Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab Terjadinya Perang Padri

Kompas.com - 28/04/2023, 11:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Perang Padri adalah peristiwa bersejarah yang melibatkan Kaum Padri dan Kaum Adat.

Perang Padri terjadi di Sumatera Barat, tepatnya di wilayah Kerajaan Pagaruyung pada 1830 hingga 1838.

Awalnya, Perang Padri adalah perang saudara. Namun pada akhirnya menjadi perang melawan pemerintah kolonial Belanda.

Lantas, apa sebab terjadinya Perang Padri?

Baca juga: Siapakah Kaum Adat dan Kaum Padri?

Penyebab Perang Padri

Pada awalnya, penyebab terjadinya Perang Padri adalah karena adanya perbedaan prinsip mengenai ajaran agama antara Kaum Padri dan Kaum Adat.

Sebab, Kaum Padri atau kelompok ulama ingin mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk terjadi pada masyarakat Kaum Adat.

Berawal ketika tiga orang Haji dari Mekkah kembali ke Indonesia pada 1803, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobang, yang berniat memperbaiki syariat Islam.

Konon, kebiasaan buruk yang dimiliki kaum Adat adalah mereka senang bermain judi, sabung ayam, minum minuman keras, merokok, dan penggunaan hukum matriarkat untuk pembagian warisan.

Berbekal dari kondisi ini, kaum Padri melakukan gerakan pembaruan Islam yang dilakukan oleh ketiga haji tersebut. Disebut sebagai gerakan Padri karena mereka sudah menunaikan haji di Mekkah.

Kaum Padri pun mencoba berunding dengan Kaum Adat mengenai gerakan pembaruan Islam yang akan mereka lakukan, tetapi belum ada kesepakatan terjadi.

Baca juga: Tuanku Imam Bonjol: Perjuangan, Perang Padri, dan Akhir Hidup

Oleh karena itu, meskipun kaum Adat pernah mengatakan akan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut, pada akhirnya mereka masih tetap melakukannya.

Hal inilah yang kemudian memancing amarah kaum Padri dan beberapa nagari dalam Kerajaan Pagaruyung bergejolak.

Perang Padri pun akhirnya pecah sebagai perang saudara dan melibatkan Suku Minang dan Mandailing.

Pada masa perang, kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan, sedangkan Kaum Adat dipimpin oleh Sultan Arifin Muningsyah.

Perang Padri yang semula merupakan perang saudara kemudian berubah menjadi perang kolonial antara kaum Adat dan kaum Padri yang bersatu melawan Belanda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Ragam Reaksi Rakyat Sumatera terhadap Berita Proklamasi Kemerdekaan

Stori
Jumlah Pasukan Perang Badar

Jumlah Pasukan Perang Badar

Stori
Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Konferensi Yalta: Tokoh, Hasil, dan Dampaknya

Stori
Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Narciso Ramos, Tokoh Pendiri ASEAN dari Filipina

Stori
Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Biografi Pangeran Diponegoro, Sang Pemimpin Perang Jawa

Stori
Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Biografi Mohammad Yamin dan Perjuangannya

Stori
Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Ras yang Mendominasi Asia Timur dan Asia Tenggara

Stori
Sejarah Kelahiran Jong Java

Sejarah Kelahiran Jong Java

Stori
7 Fungsi Pancasila

7 Fungsi Pancasila

Stori
Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Sa'ad bin Ubadah, Calon Khalifah dari Kaum Anshar

Stori
JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

JH Manuhutu, Presiden Pertama RMS

Stori
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Sunda Kecil

Stori
Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Apa yang Dimaksud Kepulauan Sunda Besar?

Stori
Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Kenapa Bali, NTB, dan NTT Disebut Sunda Kecil?

Stori
Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Sejarah Tarian Rangkuk Alu

Stori
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com