcycle, bahkan hampir mengalami kebangkrutan pada tahun ini.

Era 1990 hingga 2000-an, Wimcycle begitu dekat dengan kita.

Balita, anak-anak hingga remaja di Tanah Air akrab dengan sepeda mereka Wimcycle.

Sampai dua tahun terakhir semuanya tampak baik-baik saja. Tetapi, pada Januari 2019 merek sepeda ikonik di Indonesia itu mengalami kesulitan keuangan, bahkan terancam bangkrut.

Wimcycle menempuh Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Niaga Surabaya, Jawa Timur dengan nomor perkara 47/Pdt.Sus-PKPU/2018/PN Niaga Sby sejak 23 Novomber 2018.

Dalam berkas perkara permohonan PKPU, saldo utang Wimcycle mencapai Rp 504,03 miliar yang berasal dari 37 kreditur.

Selain itu, ada juga tagihan yang didominasi dari pinjaman perbankan dengan jumlah tujuh kreditur senilai Rp 457,24 miliar.

Mengutip dari pemberitaan Kontan, 29 Desember 2019, permasalahan menumpuknya utang karena pendapatannya terkikis terus akibat gempuran sepeda impor asal China.

Kendati demikian, permasalahan ini sudah selesai pada 18 September 2019 dengan hasil damai.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/12/30/140351465/banjir-sepeda-impor-di-indonesia-bagaimana-nasib-produsen-lokal

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke