Johana Sunarti pun sempat mengecek apa yang sedang terjadi.
Setelah melihat kondisi di luar, Johana langsung bergegas menutup pintu dan lari ke kamar.
Johana memberitahu sang suami, AH Nasution, bahwa ada pasukan Cakrabirawa di luar. Ia meminta agar AH Nasution bisa segera menyelamatkan diri.
Karena kegaduhan yang terjadi, Ade Irma Suryani Nasution ikut terbangun dan langsung memeluk kaki ibunya.
AH Nasution mencoba membuka pintu, tetapi berusaha ditahan oleh Johana.
Baca juga: Benarkah Bung Karno Terlibat G30S?
Begitu pintu dibuka, AH Nasution melihat seorang prajurit langsung melepaskan tembakan ke arahnya.
Pada saat itu, Johana mencoba melindungi AH Nasution, sehingga ia menyerahkan Ade Irma kepada saudaranya yang juga ada di dalam rumah itu.
Adik AH Nasution, yaitu Mardiah, berusaha menyelamatkan Ade Irma dengan menggendongnya ke kamar.
Karena panik, Mardiah salah membuka pintu dan diberondong tembakan oleh pasukan Cakrabirawa.
Nahasnya, peluru tersebut mengenai punggung Ade Irma Suryani.
Johana kemudian langsung menutup pintu dan menggendong Ade Irma yang sudah bersimbah darah.
Sebelum meninggal, Ade Irma sempat dirawat di Rumah Sakit Angkatan Darat di Jakarta.
Akan tetapi, nyawanya tidak berhasil diselamatkan.
Ade Irma meninggal dunia pada 6 Oktober 1965 atau 6 hari setelah penembakan terjadi.
Sementara itu, Jenderal AH Nasution berhasil meloloskan diri dengan memanjat tembok belakang rumah dan pergi ke Kedutaan Irak yang berada di sebelah rumahnya.
Untuk mengenang Ade Irma Suryani Nasution, di depan nisannya tertulis kata-kata dari Jenderal AH Nasution yang berbunyi:
“Anak saya yang tercinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ayahmu”.
Selain itu, nama Ade Irma juga diabadikan menjadi nama jalan di sejumlah wilayah di Indonesia. Salah satunya adalah taman permainan dan rekreasi di Kota Cirebon yang diberi nama Taman Ade Irma Suryani Nasution.
Referensi: